Renata Keyla ✔

By fihaainun_

40.8K 2.2K 1K

[Squad Series 1 - Completed√] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa... More

1. Prolog
2. GUE
3. Bad Luck
Visualisasi
4. Devin Sialan!
5. Punishment
Bukan Update
6. Nge - Date
7. Why Mama?
8. Solitude
9. Sweet Dreams
10. Nongki - Nongki
11. Who Is She?
12. April
13. Confession
14. Fact
15. Correctness
16. Seolah Kembali Nyatanya Pergi
17. Lepaskan!
18. Kak Andrew
19. The Big Secret
20. Enough I'm Sick at Heart
21. My Mother
22. Family
23. Please! Don't Come Back Again
24. Truth
25. Distance
26. What?
27. Misunderstanding
28. He is My Boyfriend
29. Suggestion
30. A Former Lover
32. Rhythm After Summer
Cuap-cuap author
33. Epilog
Devino Xavier
DEVINO XAVIER 2
BACA DULU
Antologi Cerpen
Memoria
Novel Memoria

31. Love Mama

816 43 12
By fihaainun_

Aku comeback.... Kekeke....
Maafin karena semalem gak bisa update. Biasa, di real life aku sibuk ngerjain tugas kuliah.

Oke langsung saja, happy reading......









~~~











Gue menghempaskan tubuh di atas ranjang dengan sekali hempasan. Ahh... rasanya lelah sekali hari ini. Saat ini pun gue benar-benar merasakan kantuk yang sangat berat. Akhirnya gue memilih untuk langsung tidur, padahal hari ini gue hanya mandi waktu pagi.

Mata gue pun benar-benar langsung terpejam sekarang. Tapi, telinga memang samar-samar masih mendengar suara-suara di sekitar. Salah satunya, suara pintu kamar yang terbuka. Gue sama sekali tak memedulikan siapa yang masuk saat ini, karena sekarang gue benar-benar sudah tidak kuat untuk membuka mata kembali. Toh paling yang masuk Kak Sica, kalau bukan ya Kak Andrew. Sementara Papa sudah kembali ke Jepang minggu lalu.

Gue pun merasakan ranjang di sebelah gue berdecit. Gue menyipitkan mata sedikit berusaha mengenali siapa yang sudah menaiki ranjang. Dan, mata gue sukses terpejam kembali begitu mengetahui siapa yang tengah berada di kamar gue sekarang.

Mama.

Mama kenapa di sini? Maksud gue, selama ini Mama tak pernah mendatangi kamar gue, jadi wajar dong kalau gue merasa terkejut sekarang.

Sepertinya Mama saat ini belum menyadari kalau gue sudah kembali terjaga sedari tadi. Mata gue sekarang pun sudah tak merasakan kantuk lagi. Karena saat ini, gue benar-benar sangat penasaran kenapa Mama bisa ada di sini, di kamar gue.

Gue merasakan Mama sekarang tak melakukan apa-apa. Kalau dia hanya diam saja, kenapa harus kemari? Aneh! Haruskah dia—

Oh!

Gue merasakan tangan Mama mulai membelai rambut gue. Gue benar-benar syok. Apakah ini benar-benar Mama? Maksud gue, nggak mungkin kan Mama tiba-tiba datang ke kamar gue terus membelai rambut gue? Itu sama sekali bukan style Mama.

Gue pun hanya merasakan sebentar belaian tangan Mama. Dan gue saat ini kembali mendengar suara pintu yang terbuka lalu tertutup kembali.

Napas gue yang dari tadi tercekat pun akhirnya mulai beraturan lagi. Gue menyipitkan mata melirik ke arah pintu yang sudah tak menampakkan wajah Mama lagi. Gue menghembuskan napas lega. Apa ini tandanya Mama mulai menerima gue? Apa gue nggak bermimpi? Dan, apakah secepat ini?

Oh, kalaupun itu benar, gue benar-benar sangat merasa bersyukur. Mendapatkan hati Mama benar-benar suatu anugerah bagi gue. Gue pun tersenyum sambil kembali memejamkan mata.

Sial! Kenapa gue jadi tak mau tidur lagi setelah mendapatkan perlakuan seperti itu dari Mama.
Gue takut. Gue takut kalau mata gue kembali terpejam, semua itu hanyalah sebuah mimpi.

Apakah ini mimpi? Seseorang tolong beri tahu kalau ini memang nyata. Dan gue tidak bermimpi.

***

Gue berjalan menuruni tangga sambil menyelipkan rambut panjang di balik telinga. Dan gue pun langsung menuju ke arah dapur seperti biasa untuk memakan sarapan.

Namun langkah gue otomatis terhenti begitu menyadari bukan hanya ada Kak Sica dan Kak Andrew di meja makan. Di situ juga ada Mama yang tengah sibuk dengan roti berselainya.

Gue bingung. Gue takut. Haruskah gue tetap mendekati Mama? Tapi kalau gue ke sana, apa Mama takkan  menghindar lagi seperti biasanya?

“Natt...,” panggil Kak Andrew yang pertama kali menyadari keberadaan gue yang masih terus berdiri dan terdiam seperti ini.

Gue mengerjap pelan begitu semua mata kini tengah memandang gue.

“Natt.” kali ini Kak Sica yang memanggil gue. “Ngapain bengong. Ayo sarapan.”

Gue menarik napas sebentar berusaha untuk mengontrol diri. Akhirnya gue pun memberanikan diri untuk mendekati mereka. Gue langsung ikut duduk di sebelah Kak Andrew sementara Kak Sica duduk di depan gue dan bersebelahan dengan Mama.

Gue pun langsung memakan roti berselai yang sudah disiapkan entah oleh siapa. Kali ini gue memakannya dengan sangat hati-hati karena adanya Mama saat ini.

Tunggu!

Mama tidak menghindari gue kali ini? Maksud gue, biasanya Mama bakal pergi kalau melihat gue. Tapi kali ini, bahkan gue sarapan bersama dengannya. Ini benar kan gue tak bermimpi?

“Natt,” panggil Kak Andrew yang sukses membuat gue langsung tersadar dari lamunan. “Bengong aja!” tegurnya.

Gue pun mengerjapkan mata pelan lalu kembali melahap roti yang ada di tangan.

“Natt.”

Kali ini gue sukses melotot kembali begitu mendengar suara Mama yang memanggil nama gue. Ini benar Mama yang memanggil gue? Gue benar-benar tak bermimpi, kan?

Oh! Gue rasa, gue harus mengadakan syukuran karena Mama sudah tidak benci lagi untuk memanggil nama gue.

“Tolong ambilin selai coklat.” perintahnya yang sukses membuat gue terbelalak tak percaya.

Haruskah gue menjerit saat ini juga? Oh! Ayolah, gue benar-benar merasa senang setelah mendengar Mama kini meminta tolong ke gue. Kalau gue merasa sangat senang sekarang, gue tak terlalu berlebihan, kan?

“Natt,” panggil Kak Sica yang membuat gue kembali mengerjap kaget. “Mama minta tolong. Kok kamu malah diam aja?”

“Eh?” gue tersentak kaget dan langsung buru-buru meraih selai coklat yang ada di hadapan gue untuk di berikan kepada Mama.

“Ini Ma,” seru gue dengan tangan gemetar saat memberikan selai coklat itu pada Mama.

Setelah Mama meraihnya, gue buru-buru menarik tangan gue dan segera menyembunyikannya di bawah meja agar kedua kakak gue maupun Mama tak melihat tangan gue yang kini tengah bergetar hebat. Serius! Saat ini, gue benar-benar merasa gemetaran sekarang.

Setelah gemetar di tangan mulai menghilang, gue pun kini langsung meraih segelas susu di hadapan gue dan langsung meneguknya dengan sekali tegukan.

“Lo berangkat kuliah sama siapa Natt?” tanya Kak Andrew. “Biar Kakak yang anterin.”

Gue menggeleng pelan sembari meletakkan gelas bekas susu di atas meja. “Gak usah Kak, gue berangkat sama Devin.”

Terlihat kening Kak Andrew berkerut samar. “Devin?” tanyanya yang gue jawab dengan anggukan. “Bukannya dia yang waktu itu ketemu di Restaurant, ya?”

Gue pun kembali menjawab dengan anggukan membenarkan ucapan Kak Andrew. “Ya udah Kak, Natt berangkat dulu. Takut Devin udah nunggu di luar,” seru gue sambil memposisikan untuk bangkit berdiri.

“Aku pamit Kak,” seru gue lalu melirik sebentar ke arah Mama. “Ma...,” seru gue sambil tersenyum tipis lalu segera melesat pergi keluar.

***

“Serius nyokap lo sekarang udah ngajak li ngomong?!” pekik Yuna dengan keras yang sukses membuat gue meringis pelan.

Tadi gue memang sudah menceritakan tentang perlakuan Mama sewaktu pagi ke gue pada sahabat-sahabat gue ini. Dan seperti dugaan gue, mereka semua benar-benar sangat terlihat syok seperti sekarang ini. Apalagi saat gue menceritakan kejadian semalam pada mereka. Iya, tentang Mama yang tiba-tiba datang ke kamar lalu mengelus pelan rambut gue. Jelas semua sahabat gue sangat terkejut. Apalagi gue, kan?

“Wah! Setan yang ada di dalam tubuh nyokap lo pada ke mana, ya?” tanya Malik yang sukses gue hadiahi plototan tajam.

“Setannya pindah semua ke elo!” seru gue dengan keras yang membuat sahabat gue hanya terkekeh pelan sementara Malik sudah terlihat mengembungkan pipinya tanda tak terima.

“Sumpah deh gue penasaran!” celetuk Sesil. “Kok bisa sih nyokap lo tiba-tiba jadi baik gitu sama lo. Dia dapet hidayah dari mana coba?”

Gue otomatis terkekeh pelan setelah mendengar pertanyaan dari Sesil. “Sebenarnya ada satu hal yang gue lakuin ke Mama. Mungkin itu alasannya kenapa Mama bisa mulai menerima gue,” jawab gue sambil melirik Devin yang duduk di hadapan gue.

“Apa?” tanya Ridwan sambil memicingkan mata.

Gue hanya tersenyum miring sambil menggeleng. “Ada aja pokoknya. Kalian gak perlu tahu.”

“Aiishh!” pekik mereka bersamaan karena mereka kecewa dengan jawaban gue.

“Kalau gak mau cerita ngapain ngomong. Buat gue penasaran aja!” celetuk Adin sambil mendengus kesal.

Gue pun langsung terkekeh lalu menatap Devin yang ikut terkekeh juga.

Gue rasa, gue tak harus menceritakan alasannya, kan? Toh sekarang Mama sudah mulai menerima gue.

Gue melirik ke sekeliling menyadari ada yang kurang di antara kami. “Di mana Ara?”

***

To be continued....

Cuma mau bilang....
Renata Keyla satu episode lagi mau tamat.
Dua episode kalau sama epilog.
Tapi tenang. Bagi yang belum bisa move on dari Natt dan Devin, aku bakal kasih kejutan ke kalian.
Nanti kejutannya akan aku kabarin lagi.

Tunggu yaaa.... :v





XOXO

FIHA IM

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...
748K 76.2K 44
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
9.7M 882K 51
#1 In Horor #1 In Teenlit (20.05.20) Tahap Revisi! Vasilla Agatha yang dijauhi orang tuanya dan tak memiliki teman satupun. Dia menjalani setiap har...