[Completed] 30 Days OTP Chall...

By Healerellik

1.2K 193 148

Cuma buku iseng untuk ikut dalam prompt edisi Oktober tentang "30 Days OTP". Isinya tidak menentu. Bisa drabb... More

Intro
Day 1
Day 2
Day 3
Day 4
Day 5
Day 6
Day 7
Day 8
Day 9
Day 10
Day 11
Day 12
Day 13
Day 14
Day 15
Day 16
Day 17
Day 18
Day 19
Day 20
Day 21
Day 22
Day 23
Day 24
Day 25
Day 26
Day 27
Day 28
Day 30 (Warn! 18+)
Day 31 (+)
Thanks!

Day 29

22 4 0
By Healerellik

Doing Something Sweet

Nijimura Shuuzou x Yousuka Ainawa

© Tadatoshi Fujimaki

*

"Shuuzou! Bisa kau membuka pintu dulu? Aku sibuk di dapur." Ainawa berseru kala mendengar bunyi bel yang terus menggema. Sementara dirinya tidak bisa meninggalkan dapur.

Shuuzou yang ada di kamar langsung membalas, mengiyakan. Ia segera menuju ruang depan. Begitu ia membuka pintu, di sana sudah ada sosok yang tidak dikenalnya yang menggunakan pakaian khas kurir pengantar barang.

"Apa benar ini kediaman Nijimura Shuuzou?" tanya kurir itu.

"Benar. Dengan saya sendiri."

"Yokatta. Saya ke sini mengantarkan paket untuk Tuan. Sebentar." Dengan begitu, si Kurir kembali sebentar ke mobilnya.

Dapat Shuuzou lihat orang itu membuka bagian bagasi, membongkarnya sebentar, lalu membawa paket berwarna kecokelatan sebesar map.

"Mohon ditandatangani di sini."

Pak Kurir menyerahkan paket berikut dengan papan yang mana ada bukti transaksi di atasnya. Shuuzou segera menandatangani bagian yang dimaksud, lalu mengembalikannya.

"Terima kasih. Semoga hari Anda  menyenangkan, Tuan!"

Shuuzou pun membalas singkat dan segera masuk. Seraya menutup pintu, ia mengamati benda di tangannya. Di sana ada nama Aira dan Akasachi tertera di bagian pengirim.

"Ai! Ada kiriman dari kakakmu!"

Shuuzou pun mengambil tempat di salah satu sofa yang ada. Ia hanya membolak-balik paket itu. Ia akan membukanya bersama Ainawa nantinya.

Tak berselang lama, Ainawa pun datang. Wajahnya terlihat penasaran akan paket itu.

"Benar dari mereka?"

"Yeah ... bukalah." Shuuzou memberikan paket itu. Ia merasa kalau paket itu ditujukan untuk Ainawa.

Menurut, Ainawa mengambil tempat di samping Shuuzou, lalu membuka paketan itu dengan hati-hati. Hingga akhirnya, sebuah benda persegi empat menyembul dari sana.

Sebuah buku, dengan tulisan 'How to Become a Good Parents' terlihat mentereng di bagian depan.

Mata keduanya bertemu sebentar. Lalu dengan secepat kilat Ainawa memalingkan muka termasuk badannya. Demi apapun, itu benar-benar memalukan.

"Wah, wah ... sepertinya ada yang sudah memberi kode ya, Ai? Bahkan mereka lebih niat daripada orang tuaku." Shuuzou terkekeh kecil seraya merobek segel buku itu. Dengan santainya ia membacanya.

Sementara Ainawa hanya berpikir. Bagaimana bisa kakak kembarnya itu mengirimi sesuatu seperti itu di saat umur pernikahan mereka berdua saja belum genap dua minggu? Tak mungkin dirinya langsung 'terisi' kan?

"Tak ada salahnya bersiap-siap dari sekarang kan, Ai? Agar nanti ketika waktunya tiba, kita semua tidak kerepotan."

Ainawa menoleh mendengar celetukan Shuuzou. Sepertinya lelaki itu bisa menebak pikirannya. Ia pun menghela napas.

"Iya juga sih."

"Apalagi kau ... mungkin ingin segera memiliki anak. Ini bisa jadi persiapan yang bagus."

"Eh? Apa maksudmu? Kau ingin menunda?"

"Aku bukan bermaksud seperti itu. Lebih ke ingin menikmati waktu berdua lebih lama. Namun, jika kau ingin, itu juga tidak masalah bagiku."

Ainawa terdiam sebentar memikirkan perkataan Shuuzou. Itu ada benarnya juga. Me time untuk berdua tentu akan berubah jika ada anak di antara mereka. Berusaha untuk tidak gugup, ia mengenggam jemari Shuuzou yang ada di atas pangkuannya.

"Tenang saja. Ini akan kita diskusikan lain kali. Lagipula, ini baru awal-awal, kan?"

Sebisa mungkin, ia menahan diri agar tetap menatap mata Shuuzou. Diam-diam, ia memang lemah menghadapi bagian itu.

Shuuzou tersenyum dan mengangguk. Ia maju dan mencium puncak kepala Ainawa singkat. "Tentu saja. Kapan pun kau ingin bicara, aku siap mendengarkan," ucapnya.

Ainawa merona sendiri. Apalagi setelah itu Shuuzou membaringkan diri. Dengan kepala yang bertumpu pada pangkuannya.

"Namun, sebelum menjadi "good parents", bagaimana kalau kau menjadi "good wife" untukku dulu?"

Smirk yang muncul pada wajah Shuuzou di bawah sana membuat Ainawa membelalakkan mata. Ia segera ambigu atas pertanyaan itu.

Apalagi, ketika Shuuzou jelas-jelas memberikan kode. Jari telunjuknya mengetuk-ngetuk bibir sendiri. Isyarat yang cukup membuat Ainawa blushing karenanya.

"I-ini masih pagi, Baka—"

"Memang apa salahnya jika masih pagi? Ooh ... atau maksudmu, kau ingin sesuatu yang lebih intim dari itu ya?"

"Jangan bicara sembarangan! Mana mungkin aku bermaksud seperti itu?!"

"Tentu saja kau bermaksud. Kau kan tsundere, Nyonya Nijimura."

"Kau mau kutimpuk menggunakan buku ini ya?!"

Shuuzou tergelak mendengarkan itu. Apalagi melihat Ainawa yang serius. Buku parenting itu sudah diangkat tinggi-tinggi, siap dijatuhkan ke wajahnya kapan saja.

"Hei, aku bercanda, Ai." Menahan tawa, Shuuzou mencoba menetralisir suasana. Walau demikian, menggoda istrinya itu memang sesuatu yang menyenangkan.

Melihat Ainawa yang tidak merespons —malah mencebikkan bibirnya—, Shuuzou pun semakin gemas sendiri. Ia mengangkat kepalanya seiring dengan kedua jemarinya yang menangkup wajah Ainawa. Diturunkan, untuk dipertemukan.

Walau sedikit kaget, Ainawa tetap bergeming dari posisinya. Ia membiarkan bibirnya dilumat sedemikian rupa oleh suaminya itu.

"Kau harus ingat. Aku serius dengan segala ucapanku terhadap dirimu, Ai," ucap Shuuzou ketika memisahkan wajah mereka. Ainawa yang masih berusaha bernapas pun mengangguk.

"Ngomong-ngomong, sekarang aku mengantuk."

Perlahan, mata itu terpejam seiring dengan Shuuzou yang mengatakan hal tadi. Masih di pangkuan Ainawa, tak lama kemudian ia benar-benar terlelap.

Ainawa yang melihat semua itu terjadi tersenyum kecil. Momen yang indah menurutnya. Apalagi melihat wajah Shuuzou yang damai dengan napas yang teratur. Giliran ia yang merasa lucu akan sosok itu.

Jemarinya menyusup di antara helaian hitam milik Shuuzou. Menyisirinya terus menerus. Seolah ia kecanduan akan lembutnya bagian itu.

Sementara tangan kanannya segera membuka buku pemberian kakaknya. Ia membaca dengan teliti. Bagaimanapun, ia memang harus mempersiapkan hal seperti itu.

Matanya terus menatapi isi buku. Bibirnya yang masih mengkilap karena bekas yang tadi lirih menyenandungkan sesuatu. Dan tangan kirinya masih tak lelah untuk bergerak memperlakukan Shuuzou laiknya anak kecil.

'Anak kecil ya?'

Pemikiran itu membuat Ainawa menyingkirkan buku. Ia memandangi kembali bagaimana paras suaminya di bawah. Lalu, membayangkan bagaimana rupa anak mereka nantinya. Apakah mirip dirinya atau Shuuzou? Ataukah perpaduan keduanya?

Ia menaruh buku itu di atas meja. Sebagai gantinya, jemari kanannya menyusuri lekuk wajah di bawah sana. Kemudian naik ke atas untuk merasakan miliknya sendiri.

Entah mengapa membandingkan wajah mereka seperti itu begitu lucu. Ia bahkan terkikik sendiri karenanya.

"Bagaimana rasanya dipanggil "Okaa-san" oleh mereka nantinya? Ah, pastinya itu akan menyenangkan. Namun, bagaimana jika aku tidak bisa menjadi ibu yang baik bagi anak-anakku nantinya? Astaga ... aku memikirkan apa?!"

Gumaman itu membuat senyuman terulas di wajah Shuuzou yang luput dari perhatian perempuan itu. Sebenarnya, ia tidak benar-benar tidur sedari tadi. Sehingga segala perilaku Ainawa terhadapnya, termasuk nyanyian dan gumaman, ia dengar dengan jelas.

"Lalu, untuk nama yang bagus seperti apa ya?"

"Ai, kau benar-benar serius dalam hal ini rupanya."

Masih dengan mata terpejam, Shuuzou merespons pertanyaan itu. Sontak saja Ainawa kaget karenanya.

"Kau ... kau tidak tidur dari tadi?!"

"Tidur kok. Hanya saja suaramu membuatku menjadi setengah sadar."

Rasa yang semula ingin memarahi Shuuzou karena ia merasa malu, tergantikan oleh rasa bersalah begitu mendengar alasan tersebut.

"Eh? Iyakah? G-gomen nasai ne, Shuuzou."

"Daijoubu, Ai. Aku justru merasa senang karena kau memikirkannya."

Sebisa mungkin Ainawa tidak memalingkan wajah. Namun, senyum Shuuzou kepadanya membuatnya malu setengah mati.

"Berhenti bersikap seperti itu!"

"Bersikap seperti apa, Ai? Aku dari tadi tidak melakukan apapun selain tidur di pangkuanmu."

"M-maksudku, berhenti senyum seperti itu saat ini!"

Wajah Ainawa memerah sempurna ketika Shuuou malah semakin tersenyum kepadanya. Ainawa sukses mengumpat dalam hati karena jantungnya yang berdegup semakin kencang.

Kesal sendiri, Ainawa segera menunduk. Rambutnya yang tergerai seolah membentuk tirai. Menyembunyikan rona wajahnya yang memerah kala giliran dirinya yang mencium Shuuzou terlebih dahulu.

Onyx itu melebar sedikit, sebelum kembali ke ukuran semula karena waktunya yang singkat. Ia pun menyembunyikan senyum tipis.

"Kukira kau tidak bisa ganas seperti ini." Smirk terlihat jelas di wajahnya.

"Lupakan hal yang tadi itu!"

"Tidak mau~"

"Pokoknya harus mau! Aku tidak pernah melakukannya!"

"Dasar tsundere."

"Aku bukan tsundere, Shuuzou—"

"Jelas sekali kau seperti itu, A-i-na-wa~"

Selanjutnya, Shuuzou harus meringis karena merasakan wajahnya yang berciuman dengan buku. Sementara sang pelaku memilih pura-pura tidak tahu.

*

1245 words

Day 29, end.

Continue Reading

You'll Also Like

255K 23.6K 74
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
1.6M 50.8K 34
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
355K 24.9K 19
Seorang remaja bernama Arshaka Jocasta yang menjadi pusat obsessi para sahabatnya. Arshaka mengidap penyakit langka. Sindrom Kleine-Levin. Di mana s...