BitterSweet | K.NJ / M.YG | B...

Par NB_MSG

8.3K 1.5K 1K

Kim Namjoon is a keeper And Min Yoongi is a challenger Which one will Hyejin choose? Disaat dua pria dengan... Plus

Prolog
Ch 1 - Jenuh
Ch 2 - that blonde guy
Ch 3 - God of Destruction
Ch 4 - Hidden File
Ch 5 - Stay the night
Ch 6 - Satu Atap
Ch 7 - Hyesong
Explanation
Ch 8 - Dag Dig Dug
Ch 9 - Yoongi's Way
Ch 10 - Nightmare
Ch 11 - Namjoon vs Yoongi
Ch 12 - Serba Salah
Ch 13 - Drunk
Ch 14 - The Promise
Ch 15 - Flashback pt. I
Ch. 16 - Remedy
Ch. 17 - Game On 💦
Ch 18 - Fate?
Ch 19 - Confession
Ch 20 - Such a Fool
Ch 21 - Romance/Love is (not) over
Ch. 22 - Flashback pt. II
Ch 23 - Squad Invasion
Ch 24 - Flashback pt. III
Ch 25 - Heart Attack
Ch. 26 - Hard to say goodbye
Ch. 27 - See ya!
Ch 28 - Ending?
Ch. 29 - Reconcilement
Hiatus (Yay or Nay?)

Ch. 30 - Cemetery

288 39 36
Par NB_MSG

A/N: Hey guys.. Maaf banget lama ga update ini.. Huhu.. Mianhaee.. Udah pada lupa jalan ceritanya pasti kalian.


Recap: Putus dengan Namjoon adalah penyesalan terbesar bagi Hyejin. Berhari-hari ia mulai menyadari betapa pentingnya seseorang disaat ia sudah pergi. Hingga suatu hari bel rumahnya berbunyi, menampakkan sosok Min Yoongi. Pria yang menyebabkan hatinya mulai bercabang. Namun Hyejin terlanjur sadar ketertarikannya pada Yoongi hanya sekedar Infatuation. Tidak ingin memberi kesempatan pada hatinya untuk kembali bimbang ia mengusir Yoongi namun sang Pria bersikukuh meminta waktu 5 menit untuk menanyakan satu hal padanya.

"Bisakah kau luangkan waktumu besok untuk menemaniku?"

Dan Yoongi tidak menerima penolakan apalagi ia menjanjikan bahwa ini akan menjadi terakhir kalinya ia mengganggu Hyejin. Tidak ada pilihan, Hyejin menyetujuinya.

Walaupun jantungnya hampir copot saat Yoongi akan pergi dari apartemennya, Namjoon sudah berdiri disana. Ia takut setengah mati kalau Namjoon akan berfikiran yang tidak-tidak.

Tetapi yang namanya Jodoh, meski jalan berliku dan terhalang jarak dan waktu, pada akhirnya mereka akan bertemu di pemberhentian yang sama.

Dan malam itu, dua insan yang sama-sama tersiksa meski baru berpisah kurang lebih satu seminggu, saling mencurahkan isi hati dan mengakui betapa pentingnya masing-masing mereka bagi satu sama lain.



❤❤❤


Seperti yang sudah direncanakan, Hyejin meminta izin untuk bekerja hanya setengah hari. Kebetulan persiapan untuk shooting program episode selanjutnya sudah tidak ada kendala, dan Seogyu yang seperti biasa selalu siap untuk mengambil kendali proses pengambilan gambar saat Hyejin tidak ada, membuat wanita 26 tahun itu bisa meninggalkan tempat kerja dengan perasaan sedikit tenang.


Begitu ia keluar dari gedung tempatnya bekerja menuju lobi depan, ia tidak terkejut melihat Yoongi yang sudah bertengger sambil bersandar di Gun matte black CBR 500CC kesayangannya.


Yang membuat ia sedikit menaikkan alisnya adalah outfit yang dikenakan pria itu sangat berbeda dari style-nya sehari-hari.


Celana ripped jeans, casual t-shirt dan parka atau coat besarnya berganti menjadi setelan black suite berpadu dengan kemeja putih yang terlihat sedikit rapi untuk menggambarkan sosok Min Yoongi yang Hyejin kenal.


Oh jangan lupakan warna rambut yang sebelumnya blonde kini juga berganti, hampir menyamai warna salju yang akan menyelimuti permukaan kota Seoul beberapa bulan kedepan.


Ada pemahaman tidak tertulis yang menyebar di mindset kebanyakan orang jaman sekarang bahwa biasanya orang akan mengganti model rambutnya -memotong atau mewarnai- disaat mereka mengalami patah hati dengan filosofi bahwa dengan cara tersebut maka jejak atau kenangan lama akan terbuang bersama helaian rambut yang dipotong atau diwarnai dan si empu siap memulai langkah baru dengan gaya yang baru.


Apakah ini salah satu step yang Yoongi ambil untuk mengakhiri hal yang bahkan belum pernah ia mulai dengan Hyejin?


Hyejin tertawa dalam hati akan kelebihan rasa percaya dirinya, siapa dia hingga seorang Min Yoongi melakukan hal semacam itu untuknya.


“Maaf sudah membuatmu menunggu,” ucap Hyejin begitu dirinya sudah berdiri dihadapan Yoongi yang menyambutnya dengan senyuman tipis, berusaha tidak membuat suasana menjadi awkward, mengingat pertemuan terakhir mereka yang kurang nyaman.


“Tidak masalah.. Aku yang seharusnya meminta maaf karena sudah membuat seorang PD sebuah program favorit yang sibuk, untuk meluangkan waktunya untukku,” tidak ada nada sarkas tersirat namun bagi orang yang belum terlalu mengenal karakter Yoongi, ada kemungkinan akan salah tafsir dengan tata pemilihan kalimatnya.


Yoongi menyerahkan sebuah helm pada Hyejin, membiarkan si Wanita untuk memakai sendiri benda penjaga keselamatan itu dikepalanya, tidak seperti sebelum-sebelumnya dimana ia yang akan memasangkan bahkan memastikan hingga tali pengamannya berbunyi ‘klik’.


“Siap? Pegangan yang erat,” Hyejin mengiyakan setelah memastikan posisi duduknya sudah nyaman dengan kedua tangannya menggenggam pinggiran jas yang Yoongi kenakan.


Dan tanpa membuang waktu, Yoongi segera memutar gas disusul oleh suara deru mesin motornya yang memecah hiruk-pikuk jalanan kota Seoul. Melaju ketempat yang masih menjadi pertanyaan dikepala Hyejin.


❤❤❤


Fr: QueenHye 👑

Maaf tidak bisa menemanimu makan siang.
Ada hal penting yang harus kuselesaikan.
Tidak usah menjemputku juga.
I’ll call you later, Joon-ah


Begitu membaca pesan yang Hyejin kirimkan, Namjoon sudah dapat menduga ‘hal penting’ apa yang kemungkinan dimaksud oleh Hyejin, karena semalam, sebelum momen dimana wanita yang dicintainya kembali ke pelukannya, ia tidak lupa jika ada pria yang lebih dahulu berada di Apartemen Hyejin.


Namjoon tetaplah Namjoon, pria yang selalu memiliki pemikiran positif dan kepercayaan yang besar terhadap Hyejin.


Setelah merasakan bagaimana rasanya putus hubungan dengan Hyejin, ia rela melakukan apapun agar tidak kembali pada momen mengerikan itu.


Bohong kalau ia tidak sedikit merasa was-was dan bertanya-tanya, hal penting macam apa yang akan Hyejin dan pria itu selesaikan.


Mungkin ia tidak pernah menunjukannya, namun Namjoon sebenarnya memiliki sisi overprotective terhadap apa yang ia miliki, namun Hyejin bukan barang. Anggap Namjoon memiliki hati Hyejin, tapi bukan berarti Namjoon berhak untuk mendikte apa yang Hyejin lakukan. Maka meski dengan perasaan yang berat, Namjoon berusaha memberi kebebasan berprivasi bagi Hyejin.


To: QueenHye 👑

It's okay..
Kebetulan aku juga memiliki janji
lunch bersama temanku.
Jangan lupa makan, Queen.
Talk to you later


❤❤❤


Hyejin POV


Pohon


Permukaan tanah yang sedikit gambur


Rumput liar


Jalanan menanjak


Pohon


Dan pohon lagi


Begitulah pemandangan sepanjang jalan yang aku dan Yoongi lewati.

Sebelumnya kami sempat singgah beberapa kilometer untuk beristirahat sebelum sampai ditempat tujuan, karena menurut Yoongi aku membutuhkannya. Ya, ini pertama kalinya aku dibonceng menggunakan motor untuk perjalanan yang cukup jauh - hampir 1 jam, oh Tuhan- karena boncengan motor tidak senyaman bangku mobil dimana kita bisa bersandar bahkan penumpang bisa tidur dengan nyaman.


Kami beristirahat untuk makan siang yang sudah lewat dari waktunya -dimana sebelumnya Yoongi menawarkan namun aku menolak- sekaligus kami manfaatkan untuk meluruskan punggung kami yang terasa pegal.


Setelah menghabiskan hampir satu jam berkendara, kami akhirnya sampai disebuah gerbang dimana Yoongi menitipkan motornya dan kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.


Begitu mengetahui nama tempat yang kita datangi, aku mulai mengerti mengapa Yoongi menyarankan kami untuk tidak datang setelah jam pulang kerja. Selain karna perjalanan yang jauh juga karena tempat yang kami datangi ini merupakan sebuah Forest memorial Park yang berlokasi di Yangpyeong, Gyeonggi-do. Mungkin Yoongi berfikir bahwa aku akan merasa takut datang ke tempat pemakaman -disebuah hutan pula- ketika hari mulai gelap.


Dibanding merasa takut, aku justru penasaran mengapa Yoongi mengajakku ke tempat ini, tapi aku sangat tahu bahwa aku tidak akan mendapatkan jawaban meskipun aku bertanya. Jadi aku memilih diam dan mengikutinya, hingga langkahnya terhenti di depan sebuah pohon besar dengan ukiran dibatangnya dan beberapa buket bunga yang sudah layu.


Yoongi mengeluarkan isi kantongan yang ia bawa yang entah mengapa tidak aku sadari sebelumnya.


Ia menata beberapa buah-buahan serta kudapan dan menancapkan beberapa batang dupa baru serta menyalakannya dengan sebuah korek kecil.


Kemudian tanpa berkata-kata ia mulai melakukan ritual pemberian penghormatan -menaruh kedua tangan di depan kening dan bersujud- tidak memperdulikan permukaan tanah yang tidak rata serta kerikil yang mungkin menyakiti dahinya juga mengotori setelan jas dan celana katun hitamnya.


Jujur saja aku merasa canggung dan bingung, sehingga akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti apa yang ia lakukan. Memberi penghormatan dimakam seseorang yang tidak kuketahui identitasnya.


Annyeong Hyesong-ah..,” keningku mengernyit begitu mendengar nama yang keluar dari bibir Yoongi, membuat mataku terarah ke ukiran yang terpahat di batang pohon tersebut.


Park Hyesong
1990-2016


Nama yang tidak asing bagi telinganya, meski sudah lama ia tidak mendengar nama itu, Hyejin tidak bisa melupakannya begitu saja.


“Maaf apa benar ini kediaman keluarga Jung?,” tanya seorang wanita cantik berambut panjang yang kini sedang berdiri didepan pintu rumahku. Wajahnya terlihat asing sehingga aku bisa menyimpulkan bahwa ia bukan penduduk sekitar sini.


“Sepertinya anda salah alamat. Disini rumah keluarga Park,” jawabku yang membuat gadis dihadapanku segera meminta maaf.


Tidak langsung pergi, ia justru memandangku dengan pandangan yang tidak dapat kuartikan namun bukan hanya dia, karena aku juga tidak bisa melepaskan pandanganku darinya.


Dengan kemeja putih polos dan celana jeans, tampilannya sungguh sederhana akan tetapi kecantikannya tetap menonjol. Dengan riasan yang sangat minimal membuat wajah lembutnya semakin terlihat polos. Kuperkirakan gadis ini mungkin seumuranku atau hanya selisih beberapa tahun.


Dan entah mengapa seperti memiliki pemikiran yang sama diantara kami, tiba-tiba kami tertawa bersama saat sama-sama sadar bahwa kami berdua saling mengamati -bahkan seperti menelanjangi- satu sama lain dengan netra kami.


“Apa kau mau menemaniku…”

“Apa kau mau kutemani…”


Kami tidak menyelesaikan kalimat yang ingin kami ucapkan dan kembali tertawa saat menyadari bahwa dalam waktu bersamaan kami sama-sama berbicara dan uniknya kalimat yang kami lontarkan memiliki tujuan yang sama.


Dan detik itu juga aku merasa menyukai gadis dihadapanku.


“Park Hyejin,” aku menyodorkan tanganku padanya yang segera disambut tidak hanya oleh tangannya namun juga senyuman lebarnya.


“Wah marga kita sama.. Aku Hyesong. Park Hyesong.”


"Masuklah.. Aku akan mengganti baju baru kemudian membantumu mencari alamat orang yang kau cari," aku membuka lebar pintu rumahku mempersilahkan ia masuk, tidak merasa perlu berhati-hati membiarkan orang asing masuk kedalam rumahku.


Karena entah mengapa hanya dengan menatap matanya, aku merasa memiliki ikatan batin kuat yang dengannya.


Setelah pertemuan pertama itu meskipun kami tidak menemukan alamat yang Hyesong Eonni cari -Ia ternyata 2 tahun lebih tua dariku- dengan sangat cepat kami menjadi akrab. Dan pertemuan kami pun terus berlanjut dihari-hari setelahnya.


Mungkin ia memang orang yang ditakdirkan untuk muncul dihidupku, atau mungkin ia hadir di waktu yang tepat dimana Namjoon, sahabat kecilku sekaligus pria yang saat itu belum lama naik pangkat menjadi kekasihku sedang berada di luar-negri. Sehingga kehadirannya benar-benar mampu mengisi kekosongan yang kurasakan.


Aku memiliki banyak teman tapi entah mengapa Hyesong Eonni dengan cepat menggeser kedudukan teman-teman yang lebih lama kukenal. Kami memiliki banyak kesamaan dalam pemikiran dan kesukaan. Ia juga memiliki sisi dewasa yang membuatku nyaman untuk bercerita. Rasanya seperti aku mempunyai kakak perempuan, dan itu merupakan hal yang sangat kuinginkan mengingat aku adalah anak semata wayang dikeluargaku.


Tidak banyak yang kuketahui tentang dirinya. Belum sempat aku berkunjung ke kediamannya.


Namun suatu hari, tanpa ada hujan tanpa ada angin, Ia berhenti muncul dihadapanku.


Panggilan dan pesanku yang tidak terjawab dan berbalas, rasanya ia seperti ditelan bumi. Ingin mencarinya tetapi tidak tahu dimana.


Aku hanya bisa duduk di cafe atau taman yang biasa kami kunjungi berharap ia akan muncul. Bahkan setiap bel rumahku berbunyi, aku akan berlari seperti orang kesetanan berharap Ia lah sosok yang berada dibalik pintu.


Khawatir, penasaran juga sedikit sakit hati mulai bersarang didadaku. Berbagai pertanyaan berputar dikepalaku.


Apa aku berbuat salah sehingga ia marah padaku?


Atau ia sedang ada masalah sehingga tidak bisa menemuiku?


Atau aku hanya buih yang tidak memiliki makna baginya? tidak berarti sehingga ia meninggalkanku begitu saja tanpa repot-repot memberi kabar?


Apakah selama ini hanya aku yang mengganggap ia penting bagiku namun tidak sebaliknya?


Seiring berjalannya waktu, nama gadis itu mulai terkubur, banyak momen dihidupku yang membuatku lupa akan eksistensinya.


Dan akhirnya aku kembali ke kehidupanku sebelumnya dimana nama Park Hyesong belum pernah hadir.


Hingga hari ini.


Dimana nama itu kembali muncul dihadapanku.


Membuka kembali kenangan tentang Ia yang tersimpan rapi disudut gelap hatiku.


...to be continue...


A/N: Happy belated birthday njoon-ah... Karna ulang tahunmu, aku maksain buat bikin lanjutan ini meski otak lagi kena writer block..

Makasih sama yang masih setia nungguin.. Mo'on maap sekali lagi.. 😭😭

Continuer la Lecture

Vous Aimerez Aussi

211K 4.4K 47
"You brush past me in the hallway And you don't think I can see ya, do ya? I've been watchin' you for ages And I spend my time tryin' not to feel it"...
174K 4.6K 40
" She is my wife, stay away from her!" " Keep trying she will remain mine. " " Show me your scars, I want to see how many times you needed...
599K 12.7K 43
i should've known that i'm not a princess, this ain't a fairytale mattheo riddle x fem oc social media x real life lowercase intended started: 08.27...
1.1M 20.1K 44
What if Aaron Warner's sunshine daughter fell for Kenji Kishimoto's grumpy son? - This fanfic takes place almost 20 years after Believe me. Aaron and...