Kapten Cacat Vs Ratu Kredit

By MutiaraRizka4

87.5K 10.3K 1.6K

Dunia itu penuh dengan orang orang manipulatif, terkadang kamu perlu bertindak bodoh untuk selamat. ~Felma Ba... More

Prolog
1. Kawasan Pribadi
2. Gak Tau Diri
3. Ulang Tahun
4. Barbar
5. Kartu AS
6. Bahan Observasi
7. Kekuatan Diri
8. Dianak Tirikan
9. Bekal
10. Snack Raos
11. Membantu Disabilitas
12. Tiara
13. RS Sentosa
14. ATM Hidupku
15. Berbagi Lapangan
16. Antagonis
17. Kapten Basket?
18. Pembekuan ekskul
19. Dia Kakak Gue
20. Duel
21. Saingan
22. Panti Asuhan
23. Bara Aprilio
24. Depresi Ringan
25. Presentasi
26. Puisi
27. Perasaan Rio
28. Malaikat Kecil
29. Obat Penenang
30. UKS
31. Deklarasi
32. Hantam
33. Baik Baik Ya
34. Gak penting
35. Distro Bluez
36. Orang Asing
37. Masih mau nangis?
38. Si misterius
39. Berulang
40. Peluk atau cium Ra?
41. Kerja sama
42. Ego yang tinggi
43. Satu langkah
44. Menikmati Waktu
45. Wajah itu!
46. 'Dia' Kembali
47. Bara Aprilio Wijaya
48. Menyedihkan
49. Kedatangan Manggala
50. Stand Terbakar
51. Ckckck Marah
52. Beristirahat Sebentar
53. Penegasan Status
54. Egois itu perlu
55. Semuanya Permainan
56. Datang dan Pergi
57. Titik Takdir
58. Semuanya Gagal

Awal Mula

7.7K 385 20
By MutiaraRizka4

"Tompel lo belum bayar tagihan pomade terakhir lo."

"Woy muka moci itu bedak lo masih kredit jangan pake banyak-banyak."

"Astaga!! Itu sepatu yang baru lo bayar satu kali udah diinjek aja."

"Aduh itu lipstik kenapa lo pake di pipi"

"Heh, lo pake parfum apa penyemprotan disinfektan, mabok gue lama lama nyiumnya"

Teriakan-teriakan heboh seperti itu sudah seperti nyanyian pengiring di SMA Gardika. Siswa-siswi yang berlalu lalang dikawasan itu sudah tak masalah dengan semua terikan khawatir sang pedagang. Teriakan yang hanya di tujukan kepada barang dagangan yang ia kreditkan, padahal sudah jelas bahwa barangnya sudah mereka beli.

"Fel, kartu pelajar gue balikin lakh mau minjem buku nih" pinta seorang siswa sememelas mungkin. Berharap hati nurani sang pedagang mendadak bergetar.

TIDAK MEMPAN!

Tangan sang wanita yang sedang menulis di buku catatannya mendadak terhenti. Tatapan tajamnya mengintimidasi.

"LO PIKIR GUE PEDULI?!" teriaknya keras, hampir menjebol gendang telinga setiap orang yang mendengarnya.

Sang lelaki sudah meneguk ludahnya keras, tangannya gemetar, tatapannya berubah horror. Sangat salah bila sudah berurusan dengan orang didepannya, apalagi ia berteriak sambil mengeluarkan kuahnya sekaligus.

"Besok deh besok uangnya" ucap lelaki itu masih penuh usaha. Tak lupa untuk membersihkan wajahnya dengan perlahan. Jika berani mengadu, tamatlah uang kalian tanpa henti.

Mata sang wanita menyipit tajam, diiringi seringaian menakutkan "Besok atau......." dagu sang lelaki dinaikkan perlahan supaya bertatapan langsung dengan matanya , wanita itu menaikkan salah satu alisnya dengan sombong penuh peringatan"Gue yang dateng ke rumah lo? HUH"

Lelaki itu merasa kedinginan di sekujur tubuhnya, ia juga mulai merasa bagian bawahnya mendadak basah. Kepalanya menggeleng geleng kuat "Gak usah deh gak usah" tolaknya keras lalu berlari terbirit-birit.

Memang sangatlah fakta, Felma barbara merupakan serigala berbulu domba. Satu SMAGAR sudah tau jika sampai Felma datang ke rumah mereka maka harus siapkan uang didepan pintu, jika sampai ia masuk habislah harga diri dan uang di depan orang tua sendiri.

Seribu satu tipu muslihat sudah para siswa lalukan, santet onlinepun dibalik oleh Felma dengan menggandakan hutang mereka. Hanya dengan mengelus dada dan bolak-balik THT yang bisa dilakukan oleh pelanggan-pelanggannya.

Panggilan paling melekat dalam diri Felma Barbara adalah Ratu Kredit Sekolah. Tak ada siswa lain yang berani membuka usaha sepertinya, jika nekad maka bersiaplah untuk bangkrut.

Kali ini seorang wanita menyodorkan selembar uang ke depan wajah Felma "Fel ini gue mau bayar, bosen gue bolak balik ketemu lo" ucapnya malas.

Felma tidak langsung mengambil uang itu, ia mulai merogoh saku roknya. Senyuman manisnya dikeluarkan, perubahan ekspresi di wajahnya yang sangat cepat memang patut diberi tepuk tangan yang sangat meriah.

"kalo lo beli lagi barang dari gue, hari ini gak usah bayar. Gue punya liptint red ori, setoran tujuh hari sehari dua puluh ribu. Gimana? selain di gue mana ada harga semurah ini. Kalo lo gak mau kayaknya temen sekelas lo juga banyak yang mau" iming iming Felma.

Tatapan cewek itu yang tadinya malas berubah berbinar binar, tangannya menyambar langsung dari Felma. Takut takut Felma memberinya kepada yang lain.

"JANGAN, JANGAN, GUE AMBIL" jawabnya buru buru.

Mata sang cewek mulai menunjukkan berbagai keluhan "Gue udah nyari ini lama banget dan lo mau kasih ke yang lain? NO WAY!"

"Catet aja nama gue catet, Fifi, 11 IPA 3"

"Yaiyalah gue catet, enak lo aja kalo gue gak catet" jawab Felma dan mulai mencatat kembali dengan senang hati.

Bila berurusan dengan Felma harus dijauhkan, maka teruslah untuk bermimpi. Faktanya justru Felma memiliki daya pikat dan pesonanya sendiri, dilengkapi promosinya yang selalu manjur untuk menghipnotis uang anak anak SMAGAR untuk masuk ke dalam kantong pribadinya.

"WOY AWAS AWAS MURID CACAT MAU LEWAT" teriak seseorang, membuat orang orang disekitarnya menyingkir seketika.

Mereka penasaran, walaupun SMAGAR merupakan sekolah ramah disabilitas belum ada satu orangpun disabilitas yang bersekolah disana. Tatapan mereka terkunci pada sesosok lelaki yang duduk diatas kursi  roda dengan menunduk. Tawa tawa merendahkanpun memenuhi koridor.

"Lumpuh? Hahaha. Ups kelepasan"

"Coba dong berdiri"

"Dateng deh siswa yang bikin repot . Amit amit deh gue satu kelas ama dia"

"Cacat aja sih mending, nah ini botak segala. Untung aja cilok sama kepalanya gak ketuker"

"Hahahah, sialan lo"

"Gue selalu berdoa ada murid baru kaya nan tampan.Yang dikirim malah menjijikan, iuhh"

"Pindahan SLB mana lo?"

"Diem diem aja, gak bisu kan lo?"

"Gue heran kenapa dia keterima disini"

Pertanyaan dan makian terlontar dimana mana, menyuarakan rasa tidak puas dan kesenangan  atas kedatangan murid baru itu. Felma yang sedang menghitung keuntungan hasil dari barang-barang yang ia kreditkan awalnya tidak tertarik terhadap keributan yang memekkakkan telinga itu. Pasalnya ia tau ada beberapa siswa yang memiliki moral minus, dan dengan adanya kedatangan objek seperti itu pasti akan menjadi sasaran empuk bagi mereka.

Tapi tunggu dulu!

Siswa Cacat? bukankan ia bisa membantu dan meminta bayaran? hahaha membayangkan saja sudah menyenangkan, pikir Felma penuh kesenangan.

Felma yang awalnya duduk langsung berdiri kembali di atas kursi koridor, melongok dimana si cacat berada.

Disana!

Tanpa memperdulikan orang lain ,Felma menerobos masuk mengusir kasar orang orang yang menghalagi jalannya. Banyak yang ingin mengumpat, tetapi ketika melihat orang itu Felma mereka hanya bisa menelan ludah dan suka rela menyingkir.

Siswa cacat itu menduduk tidak bergerak sama sekali, karena jalannya didepannya jelas jelas diblokir. Kondisinya amat amat memprihatinkan, dengan senyuman cerah Felma langsung memegang pegangan bagian belakang kursi roda.

"APA LO LIAT LIAT HAH?"

"MINGGIR LO PADA, MAU GUE TABRAK SEKALIAN" titah Felma.

Desahan kekecewaan dan keluhan mulai terdengar lagi. Felma jelas jelas mengganggu kesenangan mereka, tapi titahnya tetap dituruti. Mulai menyingkir tanpa seorangpun yang tersisa.

"Hidup si Felma ganggu mulu"cicit seseorang diantara kerumunan.

Sayangnya pendengaran Felma terlalu tajam untuk mendengar itu.

"Kalo lo mau ngomongin gue sini kedepan, kenapa tuhan nyiptain mulut itu di depan bukan di belakang supaya ngomong itu hadep hadepan. MAJU SINI CEPET"

Hening

Sekarang tak ada seorangpun bergerak dan bersuara lagi. Felma mulai tersenyum puas, kerumunan itupun perlahan lahan menipis dengan meninggalkan ketidakpuasan yang kental. Mereka terlalu lemah untuk beradu mulut dengan Felma.

Felma mulai berjalan merubah posisi, kini posisi Felma sudah berhadap hadapan dengan siswa cacat itu. Senyumnya masih melekat, tangannya terulur tanda perkenalan.

"Kenalin nama gue Gue Felma Barbara , lo bisa panggil gue Felma"

Tangan Felma tak kunjung mendapat balasan sama sekali, dan tidak ada suara sedikitpun. Apakah dia bisu? Felma menarik tangannya kembali hati hati, memikirkan prediksinya.

"Lo gue bantu ke ruang kepsek? Tapi GAK gratis"

Si cacat mendongakkan wajahnya, menatap Felma datar "Gak butuh, Minggir" titahnya tajam.

Mendengar ucapan tajam itu Felma menggeram marah, tangannya terkepal erat. Sialan anak ini ternyata tidak bisu dan berani beraninya dia menolak berjabat tangan dengannya.

Felma melotot dan menunjuk Gerdi tepat di depan wajahnya "Lo, disabilitas gak tau diri" ucapnya menggeram.

Nafas Felma naik turun, emosinya meletup letup, saat ini ia sedang ingin memaki maki. "Nyesel gue bela belain lo. Hidup lo emang gak berguna, kaki lo sia, tampang lo juga. Cih.... masih perlu gue lanjutin deskripsi tentang lo dari gue?" 

Para siswa mulai berkerumun kembali, menonton singa sekolah yang diusik oleh tikus yang sia sia. Mereka cukup salut kepada Gerdi yang membuat mata mereka segar dipagi hari, dan kekecewaan tadi lenyap begitu saja.

"Gue gak minta bantuan lo" balasnya dingin, ia mulai melajukan kursi rodanya yang jalannya sudah tidak diblokir. Mengabaikan sekeliling orang yang terus mencaci maki, merendahkan dan  tertawa menghina terang terangan.

"HIDUP LO NYUSAHIN" suara teriakan Felma menggema di lorong SMAGAR.

Dan teriakan barusan merupakan teriakan terakhir sebelum bel masuk melerai keributan.

*****

"Keuntungan gue hari ini lumayan lakh..." monolog Felma dengan merapihkan uang hasil kerja kerasnya.

"Fel tolong cariin gue makeup sepaket dong" teriak siswi dari pojok kelas dengan dandanan yang terlalu mencolok. Tak masalah jika menguntungkan baginya, dan tak perlu repot repot mengurusi urusan orang lain. 

Felma memutar tubuhnya, menatap orang yang tadi memanggilnya.

"Tapi harga gak usah nawar nawar lo"

"Gak akan asal barang bagus kayak biasa, tapi gue maunya pembayaran buat dua minggu" pintanya.

"Siap, dua hari barangnya gue bawa" ujar Felma, senyumannya merekah. Usahanya benar benar sempurna.

Felma memiliki banyak pelanggan apalagi dengan sejuta pesonanya menggait uang para pembeli. Jika kalian berfikir Felma menjalankan bisnisnya sendiri kalian salah besar. Dengan kegiatannya yang memang padat, Felma memanfaatkan orang orang populer. Karena apa? pastinya membuat list pesanannya meningkat drastis.

Saat suasana kelas sedang hening seorang guru yang familiar memasuki kelas XI IPA 1 dengan sapaan andalannya "Selamat pagi murid-murid kesayangan ibu Beta" 

"Pagi bu beta yang terkece, terseksi dan terhitsss se SMAGAR" balas semua siswa  kelewat hafal.

Bu Beta tersenyum puas mendengar itu "Anak anak hits sekalian, ibu punya temen baru buat kalian. MASUK"titahnya

Suara decitan kursi roda membuat semua siswa menoleh ke arah pintu kelas. Sosok siswa cacat yang di koridor sudah dibully habis habisan. Melihat itu membuat para siswa mendengus jijik.

"Yah bu migrasiin ke kelas sebelah akh"

"Iuwww, dia yang tadi gue bilang dikoridor"

"Bu kelas kita gak nerima murid baru kayak gini"

"Yaelah bu, saya mending gak punya temen baru"

"Bubar bubar" celetuk Aldi dan dihadiahi pelototan langsung bu beta.

Bu Beta tidak menganggap serius protesan itu "Diam semuanya, jangan bilang yang engga engga" 

"Sekarang siapa yang masih duduk sendiri?" 

Pertanyaan itu membuat sebagian siswa menghela nafas lega ketika mereka sudah duduk berdua. Tetapi pandangan langsung tertuju pada kursi sebelah kiri Felma yang masih kosong. Posisi duduk Felma tepat di tengah tengah kelas. Selama ini tidak ada yang berani duduk semeja dengannya, atau lebih tepatnya Felma tidak mengijinkan siapapun duduk semeja dengannya.

Mengetahui semua tatapan menuju ke arahnya, Felma langsung melotot tak terima.

"Gak ada! samping gue udah ada tasnya" sewot Felma dengan menatap semuanya sinis.

Siswa lainpun tak lagi memperhatikan, yang penting mereka sudah memiliki pasangan masing-masing. Tentunya mereka tidak akan dipaksa duduk bertiga.

Sang guru menatap Felma dengan meringis tidak berdaya, murid ini agak keras kepala "Aduh Felma, tas kamu kebawahin aja, kasihan murid barunya." titah sang guru dan diangguki semangat teman-temannya. Mereka tidak akan mendapat beban bahwa teman sebangkunya adalah orang cacat.

"Diakan udah duduk Bu, biarin di luar aja" 

"FELMA!!" Bentak Bu Beta, tanda bahwa tidak ada bantahan lagi.

Kelas langsung hening, mereka lupa bahwa wali kelasnya akan sangat menakutkan ketika sedang emosi. Felma juga hanya menatap Gerdi penuh dengan percikan peringatan.

Merasa bahwa situasi sudah dalam kendalinya Bu Beta menatap siswa disampingnya dengan ramah "Sekarang kamu duduk dulu di samping Felma, ibu mau ke ruang guru sebentar" ujar Bu Beta.

Tentu saja akibat kepergian itu para siswa mulai melancarkan aksinya kembali.

"Cacat mau dibantu gak? bantu doa hahaha"

Seseorang berpura-pura menghalangi matanya dengan tangan "Anjir kepalanya silau" ejeknya dibarengi tawa cekikikan teman-temannya.

Ketika teman temannya tertawa Felma justru siaga ketika si cacat terus-terusan maju ke arahnya. Dia sungguh berani!

"Tikus nyamperin singa ya pasti diinjek injek"

"Felma banyak nyusahin jadi disusahin"

"Karma Fel, kebanyakan dzalim hidup lo" provokasi teman-temannya puas tanpa memperdulikan emosi Felma yang sedang diuji.

Si cacat pelan tapi pasti benar benar menuju ke kursi samping kiri Felma. Dengan perlahan ia mulai memindahkan tas Felma dan mencoba memindahkan kursi dengan susah payah.

Melihat pergerakan tanpa persetujuannya emosi Felma benar-benar tersulut. Ia mulai berdiri tegak dengan tangan terkepal erat.

"Jangan sentuh barang barang gue" teriak Felma keras dengan mendorong kursi roda itu kuat.

BRUK

tak disangka akibat dorongan itu kursi roda itu sampai terjungkal, membuat si cacat sudah terbaring di lantai tanpa ada yang membantu.

Ringisan kesakitannya justru diiringi tawa puas teman-teman sekelasnya.

"Jangan masuk kawasan gue!!"

*****

Tinggalkan vote sebagai tanda kalian masih hidup! T...T

Cerita ini dimulai saat kelas 8 SMP

Continue Reading

You'll Also Like

5.8M 246K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
207K 16.5K 21
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...
771K 51.8K 42
"Enak ya jadi Gibran, apa-apa selalu disiapin sama Istri nya" "Aku ngerasa jadi babu harus ngelakuin apa yang di suruh sama ketua kamu itu! Dan inget...
2.2M 131K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...