Sweet Psychopath Boyfriend [...

By Exitozdki

26.3M 1.3M 113K

Tersedia di toko buku kesayangan Anda. Sometimes, my hands are itching to kill someone, but I have promised... More

HAPPY READING
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Bonus Part
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Special Brithday Dita & Salsa
30
31
32
33
34
35
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Author Note
Extra Part 1
Sequel!
VOTE COVER
TELAH TERBIT

36

303K 18.3K 1K
By Exitozdki

Saat ini Siska sudah terisak-isak dalam pelukan Salsa.

Sebelumnya Siska sudah mencari tahu apakah korban itu Dita atau bukan. Dan saat tahu hasilnya, Siska langsung menangis meraung-raung dalam pelukan Raka. Ia tak mau menerima kabar kematian Dita. Ia masih berharap bahwa ini hanyalah mimpi semata.

Kini Siska sudah berada di rumah Dita. Rumah yang dulu sering Siska datangi dengan perasaan gembira, rumah yang dulu selalu membuat kesan hangat saat orang mengunjunginya seketika berubah. Berubah menjadi rumah duka yang penuh dengan tangis dan kesedihan.

"Hiks.. Ini gak mungkin hiks.. Gu-gue yakin Dita masih ada." Tubuh Siska sudah lemas dalam pelukan Salsa, namun mulutnya masih terus mengucapkan kata-kata.

"Shut.. Lo gak boleh gini. Dita udah gak ada, lo harus terima kenyataan, Sis. Ikhlas Dita, jangan bikin dia gak tenang." Salsa menasehati Siska dengan suara bergetar, tangannya ia gunakan untuk mengelus punggung Siska agar gadis itu lebih tenang. Ia sudah tidak menangis saat ini. Ia mencoba mengikhlaskan dan menerima kenyataan bahwa sahabat terbaiknya pergi untuk selama-lamanya.

Berbeda halnya dengan Salsa dan Siska. Putri lebih memilih menyendiri duduk di sudut ruangan. Putri pun merasakan hal yang sama. Kesedihan dan terpukul akan kematian Dita yang sangat secara tiba-tiba. Namun kali ini Putri mencoba lebih dewasa. Ia tidak menangis karena itu malah akan memperkeruh suasana. Ia lebih memilih merapalkan doa-doa untuk Dita, dan menguatkan hatinya. Mencoba ikhlas dengan sepenuh hati dan menerima kenyataan yang ada.

Banyak sekali orang yang menyayangi Dita. Hal itu terbukti karena banyak sekali orang yang datang untuk melihat wajah Dita untuk terakhir kali. Rumah duka itu kini dibanjiri dengan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Ayat-ayatnya mengalun indah di dalam rumah besar ini.

Jika Siska, Salsa, dan Putri merasakan kesedihan yang sangat mendalam. Kedua orang tua Dita dan kakak laki-lakinya jauh lebih merasakan kesedihan. Mereka tak menyangka harus kehilangan Dita secepat ini. Kemarin mereka masih bisa melihat senyum manis Dita, namun ternyata itu adalah senyum manis Dita untuk yang terakhir kalinya.

Jam demi jam terlalui. Jasad Dita kini sudah dikebumikan. Kini sudah tiada Dita yang manis, tiada Dita yang dewasa, dan tiada Dita yang sering bersifat jahil. Semua hal yang bersangkutan dengan Dita kini hanya dapat dikenang.

Saat ini Siska sudah berada di dalam mobil dengan Raka. Kepalanya ia sandarkan di kaca jendela, pikirannya terbang jauh meninggalkan raganya.

Raka melirik adiknya yang tampak kacau. Tangannya ia ulurkan untuk menggenggam tangan Siska yang terasa dingin. Menggenggam tangan dingin itu dengan tangan besar nan hangat miliknya. Menyalurkan sedikit ketenangan dari genggaman tangan itu.

"Gue tahu lo pasti terpukul banget dengan ini. Tapi, lo tetep harus ikhlasin Dita. Lo harus menerima kenyataan." Raka berucap dengan lirih, mencoba menasehati adiknya yang tampak sangat terpukul ini. "Semuanya gak ada yang abadi. Di sini kita hanya menunggu giliran untuk pergi. Dan sekarang mungkin gilirannya Dita, gak tahu besok. Mungkin gue, atau lo. Jadi, cepat atau lambat, lo harus tetep ikhlasin dia," lanjut Raka.

Siska tidak merespon apapun ucapan Raka. Ia hanya memilih diam, namun ia mendengarkan apa yang Raka ucapkan.

***

Siska berjalan dengan perasaan bingung. Tempat ini dipenuhi dengan kabut putih, jalan setapak mengiring langkahnya yang entah berjalan ke mana.

Kabut putih itu sedikit muka sedikit menghilang. Dan kini Siska dibuat takjub oleh keindahan tempat ini.

Tempat ini seperti taman, namun lebih indah. Rerumputan hijau tumbuh di tanah yang nampak subur, bunga-bunga tumbuh dengan sangat cantik, berbagai warna dan jenis bunga ada di tempat itu.

Siska memakai baju putih panjang. Panjang baju itu hingga semata kakinya. Rambutnya tergerai dengan indah, namun pikirannya kosong, tak ada yang ia pikiran saat ini kecuali rasa takjub akan tempat ini.

Tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri Siska. Tubuhnya dibalut dengan pakaian serba putih, persis dengan milik Siska. Rambutnya pun tergerai dengan indah. Wajahnya terlihat bercahaya, dan senyum manis tercipta di bibir merahnya.

Seseorang itu adalah Dita. Tanpa pikir panjang Siska segera berlari ke arah Dita. Menerjang tubuh itu, memeluk Dita dengan sangat erat.

"Dita, gue tau lo belum pergi," ucap Siska dengan bergetar.

Dita masih setia dengan senyumnya, melepaskan pelukan erat Siska dengan perlahan, namun pelukan erat Siska segera terlepas. "Gue udah pergi, Sis. Ikhlasin gue, lo harus nerima kalo gue udah pergi untuk selamnya."

"E-enggak. Lo pasti bercanda, kan?"

"Ini kenyataannya, Sis. Gue memang udah pergi, tapi gue selalu ada di sini." Dita menunjuk dada Siska seraya tersenyum hangat.

"Ma-maafin gue, Dit. Ini semua salah gue." Siska kembali memeluk Dita, ia menangis dalam pelukan Dita yang terasa sangat hangat.

"Shut.. Ini bukan salah lo. Ini bukan salah siapa-siapa, takdir hidup gue memang udah sampai sini.

"Ini juga bukan salah Raga. Jadi, lo gak harus marah sama dia atau nyalain dia tentang kepergian gue," jelas Dita.

"Tapi, Raga yang bunuh lo, kan?"

"Bukan. Ada orang lain yang memang sengaja bunuh gue. Stop mikirin siapa yang bunuh gue. Yang harus lo lakuin sekarang adalah ikhlasin gue dan terima kenyataan."

Siska semakin mengeratkan pelukannya di tubuh Dita, namun Dita kembali melepaskan pelukan itu. Dan lagi-lagi pelukan erat itu terlepas.

"Gue harus pergi sekarang."

"Enggak! Lo gak boleh pergi!" Siska berteriak kalang kabut. Ia tak akan melepaskan Dita lagi.

Dita hanya tersenyum lalu berjalan menjauh dari Siska.

Siska ingin mengejar Dita, namun rasanya tubuhnya seakan dipaku. Ia tak bisa berjalan hanya bisa berteriak memanggil Dita.

Semakin lama tubuh Dita semakin hilang oleh cahaya.

"DITAA!" Siska berteriak dengan kencang. Tubuhnya dibanjiri keringat dan napasnya terengah-engah.

Raka yang tidur di samping Siska terbangun karena teriakan Siska.

"Lo gak papa?" Raka bertanya dengan khawatir. Adiknya itu kini tengah tertunduk dengan baju lepek karena keringat membanjiri tubuhnya.

Siska menoleh ke arah Raka yang juga sama-sama sudah dalam posisi duduk sepertinya. Tanpa pikir panjang Siska segera memeluk tubuh Raka. Memeluk tubuh yang lebih besar darinya itu dengan sangat erat. Menyembunyikan wajahnya di dada bidang kakak laki-lakinya itu.

"Dita, Kak, hiks.. Gu-gueㅡ" ucapan Siska yang bergetar diiringi dengan isakan yang kian membesar dipotong oleh Raka.

"Shut.. Lo gak perlu cerita sekarang. Sekarang lo tenang, ok." Raka membalas pelukan Siska. Mengelus punggung adiknya itu agar merasa lebih tenang.

Siska tak kembali berucap namun isak dan tangisnya semakin mengeras, dan pelukannya di tubuh Raka semakin ia eratkan.

Butuh waktu sekitar lima belas menit hingga akhirnya Siska menghentikan tangisannya, sepertinya tubuhnya pun sudah lemas.

Raka melepaskan pelukan Siska lalu menidurkan tubuh adiknya yang tampak lemas itu. Bagaimana tidak lemas? Dari pagi hingga malam Siska berada di rumah mendiang Dita, dan ia yakin bahwa Siska sama sekali tidak makan di sana. Dan saat di rumah Siska pun tidak makan, ia hanya mandi lalu tidur di kamar Raka.

"Sekarang lo tidur. Kita omongin semua masalah ini besok," ucap Raka setelah itu ia mengecup kedua mata Siska, dan menghapus air mata adiknya yang sudah mulai mengering di pipinya.

Siska tak menjawab, ia hanya memejamkan matanya, kepalanya terasa sangat pening saat ini.

Tak lama Raka sudah menidurkan dirinya dan memeluk Siska dengan erat.

Raka mendekatkan bibirnya ke arah telinga Siska, lalu membisikan sesuatu. "Good night, My Angel."

TBC

A/N: Oye oye gue akhirnya update! Sebenarnya udah lama disimpen di draft tapi baru gue publish HAHAHAH. Eh gue mau curhat sedikit, kalian tau cerita gue yang baru itu, kan? Kalo yang belom tau, itu tuh cerita gue yang judulnya AZURA. Sebenarnya ada event kepenulisan gitu. Eventnya 100 hari nulis gitu loh, jadi kita bikin cerita baru yang harus tamat dengan jangka waktu 100 hari. Gue pengen ikut dengan cerita AZURA, makanya sekarang ceritanya gue unpub. Tapi, gue mikir mikir lagi, SPB aja yang dari bulan April gak tamat-tamat, malah baru sampe part segini, gimana kalo gue ikut event itu? Dan yang pasti cerita ini makin terbengkalai. Gue lumayan tertarik karena hadiah dari juara 1-3 ceritanya bakal diterbitin, tapi ya itu tadi kendalanya. Setelah gue pikir-pikir lagi, gue putuskan bahwa gue gak bakal ikut event itu, kalo ikut ya sama aja kayak bunuh diri. Sekian curhatan dari gue.

Btw, sorry ya, Dit. Hidup lo di cerita gue cukup sampai di sini aja HAHAHAHA ditaparamitaaaa

Gue ingetin lagi ya guys, kalo gue itu paling suka yang namanya di comment-in. Tapi please ya, jangan cuma minta update doang komennya.

Ok, keep vote and comment, see you next part guys!

Continue Reading

You'll Also Like

15.6M 492K 55
Sudah di terbitkan oleh Novelindo Publishing!! Berawal dari penjualannya oleh tantenya sendiri. Racel harus terlibat dalam dunia gelap milik Axel. la...
3M 178K 79
(SUDAH TERBIT DI TEORI KATA PUBLISHING) (BISA DI ORDER VIA SHOPEE) (LINK CO? BISA DM IG : LSNAALUNA_) __________ MATURE CONTENT (18+) 🦋Novel by Lsna...
2.6M 208K 58
[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Zenolya, dewi segalanya, dari awal tahu jika Hairoz adalah dewa kekelaman. Tapi Zenolya tidak menyangka jika Hairoz ternyata...
3.9M 213K 44
Posesif adalah caraku mencintaimu, agar kau tetap ada di sampingku dan tidak pergi dari hidupku🔪 #1 in possessive, 10 Juni 2020 #1 in acak, 15 Juni...