"Daddy i miss you," lirih Juliet dengan merentangan tangannya tersenyum kecil.
Calvert membalas pelukan hangat itu dengan erat. Walau umur sudah menua tetap saja dia terlihat seperti paman bagi Juliet bukan ayahnya. Senyum dari wajah tampannya pun selalu terbit, ketika melihat cinta pertamanya, putri kecilnya yang sangat cantik.
"Aku tidak percaya jika putri kecilku ada di sini," kata Calvert memandang wajah Juliet dengan penuh kerinduan, sampai tatapannya menjadi datar membuat Juliet mengerutkan dahi.
"Kau membuat diriku khawatir sayang."
"Kenapa?" tanya Juliet keheranan.
"Daddy tahu apa yang terjadi padamu, apakah kau sedang dekat dengan seorang pria?" tanya Calvert dengan tatapan yang biasa, namun Juliet yakin dibaliknya ada sebuah kejutan yang siapa saja tidak akan menyangka.
"Kau tidak bisa mengelak, aku tahu. Bahkan seluruh dunia akan tahu kau dekat dengan Victor Melvin, tadi itu siaran langsung, Juliet." Juliet ingin berkata tidak, tetapi aturan Victor membuatnya diam termenung.
Ini bentuk balas budinya kepada Victor yang menolongnya saat dia tertabrak oleh mobil mewah.
"Iya, aku sedang menjalin hubungan dengan Victor. Aku mohon dad, Juliet sangat ingin... maksudnya eh, aku mencintainya. Iya aku mencintainya, aku tidak akan terus menjadi gadis kecil, aku akan tumbuh dewasa dan tentunya bertemu dengan yang namanya pria."
Juliet memandang Calvert dengan tatapan sangat memohon, satu hal yang tidak bisa Calvert tolak saat dia berekspresi seperti ini. Pria yang sudah berumur ini menghela napasnya dengan kasar, dia kalah akan kemauan gadis kecilnya.
"Baiklah, walaupun dad tidak akan pernah rela kau sudah bisa tahu pria. Dad mengikuti kemauanmu, tapi jika pria kecil itu menyakiti cintanya daddy, dia tidak akan pernah lepas dari jeratan singa lapar."
Juliet langsung memeluk Calvert, walau dalam hatinya dia merasakan penyesalan. Membohongi manusia yang paling dia cintai di muka bumi ini dengan sebuah kepalsuan untuk membalas budi.
Tanpa tahu, resiko ke depannya seperti apa. Terkadang mempermainkan hubungan dan perasaan berakibat fatal, resiko untuk patah hati dan berharap sesuatu yang palsu.
"Ternyata benar pria yang bernama Victor adalah kekasihmu? Dia tampan sekali, sayangnya sikap pria kecil tadi tidak jauh berbeda dengan Darren. Ahh, rasanya aku ingin sekali melempar kotoran hewan kepada muka yang berdarah dingin," seru Delora dengan kencang, membuat pria bernama Darren terusik dan hanya menatapnya tajam.
Juliet hanya terkekeh, sungguh Delora sangatlah bermulut cabai, sekalinya dia berbicara sangat pedas sekali.
"Ayolah, kita kembali ke pesta. Para wanita harus bersenang-senang malam ini, abaikan pria tua yang selalu membicarakan bisnis tanpa henti," Delora menarik Juliet yang melambaikan tangannya kepada Calvert.
Dibalas dengan senyuman lembut yang tidak pernah terlihat dia sudah tua, wajahnya masih awet muda sekali.
Lihatlah Zweeta anak kita, putri kesayangan kita sudah tahu seorang pria, batin Calvert dengan tersenyum melihat duplikat Zweeta dalam diri Juliet menghilang.
"Ingin sekali rasanya mempunyai anak perempuan," kata Darren sambil meneguk wine di tangannya.
"Juliet sangat manis, berikan purtimu padaku agar aku mempunyai anak perempuan," ujarnya kelewat santai.
"Hey, Bajingan! Kalau kau ingin anak perempuan silahkan produksi kembali dengan istri sangarmu itu, pabrik kau pun punya tingal tanam saja. Tidak sepertiku."
"Menikahlah jika kau ingin punya pabrik anak."
"Bajingan tua, pikiranmu masih saja seperti itu."
Calvert meninggalkan si kutub Darren yang tidak pernah masuk mengajaknya bercanda. Humornya terlalu tinggi.
***
Juliet kembali menghampiri Victor yang sedang berbincang bersama Delora.
"Aku kembalikan kekasihmu, terima kasih pria tampan. Dan sampai jumpa lagi manis," ujar Delora meninggalkan mereka berdua.
"Kau kenal?" tanya Victor menegak alkohol ke dalam mulutnya.
"Siapa? Auntie.. eh maksudku Nyonya Delora, aku baru mengenalnya."
Victor kembali diam tidak menjawab dan bertanya kembali. Semuanya sudah cukup, dan beberapa menit Juliet dibiarkan diam tanpa diajak berbincang, dia mencari Jordan ke penjuru arah, nihil pria itu tidak ada.
Melihat gelagat Juliet, Victor sudah tahu apa yang ingin Juliet cari.
"Mantan kekasihmu pergi," ujarnya pelan dan tidak acuh. Juliet yang mendengarnya gelagapan.
"Siapa? Aku?"
"Kau mencarinya."
"Ah tidak, aku cuma ingin meminum sesuatu."
Tangan mungilnya itu langsung menyambar gelas yang entah isinya, padahal itu adalah minuman yang Victor juga teguk. Wine mempunyai kandungan alkohol sangat tinggi, bagi pemula pasti dia tidak akan tahan.
Berbeda dengannya, Victor terbiasa meminum semacam berbau memabukan, namun dia bisa kontrol diri.
Juliet meneguknya, untuk pertama kali. Hal yang dia rasakan sangat tidak enak, pahit menjalar ke dalam lidah dan kerongkongan terasa panas hingga perut.
Air apa ini, sangat menyengat di kerongkonganku? Batin Juliet menderita.
Namun, terlanjur dia meneguknya sampai habis tidak tersisa lalu menaruh kembali gelasnya.
"Ku pikir air putih," katanya dengan ekspresi sangat menggemaskan, Victor tersenyum miring melihat bagaimana reaksi wanita itu.
"Kau pikir, pesta seperti ini menyediakan air putih? Semua minuman di sini sangat jahat."
"Kau tidak memberitahuku jika ini alkohol," ujar Juliet dengan menahan rasa pusing, jangan bilang jika dirinya ini sedang proses menjadi orang mabuk.
Bisa mati jika dia jalan sempoyongan dan jatuh pingsan, Calvert akan membuat dririnya mati suri.
"Kau tidak bertanya," jawab Victor dengan enteng.
Hingga dia rasa tubuh Juliet sudah mulai limbung, dia menyimpan gelasnya dan menarik pinggangan Juliet posesif, membawa wanita ini pulang sebelum tumbang di tengah meriahnya acara Axton Company.
"Kau membawaku kemana?" tanya Juliet sudah berada di basemant diikuti anak buahnya.
Sakit kepalanya terasa berbeda, bukan karena sempoyongan akibat alkohol melainkan sakit seperti dibanting sesuatu yang keras. Dia meringis kesakitan seketika berhenti berjalan dan menutup mata rapat.
"Alkohol tadi kandungannya tinggi."
'Tidak, ini sangat menyakitkan," ujar Juliet tanpa sadar kedua tangannya memegang bahu kokoh milik pria di depannya. Sedangkan Victor merapatkan tubuhnya dengan memeluk pinggang Juliet erat.
"Ada apa?" Pertanyaan Victor tidak dijawab Juliet, sesuatu yang mengalir di hidungnya bewarna merah adalah jawabannya.
Bau amis menyeruak dalam penciuman Victor, hingga tubuh mungil ini ambruk tidak sadarkan diri dalam pelukannya.
"Sial!" Gerutu Victor dengan panik melihat darah mengucur itu dengan deras. "Cepat antarkan aku dan hubungi dokter untuk memeriksa Juliet!"
***
Gila ini gila dan gilaaaaaaa! Bisa update, dan udah agak bisa meluangkan waktu dua cerita walaupun pendek tapi setidaknya aku berusaha untuk kalian, ini juga lagi libur panjang kuliah menuju UAS doakan kami wkwkwk. Dan aku gak pernah menjanjikan selalu update kayak gini, tergantung waktu luang dan kesibukan.
Apalagi semester depan pasti bakalan lebih arrghhhhh, susah dijelaskan. Yasudahlah terima saja, jangan lupa komen dan vote kalian semangatku gass!
See u dari penulis terkece terhits tersuper ter- DUAR!!!
©DESSCHYA
Senin, 30 Desember 2019