[1] Bullying ; Renjun βœ”

By strawberricch

1.3M 119K 15.8K

[Before Their Struggle] [COMPLETED] Huang Renjun adalah salah satu dari sekian banyak penindas di sekolah yan... More

Si Penindas
Bus
Kantin
Rooftop, Partime
Bukan Bodoh, tapi Tolol
Cengeng
Hari Ketiga
Sana Pergi
Ooooo
Hari Terakhir
Ulang Tahun
Rumah Mark
Kado Ulangtahun
Kantin
Lebam
Jilin
Yang Kesekian Kali
CafΓ©
Who that girl?
Jawaban
Her Name
Bebas
Tell Us
Seleksi Kampus
Not as Pure as You Think
Kafe
Hujan dan Air Mata
Pesta Kelulusan
A Long Night
Final
Sequel and Other
VOTE COVER + ISI BUKU
versi cetak
Huang Renjun
PDF BULLYING

Second Male

53.5K 6K 1K
By strawberricch

●H A P P Y R E A D I N G●
~FELLAS~

Karena itu lah, Saeron sekarang hanya bisa berdiri dengan kepala yang tertunduk menghadap guru musiknya. Tidak menjawab apapun ketika ditanya mengerjakan tugas rumah atau tidak.

Sementara di pojok ruang musik, Renjun hanya melipat tangan di depan dada sembari memerhatikan Saeron di depan sana.

Heejin membalikkan tubuhnya menatap Renjun, "Ulah elu, kan? Ngaku lu!"

Renjun menggedikkan bahu, "Gak tau deh."

Guru musik menghela napas, memijat pelipisnya pelan, cukup kecewa dengan Saeron yang notabenya salah satu siswi kesukaan guru-guru.

"Sekarang lari lima putaran dan jangan masuk sampai pelajaran saya selesai."

Saeron memberi anggukan lalu membungkuk sopan sebelum akhirnya pergi dan menjalankan hukumannya.

Matahari bersinar cukup terik, kulitnya seperti terpanggang. Ini sudah putaran ke dua, ayo semangat! Ujarnya dalam hati untuk menyemangati diri sendiri.

Saeron mendengus, seharusnya ia menolak ketika tugasnya direbut, disuru mengerjakan tugas rumah ataupun sekolah milik anak kelasnya, membawa barang juga membelikan barang untuk anak kelasnyaㅡyang terkadang membungkus perintah itu dalam kata 'tolong' dan tanpa kata 'terimakasih'.

Saeron ingin mengatakan semua yang dia alami selama disekolah kepada eonni-nya, Kim Yerim, agar ia pindah sekolah tetapi enggan menyulitkan Yeri yang kelelahan bekerja untuk membayar biaya sekolah. Ayolah, jika bukan karna beasiswa ia tidak akan memaksakan untuk betah bersekolah di sekolah umum yang cukup bergengsi.

Kadang Saeron mengeluh 'mengapa harus dia yang menjadi bulan-bulanan di kelasnya?' Kemudian berpikir lagi bahwa 'untuk apa mengeluh? Toh semuanya sama, tetap dia yang menjadi tokoh utam sebagai bulan-bulanan di kelas'. Ya sudah lah, ambil saja sisi baiknyaㅡsetidaknya tidak ada lagi siswi dikelasnya yang menderita.

Walau, yah... tidak mau berbohong kalau Saeron sudah sangat-sangat kesal dengan mereka, ingin sekali melawan tetapi keberaniannya sudah lenyap bertahun-tahun lalu.

Larinya memelan, napasnya tersenggal, Saeron tidak kuat melanjutkan hukuman. Ia berhenti, membungkuk menompang berat badan pada lututnya dan menarik napas dalam-dalam.

Saeron kembali berdiri, ingin kembali melanjutkan larinya namun penglihatannya perlahan memudar, kepalanya terasa sangat pusing. Terakhir yang Saeron lihat sebelum gelap menculik adalah Jinyoung yang berlari menghampirinya.

Jinyoung langsung izin pergi dari ruang musikㅡsetelah mengumpul tugasnya juga melakukan pengambilan nilaiㅡdengan alasan mengawasi Saeron yang tengah menjalankan hukumannya.

Ia tentu khawatir terhadap salah satu teman kelasnya itu. Ah, kenapa mereka senang sekali mengusik Saeron yang sama sekali tidak pernah mengusik mereka?

Jadi sekarang, di sini Jinyoung berdiri, sedikit jauh dari radar Saeron dengan tangan yang dimasukkan ke saku celana sembari memerhatikan perempuan itu.

Saeron itu pendiamㅡatau mungkin sebenarnya tidak? Yah, mengingat Jinyoung belum seberapa dekat dengannyaㅡ dia tidak pernah mengadukan para penindas bahkan ketika wali kelas memintanya untuk jujur. Saeron menjadi kesayangan para guru, tidak heran, dia anak yang rajin.

Yang Jinyoung kagumi sekaligus herankan dari Saeron adalah senyumannya yang selalu terlukis, itu seperti tidak bisa luntur kecuali... jika Renjun sudah berdiri di hadapannya atau menatapnya tajam.

Jinyoung bungkam, tiba-tiba berpikir kenapa Renjun seperti berada di urutan paling pertama dari sekian banyak penindas yang menjadikan Saeron sebagai sasaran?

Kemudian ia menggeleng pelanㅡah, tidak usah dipikirkan, biarkan itu tetap menjadi urusan Renjun.

Jinyoung mengernyit saat melihat larian Saeron yang melambatㅡoh, ini buruk. Jinyoung langsung berlari menuruni anak tangga untuk sampai ke lapangan dan menghampiri Saeron yang terlihat akan...

Pingsan.

Jinyoung terengah, berjongkok di dekat Saeron, mengangkat kepalanya dan menepuk pipinya pelan.

"Sae! Saeron!" Panggilnya.

Jinyoung mengumpat, tanpa berkata lagi menggendong dan membawa Saeron ke UKS.

"Saeronㅡhng... gak kenapa-kenapa, kan?" Tanya Jinyoung, kekhawatiran terlukis jelas di wajahnya.

Yang baru saja menangani Saeron, Eunbin, memberi gelengan, "Gak kok, tenang aja. Itu cuman karena yah... matahari siang-siang gini nggak baik, lo pasti tau."

Jinyoung berdehem.

"Ini roti sama susu," Eunbin menyerahkan dua benda itu, "Tungguin ya, sampe sadar."

Jinyoung mengernyit, "Lo mau ke mana?"

"Kelas, jadwal gue udah abis." Eunbin menandatangani buku absen, ia menoleh pada Jinyoung, "Dijagain ya calon pacarnya." Godanya.

Jinyoung mendelik kecil, sementara Eunbin hanya terkekeh melihat respon temannya itu.

"Dadah! Jangan aneh-aneh di uks ya~"

"Mulut lo emang bener-bener ya, Bin." Gumam Jinyoung sembari merotasikan mata.

Jinyoung mengalihkan atensinya, memerhatikan paras ayu Saeron, tanpa sadar sudut bibirnya terangkatㅡmenciptakan sebuah senyum tipis.

Bohong kalau Jinyoung tidak tertarik dengan Saeron, dia sangat malah. Saeron adalah sesuatu yang tidak bisa ia jelaskan apa yang membuatnya bisa terjatuh pada cewek bekacamata bulat itu. Tidak bisa dijelaskan bukan dalam artian tidak tahu, tetapi dalam artian itu banyak sekali.

Lenguhan terdengar, bersamaan dengan kelopak mata yang perlahan terbuka.

Saeron menyipitkan matanya, saat cahaya memaksa menerobos melalui celah mata.

Jinyoung sedikit mendekat, membantu Saeron untuk duduk menyandar, "You okay?" Tanyanya merasa khawatir.

Saeron mengangguk pelan sebelum akhirnya menatap ketua kelasnya itu, "Jinyoung?"

"Kenapa?"

Saeron menggeleng dan memaksa senyumnya, "Makasih,"

Jinyoung tertawa pelan, "Sama sama," ia menyerahkan roti juga susu untuk Saeron, "Kata Eunbin disuruh habisin."

Saeron menengadah, air wajah terkejut terlukis, "Kamu tadi bilang Bae Irene, kan?"

Pemuda yang sedari tadi berjalan beriringan dan melontarkan obrolan ringan, Jinyoung, memberi anggukkan, "Iya."

"Beliau... siapanya kamu?"

"Tante. Kenapa?"

Saeron menggeleng, kembali melihat ke depan, dan tersenyum, "Boss di tempat aku ngambil partime namanya, Bae Irene juga. Kayaknya itu tantenya kamu?"

"Oh? Lo partime di sana?" Jinyoung mendelik kecil.

Saeron mengangguk, "Mmhm."

"Sejak kapan?"

Saeron mengingat-ingat, "Nggak tau, lupa. Tapi udah lumayan lama kok." Ia tersenyum, "Tante kamu baik, sayang banget sama yang kerja di sana. Apalagi yang masih anak-anak."

"Ah," Jinyoung ikut tersenyum, "Tante sampe sekarang belum punya anak, jadi yah... gitu."

Saeron terkekeh, "Aku jadi bisa ngerasain lagi gimana dapet perhatian dari bunda."

Jinyoung mengernyit, "Maksudnya?"

"Bunda aku udah lama pergi. Maksudnya, karena tante kamu ngasih perhatian yang lebih, aku jadi bisa ngerasain hal itu lagi."

Jinyoung terkejut untuk beberapa saat, sumpah demi apapun selama hampir tiga tahun sekelas, Jinyoung tidak tahu menahu soal orangtua Saeron dan sekarang ia merasa sangat bersalah karena menurutnya itu adalah hal sensitif.

"Ah, gitu..." katanya sembari menggaruk tengkuk yang tak gatal.

Ponsel Jinyoung berdering, dengan segera ia mengangkat panggilan dari saudaranya itu, Hwang.

"Mau ke kantin... Nggak, mama gak bilang ke gue. Ngibul kan lu? Ke kelas dulu dong gue? Ck, lo memang nyusahin... hm... ya." Jinyoung memutuskan panggilannya, ia menoleh pada Saeron, "Sae."

"Iya?"

"Ke kantin sendiri gak apa-apa? Hyunjin baru ngasih tau kalo gue disuruh pulang sama orangtua gueㅡhng... ada urusan."

"Oh," Saeron mengangguk, "Gak papa, kantin cuma di situ."

Jinyoung tersenyum, mengacak surai Saeron pelan, "Gue pergi, dah~!" Katanya sebelum berbalik dan berlari kecil meninggalkan Saeron.

Saeron mengerjap, cukup terkejut dengan perlakuan barusan. Detik selanjutnya kedua sudut bibirnya terangkat, ia tersenyum sembari menggeleng heran. Ada ada saja...

Saeron ingin melanjutkan langkahnya tetapi pekikan seseorang menggagalkannya.

"EEEEYYYOOO KIM SAEROOONNN!"

Sebentar... Saeron seperti pernah mendengar suara itu.

"ASIK BANGET PACARAN DI KORIDOR~"

Jaemin dan Haechan sudah berdiri di samping kiri dan kanan Saeron. Keduanya tersenyum jahil sembari menaik turunkan alisnyaㅡtunggu, sejak kapan Saeron dekat dengan mereka sampai mereka bisa menggodanya seperti ini?

Sementara itu, beberapa meter di belakang mereka, Jeno dan Renjun berjalan santai sembari menonton kejahilan kedua sahabatnya. Ah, Jaemin dan Haechan memang seperti itu, masalah kenal atau tidak kenal belakangan, yang penting mereka tahu nama orang dan menjahilinya dulu.

"Na! Usap pala gue dong~"

Jaemin langsung terbahak, begitu juga dengan Haechan. Keduanya langsung melakukan highfive.

"Hng... nggak, bukan." Saeron tergagap.

"Nggak, bukan, apaan tuh?"

"Gak pacaran dan bukan." Kata Saeron pelan.

"Tapi keliatannya iya," Haechan memberi kode pada Jaemin untuk mengangguk menyetujui.

Jaemin langsung mengangguk, "Bentar lagi berarti itu." Ia menoleh pada Haechan, "Yuk! Ke kantin!" Katanya lantas pergi bersama Haechan, meninggalkan Saeron begitu saja.

Saeron berhenti, menatap punggung keduanya heran. Ternyata beritanya benar, Jaemin dan Haechan sangat suka menjahili orang-orang.

"Lo duluan aja."

Saeron tersentak mendengar suara yang terdengar lumayan dekat di belakangnya, kemudian ia bisa melihat Jeno berjalan melewatinya dengan tangan yang bertengger di saku celana.

"Cepet jalan."

Saeron menoleh sedikit ke belakang. Benar kan, Renjun. Ia kembali menatap ke depan dan melakukan apa yang tadi Renjun katakan.

"Gimana? Enak?" Tanya Renjun ketika sudah berada di samping Saeron.

"Apa?"

"Ditolongin Jinyoung, ditungguin di uks."

Tbc



Continue Reading

You'll Also Like

25.1K 3.3K 49
Tentang dua insan manusia yg dipertemukan di penghujung senja di sudut Rumah Sakit kala itu.. "Umur gak ada yg tau Bro.. gue cuma pengen deket aja sa...
47.4K 6.3K 11
Mati gegara game? Alah palingan cuma mitos. Werewolf games Started: 08-08-2018 End:27-08-2018
Terror -> Yutaβœ“ By cacaw

Mystery / Thriller

273K 35.1K 62
"Yuta itu kaya Bodyguard rasa pacar tau gak?" Β©chocoyut 08/05/18-17/08/18β„’ Sequel -> 21/10/18-......
147K 26.7K 18
[bahasa γ…‘ au] terima kasih sudah pernah singgah, walau hanya sementara. Β©jeno-ly, 2020.