Querencia

By mafiakangkung

290K 32.7K 23.3K

[𝙊𝙣 𝙂𝙤𝙞𝙣𝙜] #𝐒𝐞𝐪𝐮𝐞𝐥 𝐨𝐟 𝐒𝐞𝐦𝐞𝐬𝐭𝐞𝐫 𝟖 𝘘𝘶𝘦𝘳𝘦𝘯𝘤𝘪𝘢 (𝘯.) 𝘢 𝘱𝘭𝘢𝘤𝘦 𝘧𝘳𝘰𝘮 𝘸𝘩... More

Mukadimah - Casts
Q01. Masuk Angin?
Q02. Semanis Sirup Kurma
Q03. Bekas Luka
Q05. Gak Sesederhana Itu, Ananda!
Q06. Di Ujung Derita
Q07. Kado Terindah
Q08. Ananda & Raden Menuju Bahagia
Q09. Long "Dipingit" Relationship
Q10. Get Ready with Pengantin Baru
Q11. Panggil Mereka Ayah & Bunda Meong
Q12. Susu Murni Nasional
Q13. Bye-bye Raden Byutipul
Q14. Welcome Baby Girl
Q15. How to Fight Raden Wonwoo
Q16. Ketika Dominan Didominasi
Q17. Raden Miyu Maurasena
Q18. Officially Hot Daddy
Q19. Ayah dan Bunda, Mengapa Aku Berbeda?
Q20. Kapan Kerja Lagi?
Q21. Teror Paket Online
Q22. Teori Kebahagiaan Miyu
Q23. Nyicil Target Hidup
Q24. Happy Anniversary
Q25. Home...Home...Home...
Q26. Halo, Gigi Susu!
Q27. Ada Apa Denganmu?
Q28. Call Me Manjalita
Q29. Move Like Jaeger!
Q30. Manusia Pentol Korek Api
Q31. Bye, S2. Welcome New Member!
Q32. Kudeta Mbakyu Miyu
Q33. Little Ananda
Q34. Beruang Ngamuk
Q35. Beruang Ngamuk [v.02]
Q36. Rindu Dibayar Nyicil
Q37. Bentuk Cinta
Q38. Anak Pertama
Q39. Resolusi Baru
Q40. Jalan Jaegerku
Q41. Cinta Salah Alamat

Q04. Menjadi Raden Yang Baru

9.1K 1.1K 985
By mafiakangkung

Ananda mau jadi ayah dari anak-anaknya Raden, kan? Kalo gitu ayok kita bikin dedek lagi.

========

Wonwoo's Pov

Gue kira keajaiban itu gak nyata.

Walaupun nyata, setidaknya sebagai manusia gue gak mungkin merasakan itu secara pribadi bahkan secara langsung seperti ini. Pikiran gue selalu sesuai dengan kenyataan. Jika cowok gak mungkin bisa mengandung sama kayak perempuan.

Tapi, sebuah realita menyentil gue dan tentu saja gue harus memercayainya.

Di hari kemarin, gue akui cukup sulit untuk menyadari bahwa gue mengandung anaknya Ananda. Di samping gue lagi bersemangat untuk persiapan S2—sampe abai dengan masalah kesehatan, gue gak kepikiran kalo perbuatan kami berakibat pada hadirnya sebuah kehidupan.

Gue merasa bersalah tentu aja. Khususnya pada Ananda yang gak pernah absen memberikan cinta sejak kami sepakat menjalin hubungan asmara. Setiap dia menenangkan gue yang bermuram durja, wajahnya terlihat menderita menahan air mata.

Gue semakin merasa bersalah karena jadi kekasih yang gak berguna. Karena bukannya membalas cinta, gue malah menghilangkan kebahagiaan di hidup Ananda. Rasa sakit yang gue rasakan pasca operasi gak sebanding dengan luka yang ditanggung sendiri olehnya.

"Mas Wonwoo lagi apa?"

Papa Jaejoong muncul di depan kamar gue yang baru yakni di lantai dasar. Setelah pulang dari rumah sakit, Encing Beki punya inisiatif untuk menempatkan gue di kamar bawah karena gak memungkinkan untuk naik turun tangga.

Alhasil, gue gak bisa melawan orang tua sebab Mingyu cukup kesal pada awalnya, tapi karena semua demi kebaikan gue juga dia mencoba mengerti.

"Gak ngapa-ngapain kok Pa, cuma melamun."

Iya, hari-hari gue melamun doang kerjaannya. Menunggu Mingyu pulang yang biasanya segala jenis rindu gue tahan karena menyiksa. Jika kilas balik ke beberapa hari sebelum kejadian ini, gue jadi ingat semua yang gue lakukan gak pernah sendirian karena ada adek juga.

Tapi, sekarang?

Kayaknya adek marah karena bunda dan yandanya gak menyadari akan kehadiran dia sehingga memilih pergi ke surga. Gue memang pantas ditinggalkan. Orang tua seperti gue pantas ditinggalkan karena gak peka.

Rasanya air mata mau keluar lagi kalo gak ditahan karena ada Papa. Kemarin pas ngobrol dengan Daddy via telepon, tangisan gue pecah lantaran masih terbawa suasana. Gue berjanji dan putuskan untuk gak akan bikin kedua orang tua dan keluarga khawatir lagi.

Gak boleh.

Haram hukumnya.

"Papa bawain makanan kesukaan Mas Wonwoo, mau dimakan sekarang atau nanti?"

"Nanti aja, aku belum lapar."

Sentuhan lembut Papa mendarat di poni gue yang udah panjang. Lupa atau guenya gak sempet mikirin rambut lagi saking dibutakan oleh kesibukan menjemput S2. Gue rasakan kasih sayang tak terhingga dari sentuhan Papa dan yang pasti dirindukan setiap waktu, khususnya ketika kami masih tinggal bersama dulu.

"Mas Wonwoo mau liat sesuatu gak? Untung barangnya gak ikut disita, kalo iya album ini hilang, Papa pasti bakalan sedih."

Oh, iya, buat yang belum tau kepulangan Papa ke Indonesia untuk selamanya menjadi bukti perekonomian keluarga kami kembali normal lagi. Bahkan rumah di Bintaro udah bisa ditebus dan semuanya—baik Papa, Ningsih, dan Mbakyu Egi tinggal di sana terhitung dari hari kemarin.

Gue memilih stay Griya GSM aja karena gak bisa hidup tanpa Ananda. Rasanya gak rela, gue gak bisa berjauhan walau dari aroma yang ada di ruangan, pakaian, ataupun segala hal yang berkaitan dengannya. Bucin ya gue? Biarin ah, gue gak pernah sesayang sama ini sama seseorang, selain Tipul tentunya, tapi kan dia hewan.

"Album apa itu, Pa?"

Papa Jaejoong tersenyum manis, kami lagi duduk di atas kasur mulai fokus memerhatikan kolase foto dalam album yang sepertinya cukup usang. Banyak potret gue yang belum diketahui tersimpan di sana, hingga gue terkejut ketika melihat seorang cowok muda cantik dengan perut besar seperti tengah mengandung.

"Ini Papa?" gue bertanya out of the blue. Takjub karena potret itu terlihat asing namun familier di saat bersamaan.

"Dan di dalam sini ada Mas Wonwoo, usia 8 bulan."

Papa menunjuk foto perutnya sambil tersenyum, membuat gue bertanya-tanya dengan informasi yang baru gue ketahui di usia dua puluh dua ini. Mungkin kalo lawan bicara gue adalah Ananda, dia akan mencium gue dengan embel-embel gemas. Wajah kaget gue cuma dibalas tawa lega Papa seolah beban yang dia tahan hilang saat itu juga.

"Mas Wonwoo pasti kaget ya setelah kejadian ini? Ini salah Papa sama Daddy karena gak ngasih tau dari dulu. Ya habis, Daddy kamu terlalu over protektif, dikit-dikit jangan, dikit-dikit gak boleh. Jadi ..., yah, harus melalui hal wow dulu untuk menceritakan kesalahan kami."

"Berarti aku harusnya manggil Mama dong bukan Papa?"

"No, mamas sayang. Papa juga manly kok terlepas dari fakta bisa mengandung. Jadi, jangan merasa canggung apalagi berubah hanya karena ada satu informasi yang mamas baru tau di masa sekarang."

Gue mengangguk melihat Papa tersenyum. Memang, selama ini gue selalu merasa jika Papa memiliki aura keibuan. Tapi, setelah tau misteri bahwa Mama yang gak pernah gue anggap ada adalah Papa, bukankah wajar gue masih belum percaya?

Ada banyak pertanyaan yang ingin gue tanyakan pada beliau, seperti bagaimana gue bisa lahir karena posisinya Ningsih lahir tiga tahun setelah gue.

Apa benar drama pernikahan mereka yang menikah dengan perempuan lain sampai bersatu dalam keluarga Raden juga gak sesuai dengan kenyataan?

"Papa pengin cerita semuanya, tapi sekarang Mas Wonwoo masih dalam tahap pemulihan. Yang pasti ada satu hal yang harus mamas ketahui, Mbakyu Egi dan Adek Nancy adalah sodaranya Mas Wonwoo. Jangan minder atau merasa beda karena mas bisa mengandung, justru itu anugerah loh, Mas Ananda beruntung punya Mas Wonwoo."

Lantas gue merasa luka di perut gue terasa perih. "Kalo aku gak bisa hamil lagi gimana? Ananda pasti gak mau lagi sama aku."

"Gak sayang, Mas Wonwoo gak tau ya kemarin Mas Ananda sampe bersujud depan Papa? Dia minta maaf bahkan minta izin buat seriusin Mas Wonwoo. Aduh, jadi inget Daddy kamu."

Papa tertawa lagi, gurat ayu di wajah cantiknya membuat gue ikut tersenyum. "Papa gimana bisa ketemu Daddy? Apa Daddy juga semesum Ananda?"

"Hm?"

Aduh, keceplosan kan bilang Ananda mesum. Tapi dia emang mesum kok ... dan gue suka.

"Papa malu ah ceritanya, nanti Mas Wonwoo nyorakin Papa lagi karena bucinnya Daddy."

Padahal kalo Papa tau, gue juga bucinnya Ananda Mingyu.

Plis, jangan hujat Raden uwu -Kangkung

"Ya udah kalo gak mau cerita, aku yang telepon Daddy buat nanya semuanya."

"Eeeeh jangan," sergah Papa yang langsung memerah wajahnya. "Baiklah, kalo Mas Wonwoo mau tau. Sebenarnya cerita gimana Papa bisa kenal Daddy karena kami dulunya teman masa kecil waktu di Solo. Biasalah pacaran tapi putus di tengah jalan. Anak alay zaman dulu kan, kami sepakat buat nikmati hidup masing-masing selang beberapa tahun kemudian."

"Terus?"

"Daddy kamu malah udah nikah karena dijodohin sama anak kerabatnya. Terus punya Mbakyu Egi, tapi pas usia berapa bulan mereka cerai. Papa gak tau kronologisnya tapi denger kabar sih mantan istri Mas Yunho yang gugat. Terus ketemu lagi deh sama Papa di Bintaro, cinta lama belum kelar lah yak ceritanya."

"Kalian nikah? Langsung punya aku?"

Sontak tawa Papa terdengar renyah, wajahnya memerah menahan malu. "Apanya yang nikah? Daddy kamu itu gak sabaran, baru ketemu aja kita udah sejauh ..., yah, Mas Wonwoo juga tau. Itu juga asal muasal Mas Wonwoo ada."

"Hm, jadi aku hasil kecelakaan ya?"

"Tuh kaaaan, padahal Papa bilang tadi jangan dibahas sekarang, mamas malah penasaran."

"Daripada aku kepikiran?"

Papa memeluk gue, hangat sekali tapi gue merasakan ada penyesalan di sana. Mungkin ungkapan maaf? Ya kalo gue boleh tebak. Tapi balik lagi itu adalah serba-serbi kehidupan. Kesempurnaan cuma milik Tuhan dan kesalahan dari setan, manusia sudah sewajarnya jadi korban.

"Tapi, Papa sama Daddy sayang Mas Wonwoo kok, sayaaaaaang banget. Mungkin selama masa mengandung dan melahirkan Mas Wonwoo cukup berat karena saat itu Papa punya tunangan."

"Mamanya Ningsih?"

Papa mengangguk. "Yah, selayaknya pernikahan yang diatur keluarga, Papa waktu itu belum dinikahin Mas Yunho dan usia Mas Wonwoo baru tiga tahun dipaksa nikah. Gak ada rasa dan ternyata saat kami menikah pun dia lagi hamil Adek Nancy. Orang tua menganggapnya itu anak Papa tapi ya gak apa, toh pas Adek Nancy lahir Papa juga sayang sama dia. Cuma namanya usia, Mamanya adek gak selamat."

"Tapi kan si Ningsih bule, Pa? Mamanya bule dong berarti?"

"Dikit, Tante Jessica seperempat bule. Papa denger gosipnya, ayah biologis adek emang bule tulen."

Gue merasa bersalah karena gue kira Papa sungguhan menikah sama cewek Amerika. Gue juga sedih karena fakta mengenai Ningsih cukup drama kayak sinetron Indonesia. Luar biasa ya si Kangkung bikin cerita super maksa, gue bahkan sampe gak tau keadaan keluarga gue sendiri kayak gimana.

"Adek Nancy belum tau, tapi mungkin nanti, suatu saat nanti Papa kasih tau. Dia anaknya baik, dia pasti akan mengerti ya ..., semoga aja."

"Nanti aku bantu bicara kalo dia kumat. Papa jangan khawatir."

Papa tersenyum. "Udah ya, Mamas gak penasaran lagi, kan? Pokoknya jangan mikirin apa-apa lagi, mamas fokus aja pemulihan. Fokus bahagia juga sama Mas Ananda, jangan lupa setelah mamas pulih, akan ada pernikahan. Jadi, jaga kesehatan terus."

Dan kecupan di kening dari Papa membuat gue lega, setidaknya membuang rasa bersalah gue yang tadinya kronis sampe gak ada obat. Sederhana aja, gue bisa tegar kalo ada orang yang menemani atau mengajak ngobrol.

Tapi saat sendirian, gue berubah menjadi pendiam. Banyak kegalauan datang dan tentunya membuat gue semakin terpuruk. Keputusan Papa untuk menjenguk gue setiap pagi adalah bentuk penyelamatan.

Karena memang terasa banget perbedaannya, begitu Papa pamit pulang dan gue kembali sendirian, perasaan gue menjadi hampa. Tapi gue gak mau berlarut-larut di dalamnya. Gue pengin berubah menjadi Raden Wonwoo yang baru.

Yang mana di pantulan cermin sana, meskipun cuma ada wajah pucat dan ekspresi terluka yang dipendam, yang mana gue semakin terlihat feminim setiap waktunya, gue harus membuktikan pada dunia bahwa gue bisa bangkit dan bahagia.

Berubah untuk Ananda juga, yakni untuk calon masa depan gue yang sekarang lagi berjuang banting tulang. Tentunya gue akan berjuang untuk kebahagiaannya.

Maka, gue coba tersenyum, mencermati perubahan yang baru gue sadari jika Raden Wonwoo Askara Bayu adalah 'cowok spesial'.

Ya, gue akan berubah ke arah yang lebih baik lagi.

Gue akan hidup bahagia bersama dengan Ananda.

•••

Pulang adalah kegiatan yang paling ditunggu dan disukai Mingyu sejak mulai bekerja. Selelah apapun dirinya, selemas apapun raganya, saat bertemu dengan sang belahan jiwa semua akan terasa berbeda.

Ya, bayangkan saja seharian penuh cowok bongsor itu menforsir otak juga tenaga hanya untuk mengumpulkan dana. Eh, bukan sekadar 'hanya' deh, karena memang dana yang dibutuhkan yakni untuk menikah. Maka, sudah konsekuensi jika dia dituntut ekstra kerja keras agar bisa segera meminang Raden Wonwoo tercinta.

Setelah memasukkan Jaeger ke dalam garasi, Mingyu berlari kecil dengan sedikit terburu-buru. Mengabaikan Dino yang masih saja sibuk dengan hapenya di sofa, mungkin wacana berkebun sampai tua karena kehadiran Mingyu pun gak disadarinya.

Kurang ajar memang anak zaman sekarang.

Gadget mulu, pacaran kagak.

"Radenku tercinta, Ananda pu...lang?"

Mingyu sendiri heran kenapa dia malah bertanya bukannya menyapa. Apalagi tubuh bongsornya yang membatu di depan pintu. Yha, terang saja, semua dikarenakan Raden Wonwoo yang sedang sibuk di depan cermin, entah sedang apa tapi Mingyu rasakan perubahaan di bagian rambut yang menjadi ..., keriting?

"Ananda udah pulang?" tanya Wonwoo riang tapi belum mau menghentikan kegiatannya menata rambut. "Sini masuk, ngapain berdiri di situ?"

Mingyu ngeblank pemirsa, ibarat hape kayaknya lowbat deh ya. Sisa tenaga untuk bernapas pun sampe habis akibat disuguhi perbedaan Wonwoo hasil menata habis rambut hitamnya.

Aduh, gak baik nih.

Gak baik buat jantung Mingyu.

"Sayangku, Ananda mandi dulu ya di atas nanti turun lagi kalo udah ganteng. Jangan kangen."

Bahkan belum mendengar kalimat balasan Wonwoo yang mengatakan: 'gak usah mandi, Ananda udah ganteng', tapi Mingyu lebih dulu menaiki tangga. Dia dilanda serangan uwu level dewa, berasa ditampar mimpi karena keindahan terpapar secara nyata depan mata.

Astaga, dalam rangka apa coba Radennya merias diri? Mingyu malah berpikir jika cowok manis itu akan sedih karena ditinggal kerja. Apalagi pasca duka yang masih menyelimuti mereka, tapi ternyata Wonwoo dengan mudahnya membalikkan keadaan karena Mingyu yang berniat membersihkan diri jadi gak fokus. Bawaanya pengin turun ke kamar bawah terus.

Benar aja, Wonwoo masih sibuk merias rambut. Mingyu meleleh melihatnya, karena cowok manis itu terlihat cantik juga menggemaskan dalam satu waktu. Dalam hati, Mingyu sibuk membaca mantra yang kurang lebih pujian untuk sang kekasih, tanpa sadar jika sedari tadi Wonwoo memerhatikannya dengan tatapan penuh cinta.

Kalian gak salah baca kok. Raden si mantan tsundere kini sudah bertransformasi menjadi Raden uwu yang super gemas. Menatap kekasihnya seperti melihat mahakarya Tuhan paling indah, membuat Ananda sebagai bucin terkuat berakhir jadi nasi goreng gak dikaretin.

Ambyar.

"Gimana? Raden cantik gak?"

Jangan salahkan Mingyu kalo dia cuma bisa melongo. Serasa semua indera dalam tubuhnya mati rasa, apalagi penglihatan dan pendengaran. Karena seumur-umur pacaran, baru kali ini Wonwoo bertindak dan bertanya seekstrem ini.

Cantik katanya?

Biasanya juga nanya manly.

Astaga, apa ini pertanda dunia akan kiamat?

Apa ini pertanda akhir zaman?

Mereka belum nikah padahal.

"Ananda ih! Raden cantik gak? Kok diem aja?!"

Mingyu mendekatkan diri pada Wonwoo yang tersipu dengan senyum malu-malu, menangkup pipi cowok cantik itu hingga dia sendiri lupa mengedip. Amnesia cara bernapas dan tersedak sedetik kemudian.

"Ananda harus telepon pihak surga nih."

"Kenapa emangnya?"

"Mau lapor kalo bidadarinya lepas ke dunia. Mana nyasar di Ciputat pula."

Dengan pipi super tersipu Wonwoo terkekeh pelan, membuat Ananda yang lelah selelah-lelahnya lupa, malah seperti ditonjok asupan energi karena kekasih yang kemarin menangis di pelukannya kini malah tertawa bahagia.

Beruntung sekali Mingyu bisa melihat senyum itu.

Kayaknya Ananda Mingyu di kehidupan dulu adalah jadi pahlawan tanpa nama. Nyelametin pangeran kucing dari kehancuran dunia.

"Kalo Raden pake rambut kayak gini setiap hari gimana? Ananda suka gak?"

Mingyu tersadar refleks menggeleng. Membuat Wonwoo yang tersenyum bahagia mendadak heran karena sikap tiba-tiba kekasihnya.

"Gak boleh! Bahaya kalo orang lain liat nanti banyak yang suka sama Raden. Ananda gak ikhlas!!!"

Manyun dong Wonwoo. Susah payah dia ngecurly poni dan rambutnya yang memanjang, tapi malah gak diapresi sama seseorang yang dia harapkan.

"Kok gitu? Ananda gak suka kalo Raden cantik? Ananda maunya Raden jelek aja biar bisa nyari pacar lagi?"

Wonwoo menepis tangkupan tangan Mingyu, membuat si bongsor melotot syok melihat drama sabun dari kekasihnya. Jujur, dia masih belum konek, ibarat kata masih capek dari bekerja tapi malah disuguhi bom paling indah yang meledak seperti Wonwoo.

Wajarlah hatinya mati total, sedari tadi Mingyu jadi orang linglung karena ternyata kekasihnya bernama Raden Wonwoo persis lagu Ed Sheeran, Perfect.

Coba deh, siapa yang gak pening dikasih beginian? Kangkung aja sampe layu seketika, apalagi Ananda yang bucin akut sampe gak ada obatnya! Mana Raden manyun-manyun manja, membuat Mingyu gemas lantas dikecupnya bibir merah Wonwoo.

"Raden lagi kenapa sih? Takut banget kayaknya Ananda pindah ke lain hati. Kan Ananda udah jadi bucin garis radikalnya Raden, masa iya mau selingkuh?"

Untung bukan lapak sebelah ya yang suka sama pacar orang, Ananda kan setia-setia cleub. Say no to mendua. Ibaratnya, dikasih yang seperti Raden masih gak puas adalah definisi maruk yang gak sehat. Lagi pula gak ada yang sesempurna Raden di matanya, maka jangan harap semua kalangan, golongan, gender, usia bisa merebut hati Ananda gitu aja.

Udah digembok cuy. Kuncinya bahkan ditelen sama buaya di Sungai Amazon sana.

Wonwoo memainkan jemarinya, mengalihkan wajah dari Mingyu. "Takut Ananda bosen aja sama Raden. Apalagi setelah kejadian kemarin, takut nanti Raden ditinggalin pas lagi bucin-bucinnya."

Aduh mak, ini lagi Raden langsung meluk badan kekar Ananda. Jangan tanya gimana nasib yang dipeluk, kayaknya lagi negosiasi sama malaikat pencabut nyawa deh. Milih Mingyu mati saat itu juga atau entar-entar aja ketika dia siap mental dan hati dalam menghadapi kegemasan Raden Wonwoo.

"Sayangku, Ananda udah bilang berapa kali sih kalo gak bakalan ninggalin Raden. Kan kita mau nikah, masa iya Raden ditinggal. Udah ya, jangan mikirin yang aneh-aneh lagi. Mending juga Raden istirahat, lukanya masih sakit? Obatnya udah diminum?"

Mingyu rasakan gerakan kepala menggeleng dari Wonwoo di pelukannya, masih hati-hati karena Mingyu takut membuat bekas jahitan kenapa-kenapa. Wonwoonya memang yang gak mau tenang, hampir aja dia menubruk tubuh Mingyu jika gak segera ditahan.

Sebut Mingyu payah, tapi sikap manja Wonwoo menjadi candu dan kelemahannya. Apalagi lehernya kini diendus oleh cowok itu hingga bulu kuduknya meremang setelah mendengar sebuah bisikan.

"Ananda mau jadi ayah dari anak-anaknya Raden, kan? Kalo gitu ayok kita bikin dedek lagi."

Sedetik.

Dua detik.

Tiga detik.

Mingyu yang masih loading menatap gak mengerti tapi dibalas ekspresi cantik. Alhasil, telapak tangannya yang beraksi, menempel di jidat Wonwoo dan menyingkap poni hingga mengundang wajah super terkejut.

"Poninya rusak!" Wonwoo menjerit, Mingyu masih membandingkan perbedaan suhu tubuh mereka.

"Gak anget ah. Raden gak sakit juga, tapi kok ngaco ya. Tadi makan sama apa? Encing Beki bikinin Raden makanan apa? Hayo ngaku!"

Tapi Wonwoo malah manyun dengan mata sedikit berkaca-kaca. Dendam dengan Mingyu yang sudah merusak poninya. Entah apa yang terjadi malam itu, perubahan Wonwoo membuat Mingyu ikutan berubah jadi super lemot karena informasi yang didapatkan begitu menampar kenyataan.

"Ananda tuh gak tau betapa pusingnya Raden bikin poni dan sekarang dirusak gitu aja. Jahat tau gak! Tega!"

"Aduh, kenapa sih sayang?" Mingyu gemas. "Raden udah cantik dari sananya, gak dikeriting juga Ananda cinta. Apa masih kurang juga pembuktian dari Ananda? Coba, kudu gimana nih biar Raden gak marah-marah lagi."

Wonwoo memasang wajah memelas. "Pengin bayi, pengin dedek dari Ananda. Boleh ya?"

Aneh tapi ajaib, sepanjang sejarah baru kali ini seorang Ananda Mingyu bersikap kulkas. Bahkan di saat pertahanan Wonwoo untuk bersikap gemas jebol, cowok Tegal itu malah berubah tegas. Dia mencari ikat rambut dan malah mengikat poni Wonwoo sehingga mirip apel.

"Nah gini kan cantik, Ananda bisa liat matanya Raden. Udah yuk kita tidur. Besok Ananda kerja pagi, Raden juga jangan begadang, inget apa kata dokter?"

Wonwoo mencelos. Melihat tubuh Mingyu yang berjalan ke arah kasur.

"Ayok bobok, Ananda temenin."

"Ananda ..., what—seriously? Are you kidding me?"

Iya, emang suka bercanda kenyataan tuh. Dulu aja saat Wonwoo tsundere, Mingyu sampe mengeluarkan jurus maut untuk mengajak Wonwoo melakukan adegan dewasa. Sekarang saat oknumnya menawarkan diri, dia malah dingin begini.

Tapi, kalian jangan terbawa desas-desus belaka. Mingyu lakukan ini bukan tanpa alasan, toh demi Wonwoo juga.

"Ayok tidur, nanti Ananda bilang sesuatu penting sambil tiduran."

Mingyu menarik tangan Wonwoo dan merebahkan tubuh kurusnya dengan hati-hati. Mereka tidur di kasur yang sama, dengan wajah Wonwoo yang mendung dan kesal karena keinginannya diabaikan begitu saja.

"Gak papa Raden mau marah juga, tapi Ananda gak bisa kabulin permintaan Raden," bisiknya seraya mengelus anak rambut Wonwoo. "Tadi Raden tanya Ananda pengin jadi ayahnya anak Raden? Tentu aja mau, tapi nggak sekarang ya. Raden masih dalam tahap penyembuhan."

"Tapi pengin adek, Ananda," bisik Wonwoo sedikit bergetar, rupanya duka mereka belum surut juga. Tindakan Wonwoo yang seperti ini sudah pasti karena dia merasa bersalah. Tapi Mingyu gak bisa meninggikan egoismenya.

Seingin apapun dia memiliki keturunan dari Wonwoo, kesehatan adalah nomor satu. Maka dia tersenyum dengan penuh penyesalan, mengabaikan segala jenis godaan pun perubahan sikap makhluk menggemaskan di sampingnya.

Bahkan saat Wonwoo mengecup bibir Mingyu, bermain solo dengan menelusup ke dalam kaos, Mingyu memilih cuek. Dia memerhatikan cowok manis itu beraksi mengecup seluruh wajahnya. Oh tidak, Ananda kuat! Ananda anak biskuat!

"Ananda, please?"

"Nehi, Raden. Ananda mau bobok ah, udah malam. Bye Raden."

Udah dong gitu aja, gak ada kecupan apa-apa dari Mingyu membuat Wonwoo kecewa jika benar kekasihnya gak mau lagi berhubungan dengan dia. Ditatapnya wajah damai Mingyu yang terlelap dengan sedikit berkaca-kaca, tapi ternyata kantuk begitu cepat menyerang sehinga dia pun ikut terlelap.

Wonwoo sadar jika seharian ini, ah tidak ..., beberapa hari ini terlampau lelah menghadapi hari. Ada yang ditahan dan sembunyikan, yang pasti melelahkan—karena begitu Mingyu membuka mata lantaran tadi hanya berpura-pura tidur, wajah damai Wonwoo yang menyapa sedetik kemudian.

Mingyu tersenyum gemas dan mencium seluruh wajah belahan jiwanya yang sudah lebih dulu meluncur ke dunia mimpi.

"Maaf, Bunda Meong. Bersabar sedikit lagi ya, nanti adek akan hadir lagi di kehidupan kita kalau Tuhan udah mempercayakan. Love you."

Dan keduanya tertidur dalam perasaan yang sama, meskipun pernah terluka tapi penuh harapan jika di hari esok akan ada kebahagiaan yang siap menjemput keduanya.

•••

Haiii~

Gimana?

Gak ada lagi drama-drama kan?

Mari kita move on dari chapter kemarin, Raden juga gak akan menyerah buat dapet dedek lagi kok, jadi mari do'akan Ananda biar dia mau mengabulkan permintaan calon istrinya.

Sudah siapkah kalian dengan format baru mereka? Iya, Raden yang uwu, galak, manja juga Ananda yang bertanggung jawab mode on.

So, keep reading!
Semoga kalian gak bosan dengan dua kapel bucin ini 😹

Selamat membaca!
Maaf untuk typo(s)~

Tipul lagi baca naskah, makanya belum muncul lagi.

Sampai jumpa 😚

Continue Reading

You'll Also Like

197K 11.1K 24
dreamies jadi bayi? itulah yang terjadi ntah bisa dibilang keberuntungan atau kesialan bagi Hyung line gk pinter buat deskripsi langsung baca aja ...
316K 34.5K 71
⚠️BXB, MISGENDERING, MPREG⚠️ Kisah tentang Jungkook yang berteleportasi ke zaman Dinasti Versailles. Bagaimana kisahnya? Baca saja. Taekook : Top Tae...
1.7M 64.8K 96
Highrank 🥇 #1 Literasi (24 November 2023) #1 Literasi (30 Januari 2024) #3 Artis (31 Januari 2024) #1 Literasi (14 Februari 2024) #3 Artis (14 Fe...
164K 8.8K 48
Noa baru saja di pecat dari perusahaannya, karena kesulitan mencari pekerjaan ia terpaksa menerima pekerjaan merawat pria dewasa yang tengah berjuang...