Aldolivia [ DISCONTINUED ]

By Levineghfry

378K 19.9K 867

Rivaldo Bagaskara yang notabene merupakan ketua klub basket putra SMA Jaya Bangsa awalnya merasa risih dengan... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
PENTING

Tiga Belas

16.5K 1K 56
By Levineghfry

Warning: Baca part sebelumnya kalo lupa alurnya, karena udah kelamaan gak update gue yakin kalian lupa. Dan ada yang wajib kalian baca di author's note. Thanks and enjoy! 

**

#Wish25: Terbalaskan (Aldo)

#Wish26: Terbalaskan (Olivia)

** 

“Hah? Jadi bener lo sama Aldo sebelumnya udah pernah ketemu?” tanya Rara. Yang ditanya hanya mengangguk sambil berbaring memeluk guling empuk milik sahabatnya itu.

Rara berdecak pinggang. “Tapi cuma gara-gara itu doang?” setelahnya ia duduk di kursi meja belajar. Membiarkan Olive berbaring menatap langit-langit kamarnya dengan leluasa.

“Hm,” Olive hanya bergumam.

“Coba ceritain detail-nya dong. Gue masih gak ngerti.” Pinta Rara.

Olive malah berguling tak tentu arah menanggapi permintaan sahabatnya. “Males ... ”

Rara yang mulai berasa gereget lantas bangkit dan menarik guling yang sedari tadi dipeluk Olive itu. “Heh, pea! Lo ngapain ke rumah gue tapi gak mau ngejelasin yang sebenernya? Mau numpang tiduran doang?”

Olive mendengus kesal tetapi selanjutnya ia langsung duduk bersila di atas kasur. “Oke, dengerin baik-baik ya Rara sayang.” Ujar Olive dengan nada yang dibuat-buat.

“Buru elah,”

“Jadi gini. Dulu waktu gue masih kelas 9, klub basket sekolah gue ikut salah satu kompetisi basket paling bergengsi di bandung pas jaman-jaman itu. Nah terus SMP gue nih, SMP Harapan Bakti, main lawan Bandung International School (BIS), sekolahnya Katya.

“Udah tuh kan, kita main. Tengah-tengah pertandingan waktu dia lari gue mau rebut bolanya gak sengaja gue nyandung kaki dia, sampe dia jatuh. Mukanya bener-bener ngebentur lantai dan idungnya ngeluarin darah banyak banget. Serem sendiri gue ngingetnya.

“Penonton disana pada ngira gue sengaja. Karena score SMP BIS unggul 10 poin dari Harapan Bakti. Jadi lah gue difitnah yang engga-engga. Itu lagi semi-final, akhirnya sekolah gue yang menang dan maju ke final dan akhirnya juara 1, gitu.”

Rara masih melongo mendengar penjelasan sahabatnya itu. “Terus terus?”

Olive menaikkan bahu tak acuh. “You know lah, dihujat di twitter. Hampir 8 bulan gue hidup penuh kebencian. Anjas bahasa gue apa banget. Ya, intinya gitu. Makanya sekarang gue bersyukur banget pindah ke Jakarta dan ga ada satupun yang tahu tentang masalah itu dan track record gue benar-benar aman disini.”

Rara masih manggut-manggut menanggapi cerita Olive. “Oh, iya. Kecuali si curut Aldo.” Lanjut Olive.

“Jadi cuma gara-gara itu?”  tanya Rara akhirnya.

Olive mengangguk. “Iya. Katya emang pemain paling diunggulin di tim basket BIS.”

“Yah elah, itukan udah lama. Ngapain tuh anak masih benci aja sama lo?” Rara malah menjadi gondok sendiri.

“Gue udah cerita belum?” tanya Olive dengan bodoh-nya. Dan lebih bodoh lagi Rara yang menanggapinya dengan gelengan kepala.

“Kabar gembiranya, ternyata Katya sepupunya Aldo. Bukan pacar.”

“Oh, sepupu. Makanya, setahu gue dia tuh gak punya pacar.” Tetapi perlahan Rara justru menautkan alisnya. “Kabar gembira? Lo kira mastin kulit manggis kini ada ekstraknya.”

Olive tersadar dan langsung gelagapan sendiri. “Eh, itu—kan Aldo banyak yang ngeceng kan? Ya kabar gembira buat para penggemar setia Aldo. Gitu maksud gue. iya.”

Anjrit pake salah ngomong segala nih mulut. Bisa ngira yang enggak-enggak nih si pea di depan, batin Olive. 

Lantas cewek di hadapannya itu menarik salah satu sudut bibirnya, membuat senyuman jahil. “You have a feeling towards him, don’t you?”

Skak-mat.

**

Di sisi lain, Aldo sedang berbaring diatas ranjang kamarnya sembari menatap langit-langit yang di cat dengan warna biru muda seperti dindingnya. Memikirkan tindakan bodoh yang baru saja dilakukannya tadi sore. Dan sekali lagi, ia bertanya pada dirinya sendiri; untuk apa memberi tahu informasi yang jelas-jelas tidak akan ada benefitnya untuk Olive? Memangnya cewek itu akan peduli dengan urusannya?

Sebenernya gue kesambet apaan sih, batin Aldo. Sampe gak mau banget Olive nyangka kalo Katya pacar gue.

Berjam-jam Aldo memikirkan hal itu ternyata sia-sia. Ia tak menemukan jawabannya. Rupanya apa yang dirasakan cowok itu saat ini sudah melampaui akal sehat yang dimilikinya. Tetapi yang jelas, pikirannya tiba-tiba melayang pada kejadian tempo hari dimana ia nekat untuk menjenguk Olivia di rumah sakit sehari setelah insiden ambruknya cewek itu di lab biologi.

Iapun tersenyum kecil. Saat itu entah bagaimana Olive yang biasanya jarang tersenyum—kecuali saat ia bersama Rara—malah tersenyum lebar, terlihat sangat ceria begitu Aldo datang membawakannya DVD.

Tetapi seketika lamunannya hancur begitu seseorang menegetuk pintu kamarnya. “Sayang, makan malemnya udah siap. Friska udah nunggu di bawah.” Ujar Rossie di depan pintu kamar bungsunya itu tanpa niat membukanya.

Aldo mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menyahut panggilan ibunya. “Iya ma, Aldo ke bawah.”

Mikirin apa sih lo, jrot. Sejak kapan lo suka sama Olive. Lucu. Batin Aldo yang selanjutnya berjalan keluar kamar dan menuju lantai bawah untuk makan malam.

**

Hari ini hari sabtu. Hari dimana Aldo bisa berpacaran dengan kasur dari pagi hingga malam. Dan hanya keluar kamar ketika lapar. Ia akan menghabiskan waktunya di kamar untuk sekedar menonton film ataupun bermain game. Baik itu game online, PS3, ataupun WII.

Waktu menunjukan pukul setengah empat sore. Dan hingga saat ini ia sama sekali belum mandi. Salah satu kebiasaannya ketika libur; mandi satu kali sehari. Jorok memang, tapi ia tetap bersikukuh bahwa itu hal yang wajar dengan alasan seharian itu dirinya hanya menghabiskan waktu di kamar dan sama sekali tidak mengeluarkan keringat. Jadi untuk apa mandi 2 kali?

“Do, udah mandi belom? Mandi dulu sana, bau masa dari pagi belum mandi.” Rossie memunculkan kepalanya ke dalam kamar Aldo dan selanjutnya menggeleng-gelengkan kepalanya. Seperti biasa, pemandangan kamar anak lelaki satu-satunya itu seperti habis ada kerusuhan. Belum lagi sampah kacang kulit bertebaran dimana-mana—satu lagi kebiasaan Aldo, menghabiskan berbungkus-bungkus kacang kulit sambil bermain game.

Yang diomeli hanya nyengir tiga jari sambil mem-pause game Need For Speed di PS3-nya. “Bentar, deh, ma. Tanggung hehe.”

“Habis ini mama mau ke rumah temen, ka—“ sebelum Rossie menyelesaikan kalimatnya, Aldo buru-buru memotong.

“Aldo lagi yang anterin?” ia mendengus pasrah.

Rossie berdecak. “Gamau banget dapet pahala. Tapi kayaknya keberuntungan lagi mihak ke kamu, ada Friska yang nganter mama.”

Lantas cowok itu kembali nyengir. “Yes!”

Wanita setengah baya itu menutup kamar anaknya sebelum kembali mengingatkan Aldo untuk segera mandi. Dan akhirnya Aldo berjalan gontai menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi dan memakai baju, ia segera membereskan kamarnya lalu kembali duduk di kasur. Bingung apa yang akan ia lakukan sekarang. Dirumah itu hanya ada ia dan pembantu rumah tangganya.

Entah mengapa kedua kaki Aldo lantas bergerak ke luar rumah dan membawa dirinya ke lapangan basket yang ada di Komplek Puri Kencana. Tak lupa sebelumnya membawa bola basket miliknya dari rumah.

Tetapi pada jarak satu meter di belakang lapangan, ia berhenti melangkah. Mengernyit bingung. Dilihatnya ada seorang perempuan yang sedang bermain basket sendirian disana. Cewek itu beberapa kali menge-shoot bola oranye miliknya tapi hasilnya nihil, bola itu sama sekali tidak masuk ke dalam ring. Cewek itu mendengus frustasi.

Sialan, baru aja tadi dipikirin eh malah ketemu disini. Batin Aldo.

Tetapi sedetik kemudian ia malah berjalan memasuki area lapangan dan berdeham, membuat cewek itu berbalik ke balakang. Sesuai dugaannya, Olive membulatkan kedua matanya kaget.

“Nga-ngapain lo disini?” tanya Olive dengan alis yang terangkat satu.

Aldo mengernyit dengan songongnya. “Emang lapangan ini punya lo?”

Olive menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Ya ... enggak, sih.”

Aneh.

“Main basket itu jangan cuma pelampiasan doang.” Celetuk Aldo yang kini malah duduk di salah satu kursi pinggir lapangan.

Cewek yang masih berdiri di depan ring sambil memegang bola basket lantas mengerutkan dahinya sambil melirik Aldo.

“Lo mau nyoba masukin sampe seribu kali pun hasilnya percuma kalo pikiran lo sendiri masih belibetan. Gak konsen.” Lanjut Aldo sambil bertopang dagu.

Olive berusaha untuk mangabaikan perkataan Aldo. Ia malah terus mencoba memasukkan bolanya. Cowok yang daritadi memperhatikannya itu berdecak kesal. “Keras kepala.”

“Olivia,” panggilnya.

Yang dipanggil mau tidak mau menengokkan wajahnya. “Lagi ada masalah yang ganggu pikiran lo?” suara Aldo kini melembut.

Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Olive ikut duduk di sebelah Aldo. Menatap lapangan di hadapannya dengan tatapan kosong. Sesekali ia men-dribble bola basketnya. Sementara itu Aldo masih sabar menunggu suara Olive yang belum terdengar juga.

“Pernah gak sih lo ngerasain dimana lo gak suka sama tuh orang, tapi dia muncul terus di pikiran lo?” tanya Olive akhirnya. Ia memberanikan diri untuk menengok ke arah Aldo. Tetapi untungnya wajah cowok itu tetap menghadap ke depan.

Gila. Sama.

“Dan lo jadi kesel sendiri karena gak tau apa yang sebenernya lo rasain terhadap dia.” lanjut Aldo. Kemudian Olive menatapnya tidak percaya.

“Tapi satu hal yang lo tahu ... ” Aldo menggantungkan kalimatnya, ia kemudian menengokkan wajahnya ke kanan hingga sepasang mata miliknya dan Olive bertemu.

“Itu cuma crush, gak lebih.” Ucap keduanya berbarengan. Kini keduanya saling menatap dengan ekspresi kaget. Siapa sangka apa yang mereka rasakan tiga hari terakhir ini ternyata sama?

Sedetik kemudian Aldo malah menyunggingkan senyum jahilnya. “Yakin cuma crush?”

Dan karena itu kedua pipi Olive mendadak merah. Ia mendorong bahu cowok di sebelahnya. “Apaan, sih.”

Tetapi setelah itu keduanya saling menatap sambil menyunggingkan senyum termanis mereka. “Kita sama,” ujar Olive.

Aldo mencubit pipi Olive gemas. “Siapa bilang beda.”

“Main one on one yuk! Yang kalah traktir es krim di kedai depan komplek.” Ajak Aldo yang sudah siap dengan bola oranye ditangannya.

Setelah Olive menyetujuinya, mereka pun mulai bermain.

**

Waktu terasa sangat cepat hingga mereka selesai bermain dan mendapat pemenangnya yaitu Aldo. Olive yang kalah mengerucutkan bibirnya sambil duduk meluruskan kaki di tengah lapangan.

“Mainnya licik, elah. Gausah pake modus meluk-meluk dari balakang sok mau ngerebut bola deh.” Ujar Olive dengan toa-nya.

Aldo yang masih berdiri lantas tertawa puas. “Alah, bilang aja seneng kan dimodusin sama cowok ganteng.”

“Ke kedai sekarang cepet, keburu maghrib.” Ajaknya sambil berjongkok lalu mengambil tangan Olive dan membantunya berdiri. Tapi Olive malah menempelkan pantatnya pada tanah.

“Istirahat dulu kek gue capek.” Ia mengerucutkan bibirnya.

Aldo mendengus. “Kode apa gimana?” selanjutnya ia kembali berjongkok di hadapan Olive. “Naik buru.” 

Rabu, 23 Juli 2013

Kalian wajib tau betapa senangnya gue bisa update cerita ini lagi setelah selama hampir sebulan ngilang. Maaf banget:( Tapi ini long chap yeay! Gue yakin chapter ini pasti unexpacted buat kalian, karena gue juga gak nyangka bakal secepat ini HAHA.

Dan ada satu hal yang perlu kalian tahu juga. Gue ngerasa gagal jadi author, update cerita ini lamanya pake banget. Kalo stuck parah bgt lagi. Jadi gue ada niat buat ngehapus TTS. Engga, tenang aja. Bukan cerita-ceritanya. Jadi gue gak jadi bikin Top Teen Series. Judulnya ya jadi NerdStar sama Aldolivia aja, tanpa embel-embel TTS[1] dan TTS[2]. Jadi ada kemungkinan juga gue gak bikin cerita semua tokoh yang udah gue siapin buat TTS (ada di NerdStar - Epilog). Gimana? 

Yaudah gitu aja maaf bacot banget. Intinya, Happy 4th Anniversary to One Direction! Yesterday you may lose The X-Factor, but now you won the world. Congrats, guys! 

Continue Reading

You'll Also Like

879K 6.2K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
110K 12.3K 16
Bukan BL Arkanna dan Arkansa itu kembar. Tapi mereka sudah terpisah semenjak masih bayi. Dulu, orangtua mereka menyerahkan Arkanna kepada saudara yan...
1.7M 73.5K 52
"Jangan deket-deket. Mulut kamu bau neraka-eh, alkohol maksudnya!" Ricardo terkekeh mendengarnya lalu ia mendekatkan wajah mereka hingga terjarak sat...
250K 5.2K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...