Secret Fantasy ✧°• [Ongniel]

By jaetoyoung

120K 12.6K 2.4K

;; OngNiel area, jan salah lapak, bahasa semi-baku, cerita sangat sangat mainstream. iseng aja ini mah INI... More

(1) cuap cuap me
(2) [#1] stupid
(3) [#2] Office Mate
(4) [pt.2] Office Mate 🔞
(5) [#3] Nothing Without You
(6) [#4] My angry boy
(7) [#5] Teacher
(8) [#6] 비
(9) [pt.2] Nothing Without You
(10) [pt.2] Teacher
(11) [pt.3] Office Mate
(12) [#7] Precious Than Anything
(13) [#8] You Know?
(14) [#pt.4] Office Mate
(15) [#9] 지겨줄게
(15) [#10] Nakal!
(16) 지겨줄게 pt.2
(17) [pt.2] Precious Than Anything
(18) [pt.3] Precious Than Anything
(19) [#11] I miss you
(20) [#11] Kindegarden
(21) [#12] Skuter
(22) [pt.2] Kindegarden
(23) [pt.3] Kindergarden
(24) [#13] Daddy
(25) [#14] Meet you make my day gets better
(26) [pt.2] Meet you make my day gets better
(27) [pt.3] Meet you make my day gets better
(29) [SEQUEL] I miss you
(30) [pt.2] You Know
(31) [pt.6] Office Mate
(32) [pt.4] meet you makes my days get better

(28) [pt.5] Office Mate

1.6K 158 36
By jaetoyoung


Setelah masuk mobilnya, Daniel langsung melajukan mobilnya menuju rumah ayahnya.

Sesampainya disana, Daniel langsung berjalan memasuki rumahnya dengan langkah terburu buru. Daniel menuju ruangan ayahnya. Sesampainya disana ia langsung membanting pintu ruang kerja ayahnya.

Terlihat ayahnya sedang duduk di kursinya, Daniel langsung berjalan menuju ayahnya dengan terburu.

Wajahnya memerah menahan emosi, "apa yang ayah lakukan?"

Ayah Daniel tersenyum jahat, "oh kau disini anakku? ada apa? apa kau mau kembali tinggal dirumahku?"

"jangan berbasa basi! apa yang ayah lakukan kepada Ong Seongwu!?"

ayah Daniel menggosok jarinya santai, "bukankah aku harus menyingkirkan sesuatu yang tidak berguna?.." tanya Ayahnya.

Daniel diam menahan emosi.

"Ong Seongwu tidak berguna. gara gara dia kau meninggalkan Jihoon. dasar penggoda.." celetuk ayah Daniel.

Seandainya orang ini bukan ayahnya sendiri, pasti dia akan menonjok orang di depannya ini.

"sudah kuperingatkan jangan menyentuh Seongwu.." desis Daniel.

"loh? siapa memang yang menyentuhnya? aku selalu menurutimu Daniel sayang..." ejek ayahnya.

Tangan Daniel mengepal, ia menahan emosinya sebisa mungkin. Tidak bisa, ia harus bergegas menjumpai Seongwu.

"kita lihat nanti apa yang akan terjadi.." ancam Daniel. Tanpa salam ia langsung pergi meninggalkan ruanganayahnya. Ia mengambil ponsel miliknya lalu menelepon seseorang. Karena ia tahu, tidak mungkin Seongwu ada di apartemennya.

"cari keberadaan Ong Seongwu sedetail mungkin. kirim sekarang atau kau akan kulaporkan."

'apapun akan saya lakukan.'

Daniel memutuskan sambungannya. Dia langsung berjalan menuju mobilnya. Dia masuk kedalam lalu menyalakan mesin mobilnya.

Tiba tiba sebuah navigasi muncul dan memberikan petunjuk keberadaan Seongwu. Langsung ia tancap gasnya menuju alamat itu.

••••••••••••••••••••••

Daniel memberhentikan mobil mewahnya di depan rumah sederhana di sebuah pedesaan. Ia turun dari mobilnya dan melihat sekitar. Sungguh ia tak tahu jika Seongwu tinggal di pedesaan seperti ini. Orang orang pedesaan sekitar melirik Daniel kagum.

Navigasi menujukkan bahwa ini tempat Seongwu berada. hmm yasudah, demi bertemu dengan Seongwu akhirnya ia memberanikan diri untuk mengetuk pintu itu.

tok tok tok

Beberapa menit kemudian pintu itu terbuka,

"Eomma! eomma lama se-"

Daniel tertegun melihat siapa yang membuka pintu itu. Tentu, bagaimana ia tidak kaget jika Seongwu yang membukanya?

Seongwu terkejut. "ba-bagaimana kau bisa kemari?.." tanya Seongwu pelan.

Daniel masih diam memandangi kekasihnya. Kekasihnya yang mungkin sekarang sedang makan siang berdua dengannya di ruang kerja, justru sekarang dipedesaan memakai pakaian rumah.

"pergilah, disini bukan tempatmu." Ucap Seongwu sambil menutup pintu, tapi ditahan oleh Daniel.

Daniel mendorong Seongwu masuk ke dalam rumah dan memeluk pria itu.

Seongwu memberontak, "lepas Daniel.."

Daniel diam. Hatinya sedikit lebih tenang ketika melihat Seongwu. Ia memeluk Seongwu erat.

"Daniel. pergi kau tidak seharusnya disini.."

"Tidak. kau yang seharusnya tidak disini. ayo kembali ke kantor."

Seongwu berhenti memberontak, dia menggeleng, "kurasa kau tahu aku sudah dipecat.."

"dasar perbuatan si tua bangka itu. seharusnya kau tidak usah menuruti permintaan dia. aku presdir disini, kau seharusnya mendengarkanku. ayo kita kembali." Daniel membelai surai Seongwu.

Seongwu mendorong Daniel pelan, ia menunduk, "tidak Daniel.. memang aku yang salah. Benar apa kata ayahmu, aku yang membuat hubunganmu hancur dengan Jihoon. Seharusnya aku tidak pernah diangkat menjadi sekretarismu, seharusnya aku hanya menjadi karyawan biasa, seandainya itusemua tidak terjadi, pasti sekarang keadaan kalian baik baik saja, semuanya tidak seperti ini. oleh karena itu, pergilah Daniel.. pekerjaanmu banyak menunggu.." ucap Seongwu panjang lebar.

"jadi ini semua tentang Jihoon?.."

Seongwu diam,

"maaf Daniel, aku tidak mau ini berlanjut. maaf aku tidak memenuhi janjiku, maaf.."

Daniel mengeraskan rahangnya. "kau tidak ingin kita berlanjut? kau tidak mencintaiku?"

Seongwu menegakkan kepalanya, ia memandang Daniel, "ini rumit Daniel.. bagaimana bisa aku bilang mencintaimu jika banyak yang menentang kita? aku tidak sanggup lagi. aku tidak bisa berhubungan lagidenganmu, aku takut perasaanku semakin dalam terhadapmu. tolongtinggalkan aku, biarkan aku hidup sendiri disini.." Seongwu menjelaskan.

Daniel menatap dalam Seongwu. "itu yang kau inginkan?.."

"maaf Daniel.."

"baiklah, jika itu yang kau inginkan." Daniel berjalan menuju pintu keluar dan hilang dibalik pintu rumah Seongwu.

Seongwu menghembuskan nafasnya berat.

••••••••••••••••

Daniel kembali kerumahnya. Ia membuka pintu ruangan ayahnya.

Ayah Daniel melihat kebelakng, "kau kembali? kenapa? tertarik kembali bersama Jihoon?.."

Daniel melemparkan amplop bertuliskan 'Surat Pengeluaran Diri' ke atas meja ayahnya. Ia sudah tidak peduli tentang sopan santun, toh dari awal ayahnya yang sudah mengusik urusan pribadinya.

"apa ini?" badan ayah Daniel mulai menegak.

"aku berhenti. lebih baik aku keluar daripada aku harus mebghadapi iblis sepertimu, sudah lama aku muak dan ini puncaknya Tn.Kang." ucap Daniel penuh penekanan.

Ayah Daniel meremat surat pengunduran diri itu kuat kuat.

"Terima kasih atas jabatan dan semua yang sudah kau berikan, aku pergi." ucap Daniel final dan segera pergi meninggalkan rumah itu.

•••••••••••••••

Daniel kembali menuju rumah Seongwu yang ada di pedesaan. Di sepanjang perjalanan ia tersenyum tenang.

Sesampainya disana, ia sedang melihat Seongwu duduk di bangku yang ada di teras rumah tersebut. Ia segera turun dan menghampiri Seongwu.

Seongwu melihat Daniel kembali terkejut dan berdiri. Daniel segera mendekapnya erat.

"Sekarang tidak ada yang perlu kita takutkan lagi. Kita bisa terus bersama sampai kapanpun."

•••••••••••••••••••••••

"eomma, appa.. kenalkan ini Kang Daniel.."

Daniel membungkuk hormat.

"Daniel, ini ayah dan ibuku, mereka petani sukses disini.."

"ey woonie jangan seperti itu.." ibu Seongwu memukul lengan anaknya malu. Daniel terkekeh mendengar nama panggilan lucu kekasihnya.

"oh baiklah.. biarkan dia istirahat woo. antar dia kekamarmu.." ucap ayah Seongwu dan hanya ditanggapi anggukan oleh Seongwu. Lalu Seongwu menarik Daniel menuju kamarnya.

"maaf kamar dirumah kami memang sedikit, tidak ada kamar tamu.." ucap Seongwu.

"tidak ada yang lebih baik dari kamarmu Seongwu sayang.." Daniel tersenyum tampan.

Seongwu membuka kamarnya, "silahkan masuk. meski aku tidak disini, eomma selalu membersihkannya tiap hari.."ucap Seongwu lalu membuka jendela kamarnya. takut takut Daniel enggan memasuki kamarnya karena kotor.

Daniel memasuki kamar sederhana milik kekasihnya, memang tidak sebesar dan seluas kamarnya. Tapi kamar Seongwu benar benar tempat yang nyaman untuk ditempati. Daniel berjalan kearah Seongwu yang ada di jendela,  ia memeluk pinggang Seongwu dari belakang, ia memandangi pemandangan berbagai macam pohon pohonan indah yang ada dibalik jendela tersebut.

"lebih baik daripada memandangi bagunan tinggi dan mobil dari balik jendela apartemen bukan?.." tanya Seongwu sambil mengelus tangan Daniel yang ada di pinggangnya.

Daniel tersneyum lalu mengangguk.

Seongwu membalikkan tubuhnya,"tapi kau juga harus bekerja disini Daniel."

Daniel mencubit hidung Seongwu. "gampang sayang. tanganku ini sudah melakukan beberapa pekerjaan.."

••••••••••••••••••

Malam pun tiba.

"Daniel ayo makan malam.." ajak Seongwu membuka pintu kamarnya. Tadi Seongwu tinggal Daniel dikamarnya untuk membantu ibunya memasak.

Daniel menoleh kepintu ketika melihat beberapa figura yang tertempel di dinding dan juga yang ada di meja, "oh oke.."

Daniel berjalan keluar dan langsung mendapati meja kecil yang diatasnya sudah tersaji beberapa macam lauk pauk.

"nak Daniel silahkan.." ibu Seongwu mempersilahkan Daniel untuk duduk. Daniel dan Seongwu tersenyum lalu duduk bersebelahan.

"ayo makan.."

Mereka pun mulai memakan makanan mereka masing masing. Daniel mencoba salah satu lauk yang dibuat oleh ibu Seongwu, langsung matanya berbinar binar saking enaknya. Sejujurnya ia paling senang masakan rumahan. Kalau sempat bahkan Seongwu sering membuatkannya masakan rumah.

Sesekali mereka saling tertawa bersama, sungguh suasana ini yang sangat diinginkan oleh Daniel ketika makan.

••••••••••••••••••

Ong sekeluarga serta Daniel berjalan menuju ladang tempat orangtua Seongwu bekerja.

"ingat kau harus bekerja.." titah Seongwu.

"iya iya, tapi masalahnya apa harus aku memakai ini semua?" Daniel mencebik kesal ketika mendapati dirinya memakai kaos oblong lusuh, celana berkebun, topi kerja, sarung tngan serta boot (ya style tim olkans di w1go laah). Tidak biasa ia memakai ini semua, seketika ia merindukan setelan jas mahal miliknya.

"diam, tidak usah rewel." tukas Seongwu garang.

"seongwuu~ bantu ayah disinii~"

"Iya ayaah..." jawab Seongwu, ia mendorong lengan Daniel, "sana bantu ayahku."

Daniel menoleh kepada Seongwu panik, "okey baiklah, denganmu kan?"

Seongwu menggeleng, "aku pergi ke perkebunan kubis. Kau disini saja membantu ayahku menanam padi."

"What!? Jangan bercanda Seongwu.." Daniel putus asa sampai terasa dongkol.

"Seongwuu?~~" ayahnya sekali lagi teriak.

"Iya iya ayaaah!~~" balas Seongwu, "ck, cepat sana... menanam padi tidak berat. Nanti kalau bisa aku akan kesini lagi.."

"Yang benar ya?.."

"Iya sayaaang.." jawab Seongwu sedikit malas.

Daniel mencium bibir Seongwu sekilas, "yasudah sana, ibumu menunggu.." ucap Daniel meski dengan wajah cemberut, "hati hati hm?.."

Seongwu mengangguk, "kau juga." Lalu ia segera berlari menuju ibunya.

Melihat Seongwu pergi, Daniel memberanikan diri untuk nyemplung ke lumpur.

"Eing? Nak Daniel? Seongwu mana?~" teriak ayah Seongwu.

Daniel mendonggak, "Seongwu dengan ahjumma, abeojii~ biar aku yang membantu abeoji~" balas Daniel.

"Oh oke baiklaah..kemari, cepat bantu disini~"

Daniel mengangguk. Ia kembali fokus untuk masuk kedalam lumpur. Dengan hati hati ia turun, dan kini kedua kakinya masuk kedalam lumpur.

Daniel menghembuskan nafasnya lega, setidaknya ia selamat masuk kesini. Namun baru dua langkah ia berjalan, pria berbadan besar itu terjatuh dan seluruh tubuh serta sebagian mukanya terkena lumpur karena kakinya terjebak di lengketnya lumpur. Seumur hidupnya tidak pernah ia merasa se kotor ini.

Daniel merasa aneh, rasanya ia ingin menangis dan berteriak.

"Eomma.." lirih Daniel.

Mungkin ini tidak akan mudah.

"Apa ini karma sudah membuang nasi ketika aku kecil?.."

.
.
.
.
.

Seongwu menyeka keringatnya. Sudah lama ia membantu memilih kubis dan dimasukkan ke kotak. Ia melihat keatas, melihat terangnya matahari "Eomma, bukankah ini waktunya makan siang?.." tanya Seongwu sambil menoleh ke ibunya

Ibu Seongwu menoleh, lalu mengangguk, "ah kau benar Seongwu-ya.. panggil ayahmu dan Da-dala-dan- ck, danlaiel, kita akan makan siang bersama bersama ahjuma disini."

Seongwu terkekeh, "namanya Daniel eomma."

"Nah ya itu. Aduh nama anak kota susah sekali, eomma bingung."

Seongwu masih terkekeh, ia berdiri, "baiklah"

Seongwu berjalan menjauh dari kebun kubis, iaberjalan menuju sawah tempat dimana ada ayah dan daniel bekerja. Ia sebenarnya sedikit excited, melihat Daniel yang kaya itu bekerja dibawah terik matahari serta lumpur dimana mana.

Seongwu membuka sarung tangannya ketika ia sampai di lahan sawah.

Ia melihat kejauh sana. Terdapat Daniel yang sedang membungkuk untuk menaman padi, dan ayahnya yang ada di sebelah Daniel memperhatikan.

"Daniel, tidak seperti itu. Mana akan tumbuh jika tanamnya seperti itu!"

Daniel berdiri tegak, ia melihat sekitarnya. Membedakan antara mana yang ia tanam, dan yang ayah Seongwu tanam.

"Ah.. maaf abeoji.." ucap Daniel putus asa sambil menyeka keringatnya dengan punggung tangannya. Terlihat menyedihkan.

Seongwu sedikit tertawa melihat keputusasaan Daniel dimarahi oleh ayannya. Bahkan mereka terlalu fokus sampai tidak menyadari ada dirinya.

"Ayo ulang." Suruh ayah Seongwu tegas.

Daniel mengangguk pasrah, ia kembali membungkuk dan menanam padi itu.

Ketika ia ingin menanam padi itu, tiba tiba sesuatu yang panjang keluar dari lumpur.

Daniel yang melihatnya terlonjak kaget, "Abeojiiiiiii!!!!!" Ia berlari menjauh, bahkan ia bersembunyi di belakang ayah Seongwu.

"Apa lagi Daniel?.."

Daniel menunjuk sebuah hewan yang mengagetkannya, "i-itu a-ada yang panjang ke-keluar dari sanaaaa.." lapor Daniel dengam nada ketakutan sambil meremat baju abeoji.

Ayah Seongwu menggeleng heran, "badanmu itu besar. Masa belut sawah saja takut?!"

"Ha!? Belut sawah!? Astaga menggelikan sekaliiiii, abeoji tidak taakut?.."

Ayah Daniel menggeleng sambil melepas rematan tangan Daniel, "Tidak. Kau ini. tubuh Seongwu sekurus itu saja berani dengan belut sawah!"

Daniel menganga kaget, "Seongwu!? Dengan begituan!? Wah, daebak."

"Abeeojiiiiiiii!~~~~"

Daniel dan Ayah Seongwu menoleh kearah suara ketika mendengar sebuah teriakan,

"Waktunya makan siaaanggg~"

.
.
.
.
.

Setelah semua ibu Seongwu bersama ahjumma lain menyiapkan makanan, masing masing dari mereka duduk di tempat yang paling enak untuk makan.

Seongwu dan Daniel duduk bersebelahan di belakang bapak bapak. Seongwu melihat wajah Daniel dan terkekeh,

Daniel menoleh ketika mendengar kekasihnya terkekeh, "kenapa?"

Seongwu menjulurkan tangannya pada wajah Daniel dan mengusap noda lumpur yang ada di keningnya, "kotor sekali eum.." setelah bersih Seongwu kembali menarik tangannya.

Daniel tersenyum sejenak, "aku berjanji tidak akan buang nasi lagi.."

"Menanam padi tidak gampang, Seongwu-ya." Keluh Daniel.

"Ini yang berkata sudah melakukan banyak pekerjaan? Haduh..."

Setelahnya mereka tertawa bersama sama di tengah makan siang mereka. Di tempat sederhana, di bawah pohon dengan beralaskan tikar, Daniel makan bergabung dengan para petani yang ada disitu. Rasanya lebih nikmat dibanding makan di restoran bintang lima.

.
.
.
.
.
.

Daniel menggosokkan handuk di rambutnya ketika keluar dari kamar mandi. Ia baru saja membersihkan dirinya setelah bekerja di ladang. Dirinya sungguh kotor sehingga Seongwu menyuruh Daniel mandi di kamarnya.

Daniel merogoh saku celana kerjanya yang tergantung di kursi Seongwu lalu mengambil ponselnya.

Ia membuka kunci ponselnya.

Tidak sengaja dirinya membuka saham perusahaannya. Dan melihat hasil perkembangan saham perusahaannya hari ini

Daniel sontak memiringkan bibirnya.

Saham perusahaan Daniel turun drastis.Baru beberapa jam ia mengundurkan diri, perusahaannya langsung menurun drastis seperti ini. Bahkan ia dapat berita beberapa investor mencabut investasinya dari perusahaan Daniel. Perusahaannya benar benar diambang kebangkrutan. Ia yakin kini ayahnya sedang heboh.

"Makan itu." Cibir Daniel.

Tiba tiba ponsel Daniel berdering dan ia mengangkat telepon dari yang tak lain adalah ayahnya.

...

Seongwu membuka pintu kamarnya ketika selesai membantu ibunya di dapur. Mampu ia lihat Daniel sedang berdiri sambil menerima telepon di telinganya. Daniel terlihat sangat serius, bahkan suara pintu dibuka saja sampai tidak dirubris Daniel. Seongwu juga mampu melihat dari keningnya yang sedikit mengkerut tanda ia tengah berpikir, eumm.. atau marah?

Ya apapun itu, mungkin telepon itu penting. Dari kantor mungkin? Tidak bisa dihilangkan bahwa faktanya Daniel seorang presdir.

Seongwu menutup kembali pintu kamarnya, tidak mau menganggu obrolan Daniel.

Setelah beberapa menit menunggu di depan pintu, Seongwu kembali membuka pintu kamarnya dan kini ia lihat Daniel tengah meletakkan ponselnya di meja Seongwu dengan kasar. Wajahnya merengut marah. Seongwu sedikit takut untuk mendekati Daniel yang sedang merengut seperti itu. Namun cepat ia hilangkan pikiran itu, masa ia takut kepada kekasihnya sendiri?

Seongwu membuka semakin lebar pintu kamarnya hingga Daniel sadar seseorang masuk.

"Sudah mandinya?" Tanya Seongwu sambil menutup pintu kamarnya.

Seongwu melirik Daniel. Wajah yang tadinya merenggut marah, kini tersenyum ceria kearahnya. Seolah olah Seongwu adalah sumber bahagianya. Seongwu sedikit mendengus tenang, ia memang lebih suka wajah dengan senyuman lebar itu.

Daniel mengangguk lucu, "sudah. Kau tidak mandi?"

Seongwu berjalan kearah jendelanya dan menutup jendela kamarnya, "aku sudah mandi di kamar mandi rumah."

Daniel mengangguk sekilas, setelahnya ia berjalan mendekati Seongwu dan memeluk pinggang kecil itu. Ia mengaitkan tangannya di pinggang Seongwu.

Seongwu sedikit tersentak kaget mendapat perilaku seperti ini. Namun setelahnya ia tersenyum.

"Abeoji mengatakan kau payah sekali."

"Jinjja?!" Daniel langsung kaget.

Seongwu mengangguk, "Abeoji bilang anak kota memang payah, anak manja, dan pasti jarang bekerja keras.." lapor Seongwu.

Wajah Daniel langsung murung, "aku memang payah sekali..." Daniel cemberut murung  setelah mendengarkan laporan Seongwu tengang dirinya di mata ayah pria kurus itu.

Seongwu tersenyum geli, ia membalikkan tubuhnya untuk menghadap Daniel. Daniel sama sekali tidak melepaskan pelukannya. Seongwu melihat wajah yang masih cemberut itu. Ia menangkup kedua pipi pria tampan yang ada di depannya.

Mata Seongwu menatap wajah tampan Daniel,

"Padahal abeojiku kan mana tahu jika kekasihku ini seorang pekerja keras. Kalau ia tidak pekerja keras mana mungkin aku mencintainya..." ucap Seongwu diakhiri senyuman lebar.

Daniel langsung tersenyum lebar mendengar pujian kekasihnya. Rasanya ucapan ayah Seongwu langsung hilang entah kemana.

Seongwu menjijitkan dirinya lalu mengecup bibir Daniel sekilas, "aku mencintaimu, Kang Daniel.."

Daniel tersenyum teduh, melihat wajah cantik itu yang selalu ia puji. Jarang sekali Seongwu semanis ini, bahkan Seongwu mengatakan kata kata yang paling jarang ia katakan.

"Aku lebih lebih mencintaimu, Ong Seongwu.." Kini Daniel mencium bibir Seongwu sekilas.

......

Malam semakin larut. Kini Daniel dan Seongwu sudah berbaring di atas tempat tidur Seongwu. Seongwu memunggungi Daniel dengan tangan pria besar itu yang melingkar di pinggangnya.

Seongwu dan Daniel masih terjaga meski meteka tidak tahu satu sama lain bahwa mereka belum tertidur.

Mereka hanyut dalam pikiran mereka masing masing.

Seongwu memikirkan tentang hubungannya dengan Daniel. Apakah seperti ini merupakan jalan terbaik diantara mereka?

Daniel tidak usah ditanya lagi. Banyak hal yang ia pikirkan.

"Dan.. sudah tidur?.." panggil Seongwu pelan.

"Hm?.. belum.." jawab Daniel.

"Dan, aku mau bertanya.." ucap Seongwu.

".. tadi siapa yang menelepon?" Seongwu melanjutkan kata katanya.

Hening sejenak,

"Abeoji." Jawab Daniel lesu.

"Tn.Kang? Tumben sekali.. ada apa?" Tanya Seongwu lagi. Sebagai sekretaris Daniel, ia sangat paham bahwa ayah Daniel sangat jarang menelepon anaknya sendiri. Anak dan orangtua ini sudah seperti air dan minyak, mereka tidak pernah bersatu.

Daniel menelusupkan wajahnya pada ceruk leher Seongwu seperti melepaskan segala penatnya ketika mencium aroma wangi pada ceruk leher itu. Rasanya Daniel langsung lemas, lesu,

"Perusahaan hampir bangkrut.." jawab Daniel pelan.

"Apa? Bagaimana bisa?" Seongwu menaikkan satu alisnya heran. Ditangan Daniel seorang yang berkompeten perusahaan bisa hampir bangkrut?

"Aku mengundurkan diri."

"Apa!?" Kini Seongwu menaikkan nada bicaranya.

"Aku sesak selalu diatur ayah, Seongwu. Hubungan kita, semuanya, bahkan kau dipecat akibat aku. Aku lelah. Aku ingin bernafas lebih tenang.." ucap Daniel dengan nada lesu.

Seongwu menegakkan tubuhnya. Ia mendudukan tubuhnya diatas kasur. Ia memutar badannnya ke arah Daniel masih dengan posisi kepala yang sama, bahkan tangannya masih bergelantung di pinggang Seongwu.

"Kau gila? Hanya karena aku kau menyerahkan tanggung jawab besar itu begitu saja? Yang benar saja Daniel.."

Daniel hanya diam.

"Kau tidak seperti Daniel yang kukenal. Aku senang kau mementingkanku, tapi tidak seperti ini Daniel. Perusahaanmu tengah diambang krisis, bisa kau bayangkan berapa banyaknya karyawan yang harus tidak bekerja akibat tingkahmu yang seperti ini? Bisa kau bayangkan betapa kecewanya keluarga mereka bila karyawanmu tiba tiba tidak memiliki pekerjaan? Bisa kau bayangkan betapa repotnya ayahmu saat ini? Daniel! Aku tidak tahu kalau kau kekanakan seperti ini!" Seongwu marah. Daniel benar benar hanya memikirkan dirinya. Ia hanya memikirkan masalahnya, tanpa memedulikan orang lain.

Daniel mendengarkan semua omelan Seongwu. Kini dirinya mulai sadar bahwa keputusannya salah. Ini memang salahnya, seharusnya ia memikirkan orang banyak bukam hanya dirinya.

Daniel menarik tangan Seongwu, menyuruhnya untuk kembali berbaring.

Seongwu kembali terbaring. Kini ia terbaring menghadap Daniel. Daniel kembali memeluk pingannnya.

Seongwu memandangi wajah Daniel, "besok kembalilah ke Seoul. Minta maaf kepada Tn.Kang dan kembali urus perusahaanmu." Ucap Seongwu tegas.

Daniel membuka matanya yang tertutup, lalu melihat mata yang tengah menatapnya tegas itu. Daniel menunduk, "eum. Akan kulakukan." Ucap Daniel menurut.

Seongwu tersenyum sekilas. Ia menaikkan tangannya dan menempatkan tangannya pada surai kecoklatan Daniel. Ia mengelus surai itu lembut.

Daniel mendonggakan wajahnya, menghadap Seongwu, "lalu kau? Aku memikirkan nasib karyawan lain, tapi kau malah disini yang seharusnya menjadi sekretarisku." Ucap Daniel.

Seongwu menghembuskan nafasnya pelan, "aku tidak apa. Aku hidup berkecukupan disini. Kau tidak perlu mengkhawatirkanku.." ucap Seongwu dengan senyuman di bibirnya.

"Tapi aku hanya ingin kau menjadi sekretarisku." Ucap Daniel seperti mengharuskan Seongwu kembali bekerja dengannya.

"Tidak apa, niel-ah. Sekretaris baru juga pasti berkompeten."

Daniel menyerah. Ia memeluk Seongwu erat. "Aku janji akan kembali membawamu ke Seoul. Bukan sebagai sekretaris, namun sebagai pedampingku. Ingat kata kataku, Seongwu.." Daniel memeluk Seongwu erat.

Seongwu tersenyum mendengar perkataan kekasihnya. Ia membalas pelukan Daniel.

"Biarkan aku memelukmu untuk malam ini. Aku butuh kekuatan untuk menghadapi hari esok." Daniel berucap sambil menutup matanya, memutuskan untuk tidur.

Seongwu mengangguk dan juga menutup matanya. Ia membalas pelukan Daniel.

Dan mereka pun tertidur.




Office Mate
Tbc

.
.
.
.

Sumpa tdnya pen aku bikin selesai.
Tapi gabisa eeeuy.
Rindu ongniel sih asli.
Udah disband tapi cerita ini belum kelar juga agh.
KEEP SPIRIT, JAN LUPA BACA DAN VOTE YAAAAAAH.

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 113K 135
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
1M 104K 52
Ketika menjalankan misi dari sang Ayah. Kedua putra dari pimpinan mafia malah menemukan bayi polos yang baru belajar merangkak! Sepertinya sang bayi...
496K 8.4K 18
suka suka saya.
163K 675 3
-sekuel dari chika- yang masih di bawah umur, harap ngosah mampir. cerita ini penuh muatan dewasa🔞🔞🔞 jangan lupa vote dan comment sebagai bentuk d...