MIRACLE

By cck1002

365K 31.8K 7.5K

Dia memelukku. Untuk pertama kali aku merasakan kehangatan dari seseorang. Aku mengingat lagi, ternyata meman... More

New day?
First Sight
First Sight (2)
First Moment (1)
First Moment (2)
AGONY
AGONY (2)
SCARS
MEDICINE
CONTRARY
ROLE
ROLE (2)
OBSCURE
OBSCURE (2)
OBSCURE (3)
OBSCURE (4)
OBSCURE (5)
OBSCURE (6)
OBSCURE (7)

CONTRARY (2)

20.2K 2K 402
By cck1002


Jangan lupa play videonya ya luvers.

Sabtu, 12 Oktober.

Hari yang cerah. Gue janji, hari ini gue gak akan nangis. Gue janji, hari ini gue gak akan ganggu kak Ara.

"Headset?" Kak Ara mencegat sebelum aku meninggalkan gagang pintu.

"Well, I won't need that."

"Sure?"

"Yaa.."

"I love you."

"I love you too." Ya begitulah sisters, terkadang jadi kucing dan anjing, di lain waktu jadi couple.

ooOOoo

Pukul 07.20 aku sudah sampai di Kampus, tepatnya di gerbang pejalan kaki. Aku ingat kira-kira satu bulan yang lalu, di tempat ini. Aku menangis di pelukan kak Ara. Aku menangis karena takut, takut akan lebih trauma lagi kalau aku di sini. Takut kalau nanti ada orang yang dengan teganya mengencingi buku-bukuku. Ah jadi ingat waktu SMA dulu. Aku akan sedikit menceritakannya.

Waktu itu, sekitar selesai istirahat aku kembali ke kelas. Selama SMA, memang ada sekumpulan orang yang sangat suka sekali menggangguku. Entah karena aku pintar, atau karena aku sangat jelek dan sedikit gila. Aku kembali dari kantin dengan was was. Aku memang selalu waswas, karena mereka selalu punya ide untuk mengerjai aku. Aku masuk ke ruang kelas, benar saja buku-bukuku sudah basah, dan baunya amis sekali. Iya, tasku dikencingi oleh berandal itu.

Memang betul, ada saja orang yang mau membantu aku, tapi siapa orang yang mau membantu membereskan kencing? Aku saja tidak akan mau. Alhasil, aku hanya berteriak seperti orang gila dan selanjutnya dicap gila. Kalian tahu? Ya kali tahu. Aku trauma terhadap kertas, tas, dan air berwarna kuning selama 2 minggu karena hal itu. Selama 2 minggu aku teriak setiap melihat atau memegangnya. Tapi, kak Ara bisa membantuku dalam kurun waktu 2 minggu itu. Padahal aku masih ingat, kencing saja aku tutup mata pakai bandana hitam dan air mengalir terus, supaya aku tidak bisa melihat ataupun mencium baunya. Itu sudah kelas 3 dan aku harus ijin selama 3 minggu.

Ah sekian dulu flashbacknya. Nanti lagi. Walaupun sebenarnya aku tahu, kalian tidak penasaran ceritaku. Kalian kan hanya peduli Rio.

Tidak terasa, air mataku mengalir. Ah bodoh sekali, baru tadi pagi aku memutuskan hari tidak akan diganggu tangis. Aku mentapa cukup lama ke arah gedung-gedung berlantai 3 yang di sekitarnya tumbuh rumput dan tumbuhan-tumbuhan hijau. Indah sekali, pikirku.

"Dek.."

"Aaa.." Aku sedikit terkejut karena suara itu datang dari arah belakang. Bukan itu bukan bang Indra. Itu temannya, bang Kevin.

"Eh bang.." Balasku sedikit terlambat.

"Jangan ngelamun, banyak hantu."

"Oooh."

"Maksa anjay.."

"Kenapa pagi banget bang?"

"Gak papa.. Sebenarnya.." Lalu bang Kevin berhenti sebentar.

"Ah gak mau cerita deh, malu."Apadah ni orang, gajelas anjay.

"Yaudah gak usah cerita kalau malu bang.."

"Jadi, gue kan pacaran sama anak SMA tetangga gue.." Gimanadah ni orang, malu ya malu aja. Untung ganteng..

Aku membiarkan bang Kevin bercerita tentang pacarnya yang anak SMA itu. Sebenarnya ini cerita yang menarik, tapi dia terlalu semangat menceritakannya.

"Jadi abang setelah berbulan-bulan pacaran, abang akhirnya nemenin dia berangkat sekolah?"

"Iya, gila anjir gue seneng banget tau gak.." Bang Kevin melompat-lompat kegirangan. Jelas sekali, pria ini walau sedikit genit tapi dia sangat menyayangi Diana. Diana atau siapalah itu tadi nama pacarnya. Setelah cerita panjang kali lebar kami akhirnya sampai di gedung teknik mesin. Sebenarnya tidak jauh, tapi sesekalikan aku harus menunggui anak ini melompat-lompat karena senang. Ah lucu sekali.

Bang Kevin melanjutkan perjalanannya yang sedikit lebih jauh dari aku. Dari kejauhan, dia terlihat masih berlarian tidak jelas. Ah kapan gue bakal begitu karena Rio? Aku cepat-cepat memukul kepalaku. Mikir apa aku ini.

Sekarang sekitar pukul 07.30, aku tidak tahu pasti. Di kelas hanya ada aku dan Hendra. Pagi ini sepertinya cool dia lagi kumat. Gue dicuekin anjir. Apa dia kena ice syndrome-nya Rio? Gak cocok ndra, please.

Pintu kubiarkan terbuka, aku tidak ingin mendengar bunyi 'kriet' hari ini. Bunyi itu sering kali membuatku merinding. Baru saja aku berbalik dari membuka pintu, dan ada tangan yang menarik tanganku. Aku spontan berbalik, dan mendapati Rio yang memandangiku dalam-dalam. OMAIGAD JUST TAKE MY BREATH AWAY, I CAN'T STAND THIS.

Ada apa lagi ini? Apa aku ketiduran di trotoar lagi?

"Temenin gue sarapan." HA? GUE? NEMENIN DIA SARAPAN? GUE? INI GUE BENTURIN KEPALA KE TEMBOK KALI YA. MIMPI KOK KEBANGETAN.

Kalian tahu, itu kalimat perintah bukan kalimat ajakan. Jelas sekali, orang ini tidak suka meminta tolong.

"Minta tolong dong, main narik aja." Aku sedikit berlari ditarik oleh Rio. Mungkin memang dia tahu cara menghangatkan orang lain, tapi dia sepertinya belum tahu cara yang baik memperlakukan perempuan. Okay, nanti gue ajari. Wakakaka.

Rio, mulutnya tetap diam dan tangannya melepas tanganku. Ya gue kan nyuruh lo minta tolong, bukan malah lepasin tangan gue. Aduh, mandi gak ya malam ini. Dewi kinder joy maafkan aku.

"Kenapa mesti gue?"

"Gak mau?"

"Mau sih." Ya kali gamau anjay..

"Rio?"

"Ya?" Rio menatap ke arahku sebentar lalu lanjut berjalan ke arah kantin.

"Kenapa jarang masuk kampus?"

"Males."

"Uang kompensasinya gimana?"

"Ya dibayar."

"Berapa?"

"Gue cuma minta ditemenin makan, bukan ngobrol."

"Wahhhhh, gila ya lu.. Sombong banget anjir.." Aku sedikit berteriak terheran melihat Rio. Rio tetap berjalan dan tidak sedikitpun mempedulikan perkataanku.

"Rio, gue kan pengen ngobrol.."

"Yaudah terserah.."

"Ya masa gue ngobrol sendiri."

"Nyesel gue anjir ngajak lo.."

"Woi lu kira gue seneng apa?"

"Emangnya gak?" Rio tiba-tiba berbalik sampai hapir menabrakku. Aku dengan sangat terkejut mundur tiba-tiba. Aku baru tahu, anak ini punya hobby membuat orang lain terkejut.

"Kenapa gampang kaget?"

"Ya siapa yang gak kaget?"

"Yaudah, kenapa gampang nangis?"

"Ha? Gak papa."

"Kenapa masuk mesin?"

"Banyak nanya ya lu.."

"Nah, tau kan rasanya?"

"Anjir.."

Akhirnya aku memilih diam. Karena berbicara juga tidak ada gunanya. Dan, kami sudah akan duduk di antara ratusan orang di kantin ini. Tentu saja, aku sudah sarapan. Aku hanya akan memandangi anak satu ini melahap nasi tahan basi yang tinggi hati, samalah dengan yang menikmati. Rio langsung memilih tempat di depanku. Jadi posisi kami sekarang sedang depan-depanan. Dia di sisi luar kantin dan aku di sisi dalam. Aku sejujurnya takut sekali, di belakangku ada sekumpulan anak mesin tingkat akhir yang sedang gemuruh riuh gak jelas. Aku takut salah satu dari mereka menjatuhkan sesuatu dan mengenaiku.

"Gak makan?" Tanya Rio singkat.

"Gak." Jawabku singkat.

"Kenapa?"

"Udah tadi.."

Rio lalu duduk setelah mengambil makanan yang dipesannya tadi. Sebenarnya aku penasaran sekali bagaimana dia memesan makanannya.

Bu nasi telur 1.

Berapa?

1

Nasinya?

1

Pake sambel?

Ya

Pake sayur

Ga

Pake minyak?

Ga

Kalau cinta, pake?

Ya.

Bayar cash?

Ga.

Debit atau credit?

Ya.

Bodoamat gue gila anjir.

Bagaimana bisa melahap makanan saja dia terlihat dingin? Aku biasanya sangat terganggu dengan kebisingan. Tapi sekarang aku malah sibuk sekali memperhatikan Rio. Kami memang tidak mengobrol selama dia makan, tapi sesekali dia menatap mataku dan kami hanya diam. Di saat seperti ini, aku merasa kami sedang saling menghangatkan dengan tatapan. Menyamankan dengan pandangan.

Apa orang ini jadi berbeda karena aku? Apa orang ini memang menyimpan hal buruk? Aku menangis saat pertama kali menyadari tatapannya yang menyimpan luka. Aku akan lebih sering menangis kalau semakin lama bersama dia. Tapi, kalau dengan menangis kita merasa jauh lebih hidup, aku tidak apa menangis sepanjang hari ditemani Rio.

Aku mungkin belum jatuh cinta, aku tahu betul itu. Tapi rasa kagum karena keterkejutan selalu disalahpahami sebagai cinta pandangan pertama. Nanti kalau ini memang cinta, aku juga lebih baik memilih mundur.

Mencintai itu tidak mudah. Mencintai itu butuh tanggung jawab yang besar. Kalau aku sudah mencintai, aku harus siap dengan semua hal yang dibawa cinta.

Kalau aku jatuh cinta, aku harus menjadikan orang itu menjadi orang yang paling bahagia bahkan di saat aku sedang menangis.

Melepaskan juga bagian dari mencintai. Sedangkan aku tidak akan siap melakukan hal seperti itu.

Melihat orang yang kita cintai bahagia bersama orang lain juga bagian dari mencintai. Omong kosong, aku tidak semulia itu.

Aku tidak akan siap mencintai seseorang. Dan, aku sudah terluka sangat banyak karena orang yang dengan gampangnya berkata cinta gampang juga meninggalkan. Aku kecewa sampai menyesal harus lahir dari sperma orang itu.

Aku juga tidak mau siap untuk mencintai. Aku tidak ingin meninggalkan tapi juga tidak ingin bertanggungjawab tidak meninggalkan. Aku tidak ingin melepaskan dan tidak ingin dilepaskan untuk bahagia bersama orang lain.

Cinta itu bukan sesuatu yang gampang dimengerti seperti kalkulus dan teman-temannya.

Aku tersentak dari lamunanku karena merasakan sesuatu yang dingin menyentuh bagian atas punggungku. Mengalir ke bawah. Benar, ini air es. Aku sudah tahu hal seperti ini akan terjadi. Betul saja, meja itu sedari tadi sudah seperti kapal pecah.

Orang itu spontan meminta maaf sambil berniat membersihkan air tadi. Aku langsung berdiri menebas tangannya dengan tanganku. Aku kaget sekali, aku pernah dengan sengaja disiram air minum. Jadi tentu saja sekarang aku takut sekali. Karena sama-sama terkejut orang yang sepertinya sudah semester 5 membentakku.

"Santai dong!" Kata orang itu.

Aku hanya diam berdiri sambil gemetaran. Kalian tahu, Rio tetap melanjutkan makannya. Tapi matanya sudah seperti mata harimau yang anaknya diganggu.

Aku sungguh tidak mampu berfikir jernih. Orang-orang meihat ke arah kami, dan teman-teman orang itu terlihat jelas sedang menyalahkan aku. Memangnya aku yang salah ya? Aku juga terkejut, sama dengan dia.

"Gue niat baik buat bersihin lo malah mukul gue.." Ucap orang itu dengan nada berteriak. Sekarang seisi kantin menaruh perhatian penuh terhadap kami.

"Ma maaf bang.." Aku mengucap maaf dengan masih gemetaran dan hampir menangis. Aku sedih sekali, kenapa aku harus terkejut karena hal seperti itu.

Rio berdiri dengan santai, melewati siku meja menghampiri aku dan orang yang sedang menantikan ribuan pernyataan maafku..

"Gak sengaja bang, maaf ya." Air mataku sekarang sudah keluar.

Rio spontan menarik tanganku dengan sedikit kasar.

"Jangan minta maaf." Ucap Rio sedikit lantang seperti menantangi senior yang tiba-tiba naik pitam di depan kami.

"Lo yang salah, lo yang harus minta maaf." Kata Rio.

"Dia mukul gue." Kata abang senior itu.

"Lo nyentuh dia tanpa ijin." Tambah Rio.

"Gue kan mau bersihin.."

"Siapa yang tahu?"

"Yaudah gue minta maaf udah numpahin air dan megang dia."

"Trus?"

"Apaan lagi anjing?"

"Udah-udah cabut ayok." Tiba-tiba salah seorang teman dari abang yang tadi menumpahkan air, melerai dan mengajak abang itu pergi. Seakan-akan Rio adalah orang yang perlu ditakuti. Tapi ya betul, matanya saja sudah sangat menyeramkan.

Aku masih belum bisa mencerna keadaan. Aku berharap dosen masuk, tapi kami sedang tidak ada di kelas.

Entah apa yang terjadi, sekarang kami sedang duduk di taman kampus dan aku sedang menangis dengan kencangnya. Aku tidak peduli jika harus malu. Aku tinggal makan kinder joy, rasa maluku pasti ikut masuk ke perut.

Rio hanya menatapi aku yang sedang menangis. Mungkin sudah jam 8 lewat, tapi dia tidak sedikitpun mengajakku ke kelas. Seperti mengerti yang kubutuhkan sekarang adalah menangis, bukan belajar.

Rio dengan cool-nya hanya memandangi aku yang sedari tadi melap tangisku dengan lengan bajuku.

"Mungkin seminggu ke depan aku bakalan alergi air es.." Ucapku memecah keheningan usai tangisku yang berkepanjangan.

"Yang penting jangan alergi aku.." Aku terdiam sebentar.

"Bang Indra, dan kak Ara." Lanjut Rio. Hampir saja aku membiarkan diriku jatuh dan mencintai hanya karena ucapan itu.

"Kenapa?" jawabku penasaran.

"Kalau kamu alergi kami, yang nyembuhin siapa? Masa burger.."

Lalu Rio berdiri sambil mengisyaratkan 'ayo ke kelas'. Aku kira dia akan menarikku dengan kasar lagi. Oiya, sekali lagi mungkin aku akan terbiasa dengan genggaman Rio. Kalau terbiasa, apa akan semakin mudah jatuh cinta? Ah tidak. Aku tidak siap.

Berkali-kali sudah orang ini jadi saksi ketidakjelasan dalam hidupku. Berkali-kali juga orang ini sudah menyeka tangisku.

Aku ingin ke awan, tapi bumi selalu menarikku. Mungkin itu istilah yang pas untuk rasa yang masih senantiasa kusangkal.

Hari yang cerah, aku menangis juga hari ini. Maaf tidak dapat memenuhi janji. Yang pasti aku sedang berbahagia, entah karena apa.

AH, CONTRARY.


Kalau bisa, jangan singgung gue gak up senin kemarin ya. Well i am not in a good condition these days, so i won't force myself. dan karena kalian baik dan mau mengerti aku itu kenapa aku berani minta gini.

Oiya jangan lupa komen yang tipo dll, gue ga sempet crosscheck tadi. sempet juga kelewatan semua yang typo.. oiya jangan lupa vote ya..

Luv-luv, but i can't promise you guys. gue ga bisa janji bakalan bisa up tepat waktu. Well, i can't sorry for that. And i won't sorry for that.

Continue Reading

You'll Also Like

933K 56.5K 44
Kalluna Ciara Hermawan memutuskan untuk pulang ke kampung Ibu nya dan meninggalkan hiruk pikuk gemerlap kota metropolitan yang sudah berteman dengan...
297K 24.1K 79
Cinta hanya untuk manusia lemah, dan aku tidak butuh cinta ~ Ellian Cinta itu sebuah perasaan yang ikhlas dari hati, kita tidak bisa menyangkalnya a...
4.6M 57.5K 40
Cerita Dewasa! Warning 21+ Boy punya misi, setelah bertemu kembali dengan Baby ia berniat untuk membuat wanita itu bertekuk lutut padanya lalu setela...
1.9M 16.7K 46
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...