Happily Ever After ✅

By chocodelette

1M 39.6K 1K

[Sequel from Sweet Wedding] . . . . Tentang pasangan yang sangat manis setelah mempunyai anak. Copyright © by... More

Prolog
(1)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
THE END
Epilogue

(2)

65.6K 3K 68
By chocodelette

Aku balik lagi nih, guyssss.....

Enjoy!

=====

Hari ini... Hari bersejarah itu di mulai. Hari dimana mereka bukan lagi menjadi 2 melainkan telah menjadi satu.

Mereka yang sudah dipersatukan, tak mungkin lagi dipisahkan. Hari ini.. Genap 1 tahun usia pernikahan Tristan dan Luna.

***

"Ehmm" Luna menggeliat, membuka selimut yang menutupi setengah dari wajahnya.

Terasa ada yang berbeda di minggu cerah ini.. Saat Luna bangun, tak ada Tristan disampingnya, Luna mengerjapkan matanya berkali-kali.

"Jadi daritadi yang aku peluk itu guling?" Luna bertanya pada dirinya sendiri.

Luna langsung meraih jam di atas nakasnya, jam 6 pagi. Kemana suaminya itu? Luna tak mendengar suara air di kamar mandi, berarti suaminya tidak sedang mandi.

Hey, kemana perginya suami tersayang Luna itu di minggu pagi begini? Biasanya, dia akan bangun jam 9 pagi... Huft...

Luna langsung turun dari kasurnya, dan memakai sendal bulu-bulu bergambar mini mouse berwarna pink hitam kesukaannya, oleh-oleh Abi dari Hong Kong.

Ibu satu anak ini langsung mengecek keberadaan anak tunggalnya itu, ternyata anaknya masih tertidur lelap. Tangan mengepal di kedua sisi kepalanya, dan kepalanya menengok ke arah kanan serta mulutnya membentuk huruf O tak sempurna. Membuat Luna gemas dan mencium pipi anak itu.

Ciuman Luna yang lama membuat Hansel tak nyaman rupanya, matanya terbuka dan menatap kosong ke arah tangannya yang masih di kepal. Sebentar ia bertahan dengan mata terbuka, lalu perlahan mata itu tertutup lagi. Menandakan sang empunya masih ingin berlama-lama untuk terjun ke dunia mimpi...

Eits, jangan salah loh, bayi itu juga bisa mimpi...

Hal itu membuat Luna mau tak mau tersenyum. Selama 1 bulan ini, Tristan telah mengajarinya menjadi ibu yang sebenarnya. Tristan menuntunnya dengan sabar, walaupun sampai sekarang ia masih suka ikutan rewel kalo Hansel menangis kencang.

Ngomong-ngomong soal Tristan, dimana dia?

Luna kembali memikirkan dimana suaminya itu. Akhirnya ia memutuskan untuk keluar dari kamar, membiarkan anaknya itu tidur pulas di dalam sana. Kali ini fokus Luna jatuh pada Tristan.

Sudah 15 menit Luna menjelajahi seisi rumahnya ini, namun tak ditemukan keberadaan suaminya itu. Di wc, di dapur, di ruang kerja, di ruang makan, di taman belakang, di taman depan, gak ada... Di gudang juga gak ada, yang ada malah barang-barang berdebu yang bikin alergi Luna kambuh...

Dan yang lebih parahnya lagi.... MOBILNYA GAK ADA!!!

Luna mendesah frustasi, akhirnya ia kembali ke kamarnya dan menemukan kalau Hansel sudah bangun, dan lucunya dia tak menangis sama sekali. Ia hanya membuka matanya dan mencoba menggerak-gerakkan kaki serta ia mengepal-ngepalkan tangannya, seakan ada sesuatu di dalamnya untuk ia remas.

Luna tersenyum melihat anaknya itu, dan dia mengangkat anaknya itu, dan setelah itu Luna mengambil ponselnya yang ia simpan di nakas. Luna berbaring dan menaruh Hansel di atasnya, kalau nanti Hansel haus, ia akan merangkak sendiri mencari 'makanannya'

Luna tak memikirkan Hansel yang masih ingin bermalas-malasan diatas perut Luna, ia hanya memikirkan kemana Tristan...

Ia menekan angka-angka di ponselnya, angka yang sudah ia hafal di luar kepala...

Nyambung...

"Ya, sayang?" Suara halus Tristan menyapa pagi Luna yang sepi.

"Kakak dimana?" tanya Luna langsung.

"Di jalan, mau ke kantor" ucap Tristan enteng.

"Kok ke kantor sih? Ini kan minggu Kak, Minggu" ucap Luna terdengar agak kesal.

"Iya, aku tau ini minggu" ujar Tristan masih kalem. "Tapi aku ada meeting penting," Tristan menjelaskan dengan nada suara yang begitu menenangkan.

"IH" Luna sudah memulai aksi dumelnya. "Pulang kak, pulang" Luna memaksa.

"Gak bisa sayangku, cintaku, manisku, ini rapat direksi, penting"

"Selalu kerjaan lebih penting dari keluarga!" suara Luna sudah naik 1 oktaf dari biasanya.

"Ya kan aku kerja juga buat kamu sama Hansel, sayang" jelas Tristan lagi.

"Kakak nyebelin!" suara Luna bukannya cuma naik 1 oktaf saja, kali ini suaranya terdengar bergetar menandakan ia akan segera menangis.

"Maafin aku ya Lun, aku usahain pulang secepetnya deh" ucap Tristan terdengar menyesal.

"Gak usah pulang!" ucap Luna. "Hiks.. Kakak nyebelin" dan TUT. Sambungan di putuskan secara sepihak sama Luna.

***

"Kenapa? Istri lo ngambek lagi?" tanya Abi pada Tristan. Mereka sedang ada di mobil bersama, menuju suatu tempat, yang jelas bukan kantornya Tristan, apalagi kantor Abi.

Mereka adalah dua tipe cowok yang profesional dalam membagi waktu. Senin sampai Jumat bekerja, dan Sabtu Minggu untuk istirahat...

"Yeah, as always"

"Tan.. Tan.. Istri lo tuh langka banget," Abi menertawakan Tristan. "Udah punya anak, tapi masih doyan ngambek" Abi masih tertawa.

"Justru itu yang bikin makin cinta" jawab Tristan apa adanya, setelah itu fokus pada jalanan pagi yang kebanyakan di tutup karena 'car free day'

"Cinta?" Abi tertawa lagi... "Cinta itu apa? Cinta itu gak ada, Tan" ujar Abi setengah tertawa, setengah sinis.

"Ada, Bi, Cinta itu ada, cuma lo belom nemuin aja....." ucap Tristan tiba-tiba berubah bijak. "....atau mungkin udah ada, tapi lo sia-siain"

Abi mendelik mendengar pernyataan Tristan yang terakhir. Setengah hatinya meyakini kalau cinta itu adalah 'bullshit' tapi setengah dari hatinya mengatakan kalau Tristan benar.

"Kenapa diem Bi?" tanya Tristan. "Mikir kalo kata-kata gue bener, hm?"

"Gak!" jawab Abi cepat. "Ya mungkin cinta itu ada, cuma gue aja yang belom ketemu sama cinta gue itu"

"Fandra?" Tristan bertanya tentang mantannya.

"Diluar jangkauan" jawab Abi datar.

"Lea?" tanya Tristan lagi.

Hanya 2 wanita itu saja yang Tristan tau dekat dengan Abi.

Abi terdiam sebentar. Entah kenapa, pikirannya saat melihat tubuh Lea diangkat dan dimasukkan ke dalam mobil dengan banyak darah di tangannya Senin kemarin kembali berputar di otaknya.

"Dia bukan siapa-siapa gue" dan akhirnya jawaban itu lah yang muncul dari mulut Abi.

Tristan berusaha cuek mendengar jawaban Abi, walaupun dalam hati ia yakin kalau Abi ragu untuk mengatakan hal tersebut.

"Let's see!" Tristan berkata yakin dalam hatinya.

"Jangan tunggu kehilangan dulu baru di cari, mending sebelum ilang udah dijaga" ucap Tristan, tak menoleh pada Abi sedikitpun, meski kalimat itu ditujukan untuk menyindir Abi sepenuhnya.

Abi tak menjawab, ia hanya terdiam di posisinya sekarang.

Dia memang sudah kehilangan Fandra, tapi dia tak berniat untuk mencari Fandra. Dia akan menunggu Fanda kembali dan mengejarnya lagi.

Dan, Lea...... Entah, serasa rongga dadanya sesak saat mengingat nama itu.

***

Malam telah datang, bulan dan bintang menyelimuti kegelapan malam. Malam ini begitu cerah, tak redup seperti hati Luna.

Seharian ini Luna uring-uringan, Tristan tak meminta maaf padanya lagi lewat SMS maupun telpon, padahal daritadi Luna menunggunya.

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tapi tak ada tanda-tanda kalau Tristan akan pulang ke rumah. Apa dia benar-benar menuruti kata-kata Luna untuk tidak pulang?

Ah, Luna sungguh menyesal kalau benar Tristan melakukan itu.

Luna kembali masuk ke kamar, ia merasa begitu iri pada bulan yang ditemani oleh bintang-bintang. Dia tidak sendirian. Dia tidak kesepian seperti Luna.

Luna akhirnya memilih untuk berendam di bath up kamarnya, ia ingin merelaxkan pikiran serta hatinya. Sebut Luna lebay, tapi ia memang tak pernah ditinggal oleh Tristan.

***

Jam 9 kurang Tristan sudah memarkirkan mobilnya di garasi. Ia menaikki tangga dengan langkah semangat, karena ingin mencari Luna. Karin sedang menginap di rumah Vera karena Kafka sakit, dan dia minta ketemu sama Omanya.

Tristan membuka pintu kamar, dan menemukan lampu menyala, tapi sayangnya tak ada Luna di kasur, yang ada hanya Hansel yang sudah terlelap begitu nyenyaknya.

Tristan mendengar suara air dari dalam kamar mandi, ia langsung berjalan ke arah kamar mandi tersebut.

Tok tok tok

"Lun? Luna? Kamu di dalem?"

Namun tak ada sahutan dari dalam.

Tristan mencoba menggerak-gerakan knop pintu kamar mandi itu, namun di kunci.

Brak brak brak

Ketukan itu berubah menjadi sebuah gebrakan, "Lun... Lunaaaa buka pintunya!" teriak Tristan panik saat pintu belum juga di buka.

"Luna! Buka pintunya! Kalo kamu marah sama aku, aku bisa jelasin!" Tristan masih panik. "Luna, kalo kamu gak buka pintunya, pintu ini bakal aku dobrak" Tristan terus berusaha membuka pintu itu, namun hasilnya nihil.

"LUNAAAA" teriak Tristan, namun masih tak ada jawaban.

Telapak kaki Tristan yang telanjang tiba-tiba terasa basah, saat ia menunduk ternyata air sudah keluar dari celah kamar mandinya.

Tristan semakin panik. Tanpa ba-bi-bu, Tristan langsung mendobrak pintu itu.

Pintu itu terbuka dan banyak air yang keluar membasahi ujung celana Tristan yang tak digulung itu.

Dan ia terbelalak melihat pemandangan dihadapannya.

"Shit!" umpat Tristan.

Rencananya ia akan memberikan kejutan untuk Luna, sekarang malah dia yang mendapat kejutan dari istri labilnya itu.

Tubuh Luna polos tanpa sehelai benangpun, meringkuk, tenggelam dalam air di bath up yang sudah tumpah ruah... Bibir Luna sudah memutih, dan wajahnya begitu pucat.

Tristan tanpa memedulikan jasnya yang masih menempel di tubuhnya lengkap itu langsung mengangkat tubuh Luna.

Ia merebahkan tubuh Luna diatas selimut yang disebelahnya menyelimuti tubuh kecil Hansel. Tristan membalut tubuh Luna dengan selimut tersebut, dan memindahkan Hansel ke dalam box bayinya. Setelah itu, Tristan mematikan AC dan menyalakan pemanas ruangan di kamarnya itu.

Lalu, Tristan mengambil jaket tebalnya dari dalam lemari, jaket anak pecinta alam yang dulu Tristan gunakan saat naik gunung bersama teman-teman kuliahnya dulu.

Tristan juga menarik satu boxer untuk ia gunakan nanti. Ia tak mengambil kaos karena ia yakin ia akan kepanasan. Tak lupa ia juga mengambil handuk baru dan daleman baru untuk Luna.

Tristan memakaikan jaket tebal dan daleman itu di tubuh Luna, memang tubuhnya menjadi kelelep dengan jaket itu. Jaket itu panjangnya sampai selutut Luna. Setelah itu, Tristan mengambil handuk kering yang tadi ia letakan di samping Luna, untuk menghanduki rambut Luna yang masih basah.

Setelahnya, Tristan baru melepas bajunya dan mengenakan boxer yang tadi diambilnya. Benar-benar panas... Bahkan, tubuhnya Tristan pun sudah berkeringat sedikit.

Tristan ikut rebahan di samping Luna, menarik tubuh kecil Luna ke dalam pelukannya, bahkan kaki Luna pun diapitnya. Seperti memeluk guling.

"Maaf ya Lun, Maaf" Tristan terus menggumamkan kata maafnya berkali-kali pada Luna dan ia juga mengecup kening Luna berkali-kali.

Ia begitu menyesali karena seharian ini pergi dan tak mengabari Luna.

Tiba-tiba ponsel Tristan berbunyi, Tristan buru-buru mengambil ponselnya karena takut bunyinya itu menganggu Luna.

"Ya, halo? ..... Maaf saya gak jadi dateng, tapi nanti duitnya bakal tetep saya transfer kok .... Ok terima kasih"

Saat Tristan meletakkan kembali ponselnya di atas nakas, Luna terbangun karena pergerakan Tristan itu.

"Kak" panggil Luna lemah.

"Iya sayang?" ucap Tristan, "Maaf ya kamu jadi kebangun"

"Kakak pulang kan?" gumam Luna tak sadar. "Luna kesepian gak ada kakak"

Tristan tersenyum. Kembali, rasa bersalah itu menyergap hatinya. Memenuhi rongga dadanya lagi.

"Maafin aku ya Lun udah pergi seharian" Tristan mencium kening Luna dalam.

"Kakak abis darimana?" tanya Luna sedih. "Kakak mau kemana lagi? Kakak juga tadi mau bayar apa?" tanya Luna bertubi-tubi.

"Sstt, udah Luna tidur aja, kakak gak akan kemana-mana kok, kakak bakal nemenin Luna disini" ucap Tristan menenangkan hati Luna. "Sekarang Luna tidur ya"

Luna mengangguk lemah, "jangan tinggalin Luna ya, Kak"

"Iya sayang"

Setelah itu Luna mencoba tidur di dalam pelukan Tristan.

Sekitar jam 11 malam, akhirnya Luna benar-benar tidur pulas, dan Tristan harus merapihkan kekacauan yang Luna buat tadi.

Tristan menguras bath upnya, dan mengepel sedikit sisa air yang sempat tumpah ruah di kamarnya.

Setelah selesai semuanya, Tristan mengecek keadaan Hansel yang masih tertidur pulas, dan abis itu dia ngambil selimut tebal baru di dalam lemari untuk menyelimuti dia dan Luna.

Sebelum Tristan ikut bergabung bersama Luna ke dalam selimut baru -selimut yang lama udah dimasukkin ke tempat pakaian kotor- ia menyalan AC dulu, namun suhunya dibikin suhu yang tinggi. Agar Luna tidak kedinginan, dan Tristan juga tidak kepanasan.

Setelah itu, Tristan bergabung bersama Luna di dalam selimut. Menarik tubuh Luna ke dalam pelukannya, lalu mencium kening Luna dalam.

"Happy first anniversary wedding, sayang, maaf aku bikin kamu jadi sakit gini, aku cuma mau bikin makan malem spesial tapi gagal" Tristan berkata demikian, lalu tersenyum.

Lalu hanyut dalam mimpi indahnya.

=====

Heeey vote and commentnya ya plis. Hargain usahaku ya! :3

THANKS :D

Continue Reading

You'll Also Like

35.6K 3.7K 28
Kai pikir setelah menikah, ia tidak akan kesepian. Tapi ternyata, ia lebih sering sendiri. Memasuki usia pernikahan empat tahun, Kai menyadari bahwa...
645K 55.7K 49
⚠️Kalau berkenan kalian bisa baca Broken Touch dulu ya guys biar lebih nyambung. Kecewa karena tidak lulus tes fisik saat mendaftar sebagai CPNS keja...
1.8M 87.4K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
3.2M 25.4K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...