Mr. Police and Me

By Dekdi_A

734K 111K 20.5K

[Me Series 2] ON GOING Park Chanyeol seorang Inspektur kepala tim devisi satu merupakan sosok iblis berwajah... More

Me Series and Note
MPAM : 01
MPAM : 02
MPAM : 04
MPAM : 05
MPAM : 06
MPAM : 07
MPAM : 08
MPAM : 09
MPAM : 10
MPAM : 11
MPAM : 12
MPAM : 13
MPAM : 14
MPAM : 15
MPAM : 16
MPAM : 17
MPAM : 18
MPAM : 19
MPAM : 20
MPAM : 21
MPAM : 22
MPAM : 23
MPAM : 24
MPAM : 25

MPAM : 03

29.7K 4.5K 692
By Dekdi_A


Satu gelas beer dicampur soju dengan perbandingan 1:1 membuat siapapun mabuk jika meminumnya hingga 10 gelas tanpa hidangan apapun. Ya, ya, sejak memutuskan datang ke kelab malam, Chanyeol memang berniat mabuk hingga ia lupa ingatan. Tapi sialnya, seberapa banyak pun Chanyeol minum, ia masih tetap sadar.

Lay yang menemaninya menyemprotkan cairan desinfektan ke sekitar Chanyeol. Dia bahkan menghalangi beberapa orang yang menyentuh meja mereka dengan memasang tulisan 'Jaga jarak satu meter'. Sedangkan Baekhyun yang ada di ujung meja pura-pura memejamkan matanya gara-gara malu memiliki teman seperti Chanyeol dan Lay.

Tadi siang, Chanyeol melakukan spam di group chat mereka, meminta teman-temannya untuk datang ke Daesung Club hanya untuk menyeretnya ke apartemen, ketika dia sudah teler. Tapi.... Dua jam minum tanpa henti, Chanyeol tidak kunjung tumbang.

Bukan tanpa alasan Chanyeol  meminta dijemput. Pria terkenal sepertinya---meskipun terkenal sebagai pemain wanita, sangat berbahaya jika dibiarkan tergeletak begitu saja. Mahluk Tuhan paling seksi bernama wanita tidak akan membiarkan Chanyeol mabuk dengan nyaman. Mereka selalu mengambil kesempatan menggrayangi tubuhnya. Brengsek-brengsek begini, Chanyeol juga takut diperkosa. Apalagi kalau tanpa pengaman. Itu mengerikan.

"Dia belum mabuk?" Sehun yang baru datang dari meeting di Milan langsung duduk di samping Lay.

Baekhyun menggeleng, "Dia bahkan tidak mau bicara."

"Chanyeol semakin hari, semakin aneh," tambah Lay.

Baekhyun menegak vodkanya, "Memangnya kau normal, Dude?"

Antara mereka berempat mungkin Lay yang paling aneh. Lihat saja, pria itu memakai sarung tangan dan masker di kelab malam, dengan alasan takut kuman.

"Kelab ini terlalu sesak, dan ramai. Kenapa kau tidak mabuk di Seungri Club saja Yeol. Setidaknya di sana lebih higenis," keluh Lay.

Baekhyun memutar bola matanya, "Seharusnya dia mabuk di G.D Fest agar terlihat seperti orang kaya."

"Aku dengar Martini di sana seharga 250 won," potong Lay.

"Demi Tuhan itu tidak penting." Sehun meraih gelas yang ada di tangan Chanyeol lalu meminta temannya itu untuk bicara baik-baik. "Kau ada masalah?"

Chanyeol dengan wajah kusutnya mendesah pelan. Ia menatap temannya satu persatu, lalu berujar, "Alexa punya anak."

"Alexa?"

"Alexa Park teman se-gengmu?" tanya Lay.

Chanyeol mengangguk.

"Hanya itu? Astaga Yeol.... Aku juga punya anak. Kau kira hanya dia saja yang punya."

"Bukan itu masalahnya. Rasanya aneh melihat dia punya anak, sedangkan aku masih begini-begini saja."

"Kalau begitu kapan-kapan kau keluar di dalam. Apa susahnya?" geram Lay. "Besok pagi aku ada operasi, kau ini kapan mabuknya?!"

"Ya, sudah! Tinggal saja aku." Chanyeol merenggut kesal.

Lay bedecak. Jika ditinggal, besok pagi Chanyeol akan merajuk, mengatakan kalau Lay tidak setia kawan.

"Ngomong-ngomong, anak Alexa bukan anakmu'kan?" tanya Baekhyun.

Chanyeol menegak minumannya, "Kau gila? Aku tidak pernah lupa memakai pengaman." Buru-buru Chanyeol mengeluarkan satu pak kondom di kantong celananya, 2 biji di saku jaket, dan 3 biji di dompet. "Biarpun aku mabuk, aku tidak pernah lupa memakai pengaman."

"Terus untuk apa kau mabuk-mabukkan seperti orang bodoh?" tanya Sehun. Pria 31 tahun itu masih jet lag, namun ia memaksakan diri untuk datang ke kelab.

"Aku sedikit galau. Kau tahu kan, aku pernah meniduri Alexa. Rasanya aneh saja saat tahu dia hamil."

"Cemburu?" tanya Baekhyun.

Chanyeol berdecak, "Kau ada-ada saja. Si Piggy itu sudah seperti adikku sendiri."

"Adik tapi kau tiduri." Lay mencemooh.

"Selama memiliki lubang dan ovarium, nenek tua juga dia tiduri. Iya, kan Yeol?" Sehun terkekeh.

Chanyeol yang dijadikan bulanan-bulanan hanya diam. Ia malas meladeni teman-temannya. Pikirannya melayang mengingat momen kebersamaannya dengan Alexa yang dulu sangat dekat. Bahkan lebih dekat dari ke-tiga temannya. Sejak kepindahan Alexa ke Amerika,  komunikasi di antara mereka memburuk, hingga Chanyeol tidak tahu sahabatnya menikah dan memiliki anak.

Chanyeol kira hanya dia satu-satunya pria yang dekat dengan Alexa. Tapi nyatanya tidak seperti itu. Buktinya Alexa memiliki anak dari pria lain.

Menghembuskan nafas pelan, Chanyeol beranjak dari mejanya. "Kita pulang saja. Aku tidak bisa mabuk."

"Kenapa tidak dari tadi?" Baekhyun berseru jengkel. Ia menaikkan hoodie-nya, lalu berjalan ke luar dari kelab.

"Kau yakin bisa menyetir, Yeol?" tanya Sehun saat mereka sampai di basement.

Chanyeol mengangkat tangannya di udara, tanda dia baik-baik saja. Fisiknya yang kuat membuat Chanyeol susah mabuk. Berbeda dengan Lay yang meminum dua gelas vodka saja langsung kolaps.

"Hati-hati di jalan." Baekhyun berseru kencang. Ia dijemput oleh manajernya, sedangkan Lay menumpang di mobil Sehun.

"Hem.... Nanti hari minggu kita kumpul di rumah Sehun," seru Chanyeol.

"Oke!"

Kemudian Chanyeol menghidupkan mobilnya, melesat keluar dari kelab, diikuti teman-temannya yang pulang ke rumah masing-masing.

Saat di jalan, perut Chanyeol tiba-tiba mual. Ia berhenti sebentar di pinggir jalan untuk muntah. Setelah dirasa kedaannya cukup baik, Chanyeol mengemudikan mobilnya ke mini market. Ia membutuhkan air dan beberapa cemilan penghilang mabuk. Jika sampai menabrak, Chanyeol bisa diberi surat peringatan, atau parahnya ia bisa dipecat. Bagaimana pun juga Chanyeol bekerja untuk negara. Citra baik adalah caranya untuk bertahan hidup.

Setelah mengambil air, ice cream dan beberapa cemilan, Chanyeol pergi ke kasir untuk membayar.

"Tidak boleh di-cancel saja? Sudah aku bilang uangku kurang. Kau ini bagaimana sih.... bisa kerja tidak?"

"Tidak bisa, Nyonya. Struk pembeliannya sudah keluar."

"Ya sudah hitung sebagai utang. Besok aku bayar!"

"Tidak boleh, Nyonya." Penjaga kasir itu menghela napas lelah.

"Kau ini bagaimana sih, di-cancel tidak boleh. Maumu apa sebenarnya?"

"Ppppffftt..." Chanyeol menutup mulutnya. Ia berdehem, kemudian mengeluarkan black card miliknya, "Pakai ini saja."

Sontak petugas kasir yang tadinya memasang wajah jengkel, tersenyum cerah, "Tidak sekalian pulsanya?" Wanita itu menyerahkan ponselnya, mengedip genit ke arah Chanyeol.

Chanyeol tersenyum, "Tidak perlu."

Wanita yang ada di samping Chanyeol mendongak, "Aahhh.... Maaf, nanti saya ganti."

Chanyeol yang merasa familiar dengan suara itu menoleh. Ia memandang perempuan yang ada di sampingnya, "Ale?"

"HAH?"

Chanyeol langsung membuka maskernya, "AKU CHANYEOL!"

Bahkan petugas di kasir saja mengenali ketampanannya walaupun ia memakai masker.

"ALE!!!"

Tubuh wanita itu menegang sebentar, lalu lari terbirit-birit. Chanyeol yang melihat hal itu langsung merampas belanjaannya, keluar dari mini market untuk mengejar Alexa.

"HOII... PIGGY! KENAPA KAU LARI?" Chanyeol mengejarnya.

Alexa menoleh ke belakang, "Sial.... Brengsek, babi!"

Alexa benar-benar tidak ingin bertemu dengan makhluk nista yang low quality seperti Chanyeol.

Tapi kali ini, keberuntungan tidak berpihak pada Alexa, karena pria yang setengah mati ia hindari berdiri congkak di hadapannya. Napas Chanyeol terengah-engah. "Kemana semua lemakmu? Kenapa kau cepat sekali?"

"Minggir, setan. Aku buru-buru." Alexa mendorong tubuh Chanyeol.

"Ck!" Pria itu berdecak lagi, entah decakan keberapa.

"Aku antar pulang, ya? Kau mentang-mentang sudah punya anak, jadi sombong begini."

"Anak?" Alexa terperangah.

"Hoh, Jackson. Aku bertemu dengannya tadi siang. Ayo, aku antar pulang." Chanyeol memaksa, ia bahkan merampas tas plastik yang ada di genggaman Alexa lalu membawanya pergi ke arah mobilnya.

"KAU BERTEMU DENGAN JACKSON?"

"Iya, anak itu mirip denganmu. Sama-sama mengesalkan."

Lagi-lagi Alexa terperangah, "Kau benar-benar----"

Alexa kira, setelah 5 tahun berpisah dengan Chanyeol, laki-laki itu sudah berubah menjadi lebih baik. Tapi ternyata masih sama saja. Rupanya Alexa terlalu banyak berharap.

"Ayo, masuk!" Chanyeol membuka pintu mobilnya, lalu mendorong kepala Alexa untuk masuk.

"Gy... ini mobil baru tahu. Setelah kau pindah ke California, aku membelinya. Ini mobil mahal, kau tidak akan mengomel lagi gara-gara aku menjemputmu dengan mobil murah."

"Aku tidak peduli. Cepat jalan!" Alexa berkata sarkas sembari merampas bungkusan plastik hitam di samping Chanyeol, lalu mendekapnya erat.

Chanyeol terkekeh, "Rumahmu di mana?" tanya Chanyeol sembari menjalankan mobilnya keluar dari area mini market.

"Lampu merah depan, belok kanan."

"Kau tinggal di apartemen?"

"Bukan urusanmu!" balas Alexa ketus.

Chanyeol hanya mangut-mangut. Sepertinya Alexa tidak senang bertemu dengannya. Chanyeol bisa melihat ekspresi wajah Alexa yang semakin keruh, bahkan sekali-kali perempuan itu menggigit bibirnya cemas.

"Alexa... kau masih marah padaku?"

Alexa hanya diam.

"Maaf soal 6 tahun yang lalu, aku tidak sengaja." Wajah Chanyeol terlihat tulus. Ia benar-benar merasa bersalah atas sikap bajingannya pada temannya sendiri.

"TIDAK SENGAJA KAU BILANG?" Alexa mengeram kesal, "Demi Tuhan!  Kau meniduriku, Yeol. Aku bertanya-tanya siapa yang meniduriku, bahkan bercerita padamu agar kau membantuku mencari tahu pelakunya. Dan kau dengan seenaknya mengatakan tidak tahu. Dasar brengsek!"

Chanyeol mendesah, "Maaf..."

"Berhenti! Turunkan aku di depan"

"Alexa..."

"Please, Yeol... aku membencimu. Setiap malam sebelum tidur, aku selalu berdoa agar kau mendapatkan karmanya."

"Sampai kapanpun aku tidak akan memaafkanmu. Semua yang kau lakukan, semua penderitaan yang kau berikan padaku, aku akan mengingatnya." Alexa berkata lirih, ia memalingkan wajahnya ke jendela agar pria bajingan itu tidak bisa melihat matanya yang sudah memanas.

"Gy.... Yang kita lakukan hanya tidur. Memang benar kau masih perawan saat itu, tapi kan.... Kita hanya tidur."

"BRENGSEK! TUTUP MULUTMU SEBELUM AKU MEMBUNUHMU." Alexa menjerit keras, membuat Chanyeol mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

Saat mobil Chanyeol berhenti di persimpangan jalan. Alexa menatap pria itu tajam, "Aku harap kita tidak bertemu lagi. Saat di jalan, atau dimanapun kau melihatku, jangan menyapa. Anggap kita tidak saling kenal. Aku tidak level berbicara dengan makhluk kurang ajar, tidak tahu diri sepertimu. Dasar low quality!"

"Selamat tinggal!" ujarnya, lalu keluar dari mobil itu.

Chanyeol menyenderkan tubuhnya, matanya bergerak menatap punggung Alexa yang kian menjauh. Sejenak kemudian, Chanyeol tertawa mengejek sikap bajingannya.

Untuk pertama kalinya ia mengakui dirinya sebagai pria paling brengsek di dunia ini.

Ya, kau memang brengsek Yeol! Bagaimana bisa kau meniduri temanmu sendiri, setelah itu lari dari tanggung jawab.

"Dasar low quality!" Chanyeol mengumpati dirinya sendiri.

Sampai di apartemennya, tubuh Alexa merosot. Ia menutup mulutnya, terisak pelan mengingat kata-kata Chanyeol di dalam mobil.

Hanya tidur berasama katanya. Seolah kata tidur adalah sesuatu yang mudah, sesuatu yang biasa saja. Seperti tidak ada yang spesial. Alexa benar-benar tidak mengerti kenapa dulu dia menganggap Chanyeol sosok yang istimewa di hidupnya.

Alexa selalu menganggap; meskipun Chanyeol brengsek, nakal, dan sebagainya, pria itu tidak akan menyakitinya, karena mereka adalah teman.

Tapi..... Kejadian beberapa tahun silam, membuat Alexa sadar bahwa Chanyeol tidak lebih dari sekedar bajingan yang sejak awal harus ia hindari.

"Momsky.... Kenapa duduk di situ?" Jackson menguap lebar. Matanya menyipit.

"ASTAGA, JACKSON! SUDAH MOMSKY BILANG TIDUR, KENAPA MENUNGGU DI BAWAH?" Buru-buru Alexa menghapus air matanya. Ia tidak boleh menangis di hadapan anak kecil.

"Momsky menangis?"

"Tidak. Hanya kelilipan. Kau sih, jam tiga pagi meminta jelly. Kalau Jackson begini terus, Momsky bisa mati muda."

"Jangan mati...." Jackson bergumam lirih, "Maaf, Momsky."

"Hem, tidak apa-apa. Lagipula Momsky juga akan bangun untuk membuat kue. Tarra.... Momsky sudah membeli bahan-bahannya."

Jackson tersenyum, ia melangkahkan kakinya mengikuti Alexa ke dapur.

"Besok Momsky akan membuatkan Jackson kue cokelat. Nanti bisa dibagi sama teman-teman. Jangan lupa berikan juga satu pada Taeoh."

Jackson cemberut, "Momsky membicarakan Taeoh terus, Jackson tidak suka."

Alexa yang baru sadar anaknya cemburu terkekeh. Ia menggendong Jackson, lalu menedekapnya erat. "Coba kau tidak nakal, pasti menggemaskan sekali."

"Jackson tidak nakal!"

Alexa memutar bola matanya, "Hem...."

"Momsky, besok Ibu guru menyuruh kelas A dan B membawa Ayah. Katanya akan ada pertandingan khusus Ayah dan anak. Jackson sudah bilang pada Taeoh untuk meminjam Daddy-nya sebentar, katanya tidak boleh. Pelit sekali dia."

Alexa yang mendengarkan Jackson tercenung. Ia menatap anaknya yang terlihat sangat dewasa. Padahal Jackson baru berumur 4,5 tahun. Masih terlalu kecil untuk mengerti semuanya.

"Nanti Momsky yang akan datang. Jackson tenang saja."

"Tidak perlu. Momsky bukannya pergi bekerja. Jackson tidak ikut juga tidak apa-apa."

Alexa ingin menangis, tapi ia mencoba menahannya.

"Nanti Momsky akan membawa teman, Jackson bisa mengikuti game dan pulang membawa hadiah."

"Padahal tidak ikut juga tidak apa-apa. Game menyebalkan."

Alexa terkekeh, "Nanti Jackson kalau sudah dewasa harus menjadi anak yang baik, ya?"

"Sekarang kan sudah." Jackson cemberut.

"Hemmm.... anak Momsky memang yang terbaik," kekeh Alexa sembari menghujani Jackson sedang ciuman bertubi-tubi.

"Kalau begitu Jackson tidur, supaya besok pagi tidak mengantuk."

"Hem.... Momsky bagaimana?"

"Momsky orang dewasa. Tidak apa-apa kalau tidak tidur. Lagipula, tadi Momsky sudah tidur dengan Jackson, jadi tidak akan mengantuk."

"Kalau begitu Jackson ke kamar dulu. Bye, Moms!"

Alexa tersenyum kecil menatap putranya. Hanya dengan adanya Jackson di sampingnya, Alexa tidak akan kenapa-napa. Dia adalah ibu tunggal yang kuat, Alexa janji akan memberikan segalanya untuk Jackson. Anaknya tidak akan sedih, hanya karena tidak punya Ayah.

"Jangan menangis, Le. Jangan menangis." Alexa mengusap air matanya, mengambil tepung dan mengambil semua bahan-bahan untuk membuat adonan.

Dia sudah bertahan sejauh ini, jadi Alexa tidak akan membiarkan orang itu menyakitinya lagi.

Continue Reading

You'll Also Like

1.3M 18K 45
ON GOING SAMBIL DI REVISI PELAN-PELAN. Start 18 November 2023. End? Cerita bertema šŸ”ž, Kalau gak cocok bisa cari cerita yang lain terimakasih. Mars...
1.1M 101K 57
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
257K 35K 24
Sederhana saja. Hanya tentang kehidupan tiga bersaudara putra Pak Bratadikara yang akan membuatmu harus memutuskan antara dua pilihan, yakni mengingi...
34.7K 5.6K 16
Renjun mengalami sebuah insiden kecelakaan yang membawa raganya terjebak di dalam mobil, terjun bebas ke dalam laut karena kehilangan kendali. Sialny...