APPETENCE - The Kingdom of Sh...

By PrythaLize

587K 91.6K 7.4K

[Fantasy & (Minor)Romance] Carmelize selalu berakhir bermimpi tentang sebuah kerajaan setiap malam. Hanya ad... More

Note
1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
APPETENCE

4

21K 3.6K 375
By PrythaLize

Lara saat itu sedikit terlambat pulang dari kuliahnya, karena dosen yang mengajarinya tiba-tiba saja dengan baik hatinya memperpanjang jadwal pelajarannya. Karena itu, Lara sangat terlambat, saat dia sampai di rumah Carmelize.

Bukan hanya dihentikan oleh jam kuliahnya yang tiba-tiba saja bertambah, tampaknya langit juga tidak setuju bahwa Lara harus datang tepat waktu untuk mengurus anak asuhnya, Carmelize. Beruntung, Lara selalu menyiapkan payung lipatnya di dalam tasnya, dan berbekal itulah, dia mendatangi rumah Carmelize dengan tergesa.

Dipencetnya bel dari pagar sambil memperhatikan jam tangannya. Lara sudah terlambat lebih dari satu jam. Entah kemana security rumah pergi, Lara mulai cemas saat tidak ada yang memencet tombol agar pagar terbuka otomatis, hal yang membuat Lara yakin bahwa tidak ada yang mengawasi CCTV rumah itu.

Akhirnya, Lara memeriksa kembali isi tasnya, untuk memastikan bahwa dia memang membawa tombol cadangan yang dipercayakan oleh keluarga Carmelize kepadanya. Kali ini keberuntungan sedikit memihak kepadanya, karena rupanya dia membawanya.

Dilewatinya halaman rumah Carmelize yang luasnya hampir menyamai luas lahan parkir di kampusnya. Berjalan jauh seperti ini sudah menjadi kebiasaan Lara sejak dia menyanggupi keinginan orangtua Carmelize untuk menjaga putri semata wayangnya.

Masuk dengan kunci cadangan, melewati koridor depan, tangga yang berputar, lampu krystal yang berkerlap-kerlip dan melewati banyak pintu yang biasanya dilewatinya, Lara akhirnya sampai juga di kamar Carmelize.

"Carmel, maaf ya, kakak--"

Ucapan Lara langsung terhenti saat dia melihat Carmelize tengah merapatkan matanya dan bernapas dengan tenang, terlelap dengan damai di atas tempat tidurnya.

"Sedang tidur ya?" bisik Lara dengan gelisah sambil memperhatikan jam tangannya kembali.

Baiklah, selama lebih dari satu jam, Lara tidak bisa berhenti merasa cemas dengan anak itu. Dan dia harus melanjutkan rasa cemasnya karena seharusnya sekarang adalah jam makan siang Carmelize, hal yang membuat Lara cemas tak karuan hanya untuk memikirkan apakah Carmelize sudah makan siang atau belum.

"Lara?"

Lara langsung berbalik ke belakang dan menemukan salah satu asisten rumah tangga yang seharusnya dijumpainya di sepanjang perjalanannya dari depan pintu sampai ke kamar Carmelize. Tidak menemukan satu pun sejak tadi, Lara sebenarnya merasa agak marah.

"Ke mana semuanya? Carmel sudah makan belum?"

"Nona Carmelize sudah makan," balas asisten rumah tangga itu dengan tenang. "Kami semua sedang menyiapkan makanan untuk nanti malam. Tuan dan Nyonya akan kembali . Mereka meminta agar jangan memberitahu Nona Carmelize dulu."

Lara melirik ke arah Carmelize yang masih terlelap dalam tidurnya. "Kalau begitu, aku akan menyiapkan pakaian untuk Carmel dulu."

Usai kepergian asisten rumah tangga itu, Lara masuk ke dalam kamar Carmelize dan membuka pelan-pelan kloset pakaian Carmelize agar tidak membangunkannya. Walaupun rasanya belakangan hari Carmelize lebih sering tertidur, Lara merasa bahwa dia tidak perlu membangunkannya, kecuali jika harus membangunkan Carmelize agar dia tidak terlambat.

Tengah memilih pakaian yang dirasanya cocok untuk Carmelize nanti malam, kilat datang tak diundang. Kedatangan kilat membuat semua hal yang disorotinya menyilau putih selama beberapa saat, lalu sebuah guntur yang terdengar penuh amarah, menyusul, memamerkan suaranya.

Di saat bersamaan, listrik di rumah Carmelize langsung mati. 

Itu petir yang sangat kuat, begitu pikir Lara.

Anehnya, Carmelize yang biasanya sangat sensitif terhadap hujan dan petir, tidak terbangun dari tidurnya sama sekali.

***

Langit gelap di Kerajaan Bayangan, membuat Carmelize akhirnya paham bahwa dunianya dan Kerajaan ini benar-benar bertolak belakang. Jika setiap malam dia tertidur dan bermimpi datang di kerajaan ini di siang bolong yang terik, maka hari ini adalah kebalikannya.

Saat ini sudah malam, dan petir tidak habis-habisnya menemani hujan lebat di Kerajaan Bayangan. Kerajaan yang gelap itu, semakin gelap saja.

"Wajahmu pucat sekali." Putri River berhenti bercerita saat melihat Carmelize terlihat tidak fokus menyimak ucapannya. "Apa ceritaku soal ramalan yang terjadi padaku sangat tidak menarik?"

Sebenarnya bukan begitu, Putri River juga tahu bahwa sebenarnya Carmelize penasaran dengan cerita ramalan yang pernah dibahas oleh ratu saat hari pertama dia mendatangi Kerajaan Bayangan. Tetapi, belum lagi Putri River bercerita apapun, halilintar di luar sana sudah lebih dulu mengacaukan.

Lampu minyak yang ada di dekat tempat tidur Putri River juga sama sekali tidak membantu, karena kamar Putri River tetap terlihat sangat gelap.

"Bukan begitu," lirih Carmelize dengan suara kecil. "Aku ... takut hujan dan petir."

"Huh? Mengapa?" tanya Putri River dengan heran, "mereka kan tidak bisa menyakitimu."

Carmelize punya kenangan yang cukup membuatnya trauma sampai hari ini. Dulu, saat Carmelize berumur lima tahun, dia pernah tersesat di vila ayahnya, saat mereka sedang berlibur sekeluarga. Di kala tersesat itu, hujan dan petir menemaninya dalam ketakutan. Sejak itu, setiap hujan, Carmelize akan teringat dengan kejadian itu.

"Ibuku bilang, kita harus menghargai hujan, karena hujan membuat rakyat bisa mendapatkan buah dan sayur yang segar, sapi dan hewan ternak lain bisa minum air, sungai tidak kekeringan, ikan-ikan tidak mati dan semua rakyat tidak kelaparan dan kehausan." Putri River malah mengulang persis semua perkataan yang pernah diucapkan ratu kepadanya.

Meski menceramahi, pada akhirnya Putri River berjalan ke arah pintu kamarnya dan melambai-lambaikan tangannya ke arah Carmelize, memintanya segera mengikutinya.

"Kita mau kemana?" tanya Carmelize.

"Ke kamar kak Alax. Biasanya kalau hujan malam-malam, dia selalu memperbolehkanku untuk tidur bersama," terang Putri River sambil berjalan ke satu arah yang belum pernah Carmelize lewati sebelumnya.

"Tunggu. Jangan langsung merepotkan kakakmu karena aku," sahut Carmelize, menahan niat Putri River. "Mungkin aku bisa mencoba bangun."

"Di tempatmu tidak hujan, memangnya?" tanya Putri River yang langsung membuat Carmelize terdiam.

Dia baru mengingat bahwa sebelum dia tidur siang tadi, sepertinya sudah mendung gelap. Semula niatnya adalah untuk menghindari hujan di dunianya, dan rupanya hujan juga sedang terjadi di Kerajaan Bayangan.

"Ayo tidur saja dengan kami," ajak Putri River dengan riang.

Carmelize berpikir. Apa jadinya kalau dia tidur dalam tidurnya? Apakah dia akan terbangun? Atau malah memasuki kerajaan-kerajaan lain selain Kerajaan Bayangan?

Putri River berhenti di depan sebuah pintu dengan ukiran yang sama dengan kamarnya, lalu mengetuk pintu itu sebanyak lima kali.

"Kak Alax, ini aku."

Carmelize sebenarnya ingin menunggu di luar saja, terlebih dia tahu bahwa masuk ke kamar orang lain tanpa izin sangatlah tidak sopan, tetapi dia benar-benar takut sendirian, tanpa Putri River.

Sejauh ini saja, Carmelize hanya mengizinkan Lara untuk masuk ke kamarnya. Dia tidak yakin kalau Pangeran Alax akan senang jika dia tahu bahwa ada orang lain selain Putri River yang masuk ke kamarnya.

"Masuk saja," jawab suara dari dalam.

Putri River menoleh ke arah Carmelize dan menaikturunkan kedua alisnya seolah mengatakan, "Lihat. Perkataanku benar, kan?"

"Tidak apa-apa. Kak Alax tidak akan melihatmu," ajak Putri River.

Carmelize tahu. Tapi tetap saja, dia merasa tidak enak.

Meski begitu, pada akhirnya dia masuk juga bersama Putri River. Kamar Pangeran Alax jauh lebih gelap, karena dia sudah menutup lampu minyaknya sampai tidak terlihat api sedikitpun.

Hal pertama yang Carmelize lihat saat memasuki kamar Pangeran Alax adalah sebuah jendela besar. Jendela besar itu ada tepat di depan mereka.

Hanya dari cahaya kilat yang sesekali menyorot lewat jendela, Carmelize sekilas bisa melihat Pangeran Alax menghadap jendela, membelakangi mereka, dan tidur di sisi kanan. Sepertinya menyisakan tempat untuk Putri River.

Dia sendiri sebenarnya belum pernah melihat wajah Pangeran Alax, tetapi Carmelize yakin, dia juga memiliki manik amber, sama seperti Pangeran Vire dan Putri River.

"Kak Alax, belum tidur?"

Hening selama beberapa saat. Hanya ada suara gemuruh petir yang menggeram dari kejauhan.

"Sudah."

Putri River menatap ke kakaknya dengan cemeberut, lalu duduk di tepi ranjang dan berbaring sebentar di sana. Teringat dengan Carmelize yang sedang menatapnya bingung, Putri River langsung bangkit ke posisi duduk.

"Kak Alax, kita tidur di lantai saja, yuk!"

Carmelize melotot kaget, diikuti dengan balasan heran dari Pangeran Alax.

"Huh?"

"Tidur di lantai, lho!"

"Mengapa?" tanya Pangeran Alax.

"Aku sedang ingin," balas Putri River, yang jawaban sebenarnya hanya agar Carmelize dapat bergabung.

Tidak ada balasan yang berarti dari Pangeran Alax selama beberapa saat, sebelum akhirnya dia merespons, "Kalau kau sakit, raja, ratu dan Kak Vire akan marah padaku."

Jawaban tenang dari Pangeran Alax, membuat Carmelize, untuk pertama kalinya, menginginkan sosok kakak laki-laki.

"Ayo tidur, River ...."

"Carmel? Ayolah, bangun!"

Saat membuka matanya, Carmelize mendapati Lara, menatapnya pucat.

"Kak Lara ...?"

"Kau baik-baik saja?" tanya Lara menatapnya agak lega. "Tadi kau tidak ..."

Lara menghentikan ucapannya, tidak ingin melanjutkan perbincangan tentang apa yang dilihatnya sebelum dia memutuskan untuk membangunkan Carmelize.

"Aku tidak apa?"

"Ah, tidak apa-apa. Hari ini Ayah dan ibumu kembali. Aku sudah menyiapkan baju terbaikmu untuk nanti malam," ujar Lara.

Caremelize menatap senja yang mendung dari jendela kamarnya.

"Baiklah."

Usai melihat Carmelize berjalan ke kamar mandi, Lara kembali terlarut dalam pikirannya barusan.

Apakah hanya perasaannya saat melihat Carmelize tadi tertidur tanpa bernapas?

Tbc

4 Juni 2018

a/n

Kurasa semalam aku terlalu antusias dengan chapter tiga sampai aku lupa dengan chapter itu, haha.

Btw makasih banyak buat yang nyemangatin aku lewat PM, lewat conversation, lewat IG atau line. Aku sayang kalian banyak-banyak.

Appetence agak lambat ya, alurnya. Konfliknya juga belum terlalu kelihatan. Tapi apapun yang muncul nanti, semoga kalian semua sukaaa.

Semangat semuaa~~

Cindyana H

Continue Reading

You'll Also Like

76.6K 7.4K 51
Total kata yang di gunakan sebanyak 40.015 kata Mampu memahami bahasa hewan dan tumbuhan, mampu menemukan benda-benda berharga seperti kandungan emas...
828K 2.2K 2
Sedang di UNPUB untuk revisi sana-sini Buku 1 [THE END] 05/016--10/016 ______________ Tentang takdir yang mengikat mereka, tiga makhluk berbeda. Daz...
10.1K 1.2K 46
"Mereka menembak saudariku, ayahku, ibuku, para pelayan setiaku, dan aku sendiri." Tsarevich Alexei Nikolaevich - [Juli 17, 1918]. . [Fiksi-Sejarah M...
28.7K 3.1K 60
(Masih belum rapi) "Kenapa dia bisa kenal aku?"gumamku. "Ayo sebaiknya kamu tinggal sama aku, lagian kamu kan sendirian disini!" ajak pria itu dan en...