CONTRARY (2)

20.2K 2K 402
                                    


Jangan lupa play videonya ya luvers.

Sabtu, 12 Oktober.

Hari yang cerah. Gue janji, hari ini gue gak akan nangis. Gue janji, hari ini gue gak akan ganggu kak Ara.

"Headset?" Kak Ara mencegat sebelum aku meninggalkan gagang pintu.

"Well, I won't need that."

"Sure?"

"Yaa.."

"I love you."

"I love you too." Ya begitulah sisters, terkadang jadi kucing dan anjing, di lain waktu jadi couple.

ooOOoo

Pukul 07.20 aku sudah sampai di Kampus, tepatnya di gerbang pejalan kaki. Aku ingat kira-kira satu bulan yang lalu, di tempat ini. Aku menangis di pelukan kak Ara. Aku menangis karena takut, takut akan lebih trauma lagi kalau aku di sini. Takut kalau nanti ada orang yang dengan teganya mengencingi buku-bukuku. Ah jadi ingat waktu SMA dulu. Aku akan sedikit menceritakannya.

Waktu itu, sekitar selesai istirahat aku kembali ke kelas. Selama SMA, memang ada sekumpulan orang yang sangat suka sekali menggangguku. Entah karena aku pintar, atau karena aku sangat jelek dan sedikit gila. Aku kembali dari kantin dengan was was. Aku memang selalu waswas, karena mereka selalu punya ide untuk mengerjai aku. Aku masuk ke ruang kelas, benar saja buku-bukuku sudah basah, dan baunya amis sekali. Iya, tasku dikencingi oleh berandal itu.

Memang betul, ada saja orang yang mau membantu aku, tapi siapa orang yang mau membantu membereskan kencing? Aku saja tidak akan mau. Alhasil, aku hanya berteriak seperti orang gila dan selanjutnya dicap gila. Kalian tahu? Ya kali tahu. Aku trauma terhadap kertas, tas, dan air berwarna kuning selama 2 minggu karena hal itu. Selama 2 minggu aku teriak setiap melihat atau memegangnya. Tapi, kak Ara bisa membantuku dalam kurun waktu 2 minggu itu. Padahal aku masih ingat, kencing saja aku tutup mata pakai bandana hitam dan air mengalir terus, supaya aku tidak bisa melihat ataupun mencium baunya. Itu sudah kelas 3 dan aku harus ijin selama 3 minggu.

Ah sekian dulu flashbacknya. Nanti lagi. Walaupun sebenarnya aku tahu, kalian tidak penasaran ceritaku. Kalian kan hanya peduli Rio.

Tidak terasa, air mataku mengalir. Ah bodoh sekali, baru tadi pagi aku memutuskan hari tidak akan diganggu tangis. Aku mentapa cukup lama ke arah gedung-gedung berlantai 3 yang di sekitarnya tumbuh rumput dan tumbuhan-tumbuhan hijau. Indah sekali, pikirku.

"Dek.."

"Aaa.." Aku sedikit terkejut karena suara itu datang dari arah belakang. Bukan itu bukan bang Indra. Itu temannya, bang Kevin.

"Eh bang.." Balasku sedikit terlambat.

"Jangan ngelamun, banyak hantu."

"Oooh."

"Maksa anjay.."

"Kenapa pagi banget bang?"

"Gak papa.. Sebenarnya.." Lalu bang Kevin berhenti sebentar.

"Ah gak mau cerita deh, malu."Apadah ni orang, gajelas anjay.

"Yaudah gak usah cerita kalau malu bang.."

"Jadi, gue kan pacaran sama anak SMA tetangga gue.." Gimanadah ni orang, malu ya malu aja. Untung ganteng..

Aku membiarkan bang Kevin bercerita tentang pacarnya yang anak SMA itu. Sebenarnya ini cerita yang menarik, tapi dia terlalu semangat menceritakannya.

MIRACLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang