I MYSELF

By Chikaamaliaaa

1.5K 261 30

Rasa penasarannya terhadap salah satu teman sekelas nya membuatnya ingin tahu lebih dalam tentang kehidupan n... More

01'
02'
03'
05'
06'

04'

205 41 7
By Chikaamaliaaa

Pagi menjelang Nadine terbangun dari tidurnya. Gelap. Nadine masih berada di dalam sebuah lemari besar di dalam kamarnya. Semalam ia jatuh tertidur di lemari itu saat menenangkan dirinya dan menghilangkan rasa takut dan trauma nya. Nadine keluar dari lemari besar itu, ia keluar dari kamarnya turun ke arah dapur untuk mengambil segelas air.

Dilihatnya jam dinding yang masih menunjukkan pukul 5 pagi saat melewati ruang tengah.

"Kalau aku pergi ke danau sepertinya akan lebih baik." Batin Nadine.

Nadine segera menuju kamar mandi dan bersiap-siap pergi. Pagi-pagi sekali Nadine pergi ke tempat yang dulu sering di datanginya bersama orang yang sangat di rindukannya tentunya juga bersama orang yang sekarang seperti monster baginya.

Di sana setidaknya dia bisa melupakan segala masalahnya sedikit dan mengenang masa-masa itu lagi. Andai waktu dapat dengan mudah di putar dan andai ia dapat menghentikan waktu. Ia ingin kembali ke masa itu atau dapat menghentikan waktu agar sesuatu peristiwa pahit tak datang menimpanya. Setidaknya tidak ada Nadine yang seperti saat ini.

Setelah puas merenung sambil menghirup udara pagi, Nadz bergegas berangkat ke sekolahnya.

Saat tengah menunggu bis yang akan ditumpanginya ke sekolah. Suara deru motor Kawasaki 250 FI yang tepat berhenti didepannya, sambil orang yang mengendarai membuka kaca helm nya.

Nadine melihatnya sekilas lalu mengalihkan pandangan untuk menunggu bis yang tak kunjung datang juga.

James tak buka suara juga, masih duduk di atas motor nya melihat Nadz yang masih berdiri dan tak melihat kearahnya. Ya, memang seperti itu. Dia dingin dan cuek.

"Kau menunggu apa Nadz?" Akhirnya James buka suara.

"Ini halte James, dan artinya aku sedang menunggu bis." Jelas Nadz.

James terkejut mendengar nya. Biasanya dia irit bicara, hanya menjawab pertanyaan dengan kalimat yang singkat dan sangat to the ponit. Kadang itu menjengkelkan baginya.

"Aku tau, tapi kenapa kau tak naik ke saja ke motor ku. Bel sekolah 10 menit lagi." Sambil melihat jam yang melingkar di tangannya.

Nadz juga melirik pada jam yang ada di halte. Benar. Kalau ia tak segera berangkat pasti akan terlambat.

"Tidak terima kasih. Kau duluan saja." Tolak Nadz.

"Kau akan terlambat."

"Tidak akan lama sebentar lagi bis nya akan datang." Nadz masih menolaknya.

"Ayolah Nadz. Kalau tak buru-buru aku akan terlambat juga."

"Aku tak meminta mu menunggu disini." Bela Nadz.

James masih setia duduk diatas motornya menunggu Nadz naik ke motor nya. Bis yang lama dan tak kunjung datang pun terpaksa Nadz menerima tawaran James.

"Aku boleh naik?" Tanya Nadz akhirnya.

"Aku memang menawarkan tumpangan pada mu Nadz sejak tadi." James menyalakan kembali mesin motornya.

"Baiklah, kalau kau tidak pegangan kau akan terbang." James menjalankan motornya kencang membuat Nadz hampir terjungkal ke belakang kalau saja ia tak cepat memegang tas ransel james.

"Bisakah kau pelan kan motor mu James." Teriak Nadz karena suara motor yang bising.

"Tidak bisa, nanti kita bisa terlambat."

Tak ada percakapan lagi setelahnya sampai mereka tiba di sekolah. Untungnya masih belum terlambat.

Nadine segera turun dari motor James .

"Terima kasih tumpangan nya James. Aku duluan." Ucap Nadine.

"Aku senang bisa membantu mu Nadz." Ucap James setelah Nadz pergi.

*****

Pagi tadi sebelum berangkat ke kantor aku memeriksa kamarnya. Kosong. Kupikir dia sudah duduk di meja makan untuk sarapan. Tapi saat periksa ke dapur juga tidak ada. Seperti nya dia berangkat lebih pagi ke sekolah nya.

Bukan seperti ini yang ku mau. Ia tumbuh tanpa keceriaan dan senyum merekah miliknya yang sangat manis. Jika saja aku tak sebodoh itu dan egois aku tak akan kehilangan semuanya.

Andai waktu bisa ku putar kembali, aku tak akan terjebak dalam permainan bodoh yang di ciptakan sahabat ku sendiri.

"Jack... Kau pasti tumbuh jadi anak yang tampan. Maafkan papa memisahkan mu dengan Nadine." Ucapnya menatap meja makan besar yang cukup untuk 6 orang. Namun hanya diisi oleh dirinya sendiri.

8 tahun sudah ia lewati masa kehancuran nya kehilangan segala kebahagiaan nya.

"Tak bisa kah waktu ku putar kembali." Ucapnya lirih kemudian bangkit dari tempat nya dan melangkah keluar rumah besar nya yang sunyi tanpa canda tawa keluarga.

*****

"Nadine..." Sapa salah satu temannya.

Nadine mengangkat kepalanya melihat siapa yang memanggil nya.

Dia melihat Laura tengah berdiri di samping mejanya. Dia menyipitkan matanya, karena jarang siswa perempuan yang mau bicara padanya kecuali mereka terpaksa.

"Aku mengundang mu di acara ulang tahun ku. Ku harap kau bersedia datang." Ucap Laura meletakkan undangan pesta ulang tahunnya diatas meja Nadine.

Nadine kemudian mengambil undangan itu dan menyimpannya di dalam tas. Dan kembali menelungkup kepalanya ke meja, Nadine tak tidur hanya- ya seperti biasanya dia tidak ada teman untuk diajak bicara. Karena saat ini kelas nya sedang jam kosong guru yang mengajar tidak bisa hadir, tugas sudah diberikan oleh guru piket. Tapi sudah selesai dikerjakan dan sisa waktu kosong dipakai untuk mengobrol atau sekedar bermain game di ponsel masing-masing.

Sedangkan Nadine, lebih baik dia tidur sebab ia merasa tak dianggap ada dikelasnya.

"Nadz... Bangun jangan tidur terus. Lama-lama kau mirip seperti putri tidur." James terus mengguncang pundak Nadine agar gadis itu segera bangun.

Mengetahui pemilik suara itu Nadine sangat malas meladeni nya. Kenapa James suka sekali mengganggu nya, dia terus berusaha mengajaknya bicara atau mungkin dia ingin berteman dengannya. Pikirnya. Tapi ia tak butuh itu, ia hanya butuh kebahagiaan nya yang dirampas paksa dan itu tak akan pernah kembali lagi.

Tak bangun juga James berinisiatif menggelitik pinggang Nadz yang merupakan area sensitif nya.

Tanpa menghiraukan tatapan aneh teman-teman dikelasnya yang melihat James duduk disamping Nadine.

Sebenarnya apa yang aneh kalau James ataupun orang lain duduk di samping Nadine. Dia tidak berpenyakitan yang menular, atau pun bagaimana. Kalau pun mereka tau semuanya mereka akan berlomba-lomba memberi simpati nya pada Nadine.

Saat kelas sedang ramai-ramainya dengan kegaduhan para murid, guru pengganti lewat di depan kelas itu. Mendengar suara berisik dari dalam kelas di jam pelajaran, guru itu pun masuk untuk mengecek apa ada guru yang sedang mengajar atau tidak.

Setelah ia masuk ternyata tidak ada guru dengan para murid yang dengan tergesa-gesa kembali ke tempat duduknya.

Ia melihat sekeliling kelas dan melihat Nadine duduk di kursi paling belakang dengan James di samping nya. Itu tak terlalu buruk, ia masih bisa berteman dengan salah satu murid dikelasnya.

Saat ada guru yang datang ke kelas James semakin keras membangun kan Nadine namun itu tak berhasil membangun nya juga. Dengan terpaksa James mencubit kecil pinggang Nadine membuat sang empu langsung bangun dengan sejuta kaget nya dan rasa kesalnya terhadap orang yang sudah mencubitnya dengan pedas.

"Nadine?" Panggil sang guru.

Nadine menoleh dan melihat kalau ada guru yang menjadi penyebab James tiba-tiba ada disampingnya dan mencubitnya.

"Ah guru itu.." batin Nadine membeo.

Nadine mengangkat tangannya.

"Bisa ikut ibu sebentar, ibu ada perlu dengan nilai kamu di mata pelajaran ibu." Jelasnya.

Mereka duduk di kursi yang ada di depan kelas Nadine.

Awalnya guru pengganti itu menjelaskan beberapa nilai Nadine yang belum masuk untuk mata pelajaran dan memberikan beberapa tugas untuk Nadine.

Lama kelamaan guru itu mulai menanyakan hal yang lebih privasi kepada Nadine.

"Boleh ibu bertanya?" Tanya sang guru.
Nadine menganggukkan kepalanya tanpa melihat ke arah guru itu.

"Apa kau ada masalah?"

Nadine menggeleng.

"Kau trauma dengan sesuatu hal?" Tanya nya yang masih penasaran.

"Aku tidak punya masalah dan tidak trauma dengan apapun." Jawab Nadine tegas.

"Boleh aku kembali ke kelas?" Tanya Nadine yang tidak mau guru itu tau raut wajah khawatir yang ia sembunyikan.

" Baik kalau kau tidak mau bicara tidak apa, tapi jika kau butuh orang untuk diajak bicara dari hati ke hati bisa hubungi ibu." Ucap guru itu tulus.

" Terima kasih Bu." Balas Nadine kemudian kembali masuk ke kelasnya.

"Apa untungnya mereka tahu masalah ku? Mereka bisa mengembalikan kebahagiaan ku." Gumam Nadine sesaat sudah duduk kembali di kursi nya.

"Nadine.." panggil James lagi.

"Pergi, aku tak ingin bicara." Ucap Nadine dingin pada James.

"Ucapan nya bernada dingin kenapa lagi? Tadi pagi dia tak seperti biasanya mau bicara padaku. Ada yang salah."  Batin James.



*****


Tetep bantu vote dan coment ya...
Juga kritik dan sarannya, maklum ya kalau ceritanya absurd gitu aku juga masih pemula dan masih dalam proses belajar juga.

Buat yang baca story' NNLY mohon sabar ya, blm tau di lanjut kapan. Tapi diusahain nantinya.

Terima kasih.


By: Chikaamaliaaa~~

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 133K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
2M 328K 66
Angel's Secret S2āš ļø "Masalahnya tidak selesai begitu saja, bahkan kembali dengan kasus yang jauh lebih berat" -Setelah Angel's Secret- ā€¢BACK TO GAMEā€¢...
13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
3.5M 183K 27
Sagara Leonathan pemain basket yang ditakuti seantero sekolah. Cowok yang memiliki tatapan tajam juga tak berperasaan. Sagara selalu menganggu bahkan...