[Completed] 30 Days OTP Chall...

By Healerellik

1.2K 193 148

Cuma buku iseng untuk ikut dalam prompt edisi Oktober tentang "30 Days OTP". Isinya tidak menentu. Bisa drabb... More

Intro
Day 1
Day 2
Day 3
Day 5
Day 6
Day 7
Day 8
Day 9
Day 10
Day 11
Day 12
Day 13
Day 14
Day 15
Day 16
Day 17
Day 18
Day 19
Day 20
Day 21
Day 22
Day 23
Day 24
Day 25
Day 26
Day 27
Day 28
Day 29
Day 30 (Warn! 18+)
Day 31 (+)
Thanks!

Day 4

38 6 4
By Healerellik

On a Date

Hisazawa Mizuya x Ayumu Harumi

*

Seorang pemuda dengan pakaian casual tampak tengah berdiri di halte. Berulang kali ia bergantian melirik antara jam di pergelangan kiri dan ponsel di tangan kanan. Sepertinya ia tengah menunggu kedatangan seseorang.

Sebentar lagi jam sepuluh. Ia membatin begitu melihat penunjuk waktu yang terakhir kali. Karena lelah menunggu akibat datang terlalu pagi, ia pun memutuskan untuk duduk di halte tersebut.

Diambilnya earphone di saku celana, menyolokkannya pada ponsel, lantas memejamkan mata seraya mengingat awal mula mengapa ia bisa berada di sini.

***

Seminggu yang lalu mungkin merupakan peristiwa yang tak akan dilupakan oleh sulung Hisazawa tersebut. Bagaimana mungkin ia akan lupa sementara di hari itu, seorang gadis dengan rambut yang diikat menyamping mendatanginya dan tiba-tiba bilang kalau gadis itu mengidolakannya?

"Hisazawa-san, kau adalah Hiroyuki Fumio kan? Yang menulis novel "Sedalam Samudera" itu?!"

Tentu saja yang ditanya kaget luar biasa. Tanpa perkenalan, tanpa basa-basi, tapi omongan perempuan itu langsung tepat pada sasaran. Dari mana ia tahu karangan Mizuya itu?!

"Maaf. Sepertinya kau salah orang," ujar Mizuya mencoba merendah. Ini masih di lingkungan sekolah. Dan ia benar-benar ingin menyembunyikan perihal tersebut.

"Kau tidak bisa mengelak dengan mudah, Hisazawa-san. Aku sudah mengetahui semuanya lho." Gadis dengan iris emerald itu tersenyum licik. Seolah yakin bahwa ia benar sekali.

"Oh ya? Memangnya tahu apa kau tentang diriku?" Mizuya balik menantang. Entah mengapa gadis ini sepertinya menarik.

"Hisazawa Mizuya. Kau wakil satu divisi satu dari kelas tiga-satu. Lahir di Amerika pada tanggal dua puluh satu Juli delapan belas tahun yang lalu. Kau suka nasi goreng buatan Okaa-san-mu. Hobi mendengarkan musik dan menulis. Buktinya kau sudah punya dua buku hasil karyamu sendiri. Sayangnya kau terkadang pelupa bila ada deadline dari penerbit."

Tanpa Mizuya sadari, bibirnya terbuka sendiri begitu mendengar ocehan tanpa jeda yang keluar dari mulut gadis itu. Bahkan ia yakin anak asrama belum tentu tahu semua itu.

"Hisazawa-san?"

"A-ah."

Mizuya seketika mengerjapkan mata begitu gadis dengan perkiraan tinggi 160 cm itu melambaikan tangan di depan wajahnya. Walau demikian, pikirannya masih terpaku pada apa yang telah ia dengar.

"Darimana kau tahu semua itu?!"

"Kebetulan Papa bekerja di kepolisian. Sehingga aku menggunakan kewenangannya dalam mencari informasi untuk mengorek data dirimu dari Penerbit Sheikyuu di Tokyo. Kau menerbitkan kedua novelmu di sana kan?"

Sekali lagi, Mizuya dibuat ternganga dengan cara yang tidak masuk akal itu. Tiba-tiba saja Mizuya merasa dirinya memiliki seorang penguntit, bukan lagi penggemar.

"Baiklah. Aku mengakui bahwa aku adalah Hiroyuki Fumio. Sekarang, giliranmu yang menjelaskan siapa dirimu dan ada keperluan apa kau mencariku sampai seperti itu?"

Gadis itu menoleh ke kiri dan ke kanan. Seolah takut bahwa ada yang mendengar apa yang akan ia ucapkan.

"Aku Ayumu Harumi dari kelas tiga-tiga. Yang aku inginkan adalah ... Berkencan denganmu!"

Tanpa sadar, Mizuya sukses meloloskan umpatan di dalam hatinya.

***

Dan karena kejadian itulah Mizuya berada di halte ini sekarang. Daripada mengambil resiko gadis yang mengaku bernama Ayumu Harumi itu bertindak lebih jauh, lebih baik ia menuruti pintanya. Toh sesekali ia juga harus keluar dari ruang kerjanya di asrama.

Ketika musik kesukaannya terputar, di saat itulah ia melihat sosok gadis yang ia tunggu di seberang jalan. Harumi melambaikan tangan, memberikan tanda agar Mizuya bersiap.

"Apa kau sudah lama menunggu?" tanya Harumi begitu mereka berdua berada di satu tempat.

"Tidak terlalu lama. Kau tenang saja."

"O-oh. Oke. Soalnya yang aku tahu, kau akan datang jauh lebih dahulu kalau membuat janji pertemuan seperti ini."

Mizuya menoleh. Memperhatikan gadis dengan kemeja pendek serta rok selutut itu dalam diam. Memikirkan sejauh mana dirinya sudah diketahui dengan pasti oleh Harumi.

"Itu tidak masalah bagiku. Yang penting sekarang, kita mau kemana?" tanya Mizuya penasaran. Yang mengajak dirinya keluar adalah Harumi, sudah pasti gadis itu juga yang akan menentukan tempatnya, kan?

"Aku sudah memesan tempat di kafe dekat sekolah. Atau kau ingin pergi ke tempat lain?"

"Tidak. Tidak perlu. Kita ke sana saja yang lebih dekat." Mizuya menghela napas begitu Harumi menganggukkan kepala.

Setelah mereka sampai di kafe yang dimaksud dan duduk di tempat yang sudah dipesan, Mizuya pun mencoba untuk mencari tahu tentang sesuatu dari gadis itu.

"Oh ya, Ayumu—"

"Panggil saja aku Harumi. Sebagai gantinya, aku boleh memanggilmu Mizuya-kun kan?"

Aktraktif dan gerak cepat. Dua kata itu yang Mizuya simpulkan setelah Harumi menjawab tanyanya. Apalagi mengingat tindakannya ketika pertemuan pertama mereka.

"Baiklah, Harumi. Ada yang ingin kutanyakan padamu."

"Hm? Apa itu?" Hanya sepersekian detik Harumi menoleh sebelum kembali pada buku menu di tangannya.

"Apa alasanmu hingga mencariku sedemikian rupa? Kuyakin alasannya bukan hanya sekadar kau menyukai tulisanku dan ... ingin berkencan denganku, bukan?"

Harumi tak langsung menjawab. Ia malah memanggil pelayan dan mulai memesan. "Kau ingin memesan apa?" tanyanya pada Mizuya.

"Blue Ocean Soda."

"Ah! Itu juga kesukaanku. Tolong Blue Ocean Soda-nya dua dan pancake-nya dua."

Pelayan itu segere mencatat pesanan mereka lalu permisi dari sana. Setelah pelayan itu pergi, tiba-tiba saja Harumi berdiri dari tempatnya dan langsung membungkukkan badan sedikit.

"Hontou sumimasen karena aku sudah bersikap kurang ajar terhadap privasimu!" Terdapat nada penyesalan pada kalimat itu yang membuat Mizuya merasa tidak enak.

"Aku melakukan ini semua murni karena menyukai karyamu yang berjudul "Sedalam Samudera" itu. Jalan cerita serta pilihan diksi yang kau gunakan begitu indah. Penggambaran karaktermu pun begitu kuat. Hal itu membuatku seketika ingin menemui penulisnya. Karena bantuan Papa, aku benar-benar tidak menyangka kalau penulisnya adalah teman seangkatanku sendiri."

"Err ... H-harumi, bisakah kau duduk? Kau tidak perlu bersikap terlalu formal seperti itu." Mizuya mencoba menenangkan Harumi karena melihat beberapa orang di kafe itu mulai melirik mereka.

Harumi menurut. Kemudian, ia merogoh tas selempang berukuran sedang di pinggangnya, lalu mengeluarkan tumpukan kertas berjilid yang entah bagaimana bisa muat di sana.

"Sejujurnya, aku juga hobi menulis. Alasanku memintamu untuk berkencan seperti ini karena aku ingin meminta saranmu atas tulisanku." Berkata seperti itu, gadis itu menyodorkan benda itu pada Mizuya yang sekarang mengerti akan semua kejadian ini.

"Jadi begitu. Aku tidak menyangka kau akan bertindak seperti ini padahal kau bisa menemuiku secara baik-baik," ujar Mizuya. Ia mulai melihat karangan Harumi yang ternyata ditulis tangan. Membuatnya semakin kagum karena ternyata gadis itu gigih juga.

"Aku benar-benar minta maaf. Aku memang sedikit tidak bisa menjaga sikapku jika terlampau terbawa perasaan."

"Tidak apa-apa. Aku memakluminya."

Di saat yang tepat, pesanan mereka datang. Seraya menghabiskan kudapan itu, keduanya berbincang mengenai berbagai masalah dalam dunia kepenulisan. Walau sesekali Mizuya dikagetkan karena omongan Harumi yang tajam juga terkesan licik.

***

"Terima kasih atas waktumu, Mizuya-kun!" ucap Harumi ketika mereka tiba di halte di mana mereka membuat janji.

"Sama-sama. Jujur saja. Kurasa kau bisa menerbitkan tulisanmu itu begitu kau menyelesaikannya."

"Oh ya? Kau serius?"

Mizuya mengangguk. "Tentu saja. Akan kubantu kau mengurus hal itu nanti jika kau perlu."

Bola mata Harumi membulat seketika. Dirinya segera membungkuk yang  membuat Mizuya kembali merasa tidak enak. "Syukurlah jika seperti itu. Akhirnya aku bisa mengikuti jejak Mama sebagai penulis."

Mizuya tersenyum hangat mendengar apa yang Harumi ucapkan. Kemudian, ia pun maju dan membuat Harumi terpaku.

"Sebentar. Jepit rambutmu nyaris terlepas," ujar Mizuya. Oleh Harumi, dapat ia rasakan pergerakan jemari lelaki itu pada poninya.

"Nah. Sekarang sudah rapi kembali." Mizuya tersenyum hangat begitu melihat penampilan Harumi sudah kembali seperti sedia kala. Sayangnya ia tidak tahu bahwa gadis itu mati-matian menahan malu.

"B-baiklah. Sekali lagi terima kasih atas segalanya. Aku pamit dulu. Jaa!" Tanpa menoleh ke arah Mizuya, Harumi segera berlari menyeberang jalan. Untung saat itu sedang sepi.

Sementara Mizuya hanya memandanginya dalam diam. Selanjutnya mata hitam itu melihat ke arah tangannya sendiri. Tangan yang tadi ia gunakan untuk memperbaiki jepit rambut dengan hiasan kepala kelinci pada rambut Harumi.

*

1265 words

Day 4, end.

Continue Reading

You'll Also Like

991K 72.8K 72
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
352K 24.8K 19
Seorang remaja bernama Arshaka Jocasta yang menjadi pusat obsessi para sahabatnya. Arshaka mengidap penyakit langka. Sindrom Kleine-Levin. Di mana s...
7.4M 227K 46
Beberapa kali #1 in horror #1 in thriller #1 in mystery Novelnya sudah terbit dan sudah difilmkan. Sebagian cerita sudah dihapus. Sinopsis : Siena...