Aldolivia [ DISCONTINUED ]

By Levineghfry

378K 19.9K 867

Rivaldo Bagaskara yang notabene merupakan ketua klub basket putra SMA Jaya Bangsa awalnya merasa risih dengan... More

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Delapan
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
PENTING

Dua Belas

15.8K 1K 42
By Levineghfry

#Wish23: Terbuka (Aldo)

#Wish24: Mengetahui perasaannya (Olivia)

**

Kali ini ia memakan omelette di meja paling ujung. Sengaja dekat dengan Roppan, restoran jepang dimana Aldo kan katya menyantap makan malam. Dengan alasan agar bisa mengamati gerak-gerik mereka dengan jelas.

Ah, engga. Gue cuma kepo.Batin Olive.

Omelette daging asap kali ini terasa sama saja dengan omelette-omelette yang lainnya. Akibat terlalu serius mengamati Aldo dan ‘ceweknya’ ia jadi tidak terlalu konsentrasi dengan makanannya.

Terlihat mereka tertawa bersama. Seolah tidak ada beban di hidup mereka. Olive ingat senyum itu. senyum paling alami yang ia pernah lihat dari seorang Rivaldo bagaskara.

Seketika pikirannya melayang pada kejadian hari itu. dimana ia sedang nongkrong di starbucks lalu bertemu dengan Aldo. Ia menelepon seseorang. Dan lagi-lagi ia menempakkan senyum itu.

Apa waktu itu Aldo juga nelfon pacarnya itu?

Tidak ada kejadian spesial diantara dua insan yang Olive amati. Kecuali saat si cowok sesekali mencubit pipi dan mengusap puncak kepala si cewek. Dan beberapa menit setelah itu mereka memutuskan untuk bangkit dan kembali berjalan-jalan.

Olive menghembuskan nafas panjang. Setelah mereka hilang dari pandangannya, ia memutuskan untuk ikut bangkit dan berjalan ke arah toko olahraga di mall tersebut.

Di tengah jalan, handphone nya tiba-tiba berbunyi. Menampakkan nama ‘Mama’ pada caller ID.

“Iya, ma?” tanyanya sesaat setelah mengangkat telefonnya.

“Kamu dimana?” 

“Di kokas, kenapa?”

Bruk! Akibat tidak melihat jalan, Olive menubruk tubuh seseorang yang berjalan berlawanan arah.

“Ma-Maaf”

“Sorry, sorry”

Ucap mereka berbarengan. Membuat keduanya mendongak dan membulatkan matanya.

“Olive?” tanya Aldo.

Cewek itu hanya tersenyum kaku. “Eh, elo.”

“Kamu ... Olive, kan?” kini katya yang mengeluarkan suara. Membuat Olive dan Aldo menoleh kearahnya.

 “Kalian kenal?” tanya Olive ‘sok’ polos. Ia mencoba menetralkan jantungnya yang masih kaget bisa bertemu keduanya di saat yang tidak tepat seperti ini.

Aldo melirik Katya. “Oh, dia—“

Omongan Aldo terputus begitu Olive sadar bahwa telepon dengan mamanya masih tersambung. Setelah berpamitan, ia berjalan cepat menjauhi mereka.

“Eh. Maaf, ma. Tadi Olive nabrak orang. Ternyata temen sekolah.” Jelasnya kepada Rista yang sedari tadi memanggil-manggil namanya.

“Oh. Mama nitip krim wajah mama yang biasa, ya? Uangnya mama ganti.”

Ia pun mengangguk. “Itu doang?”

“Iya.” Jawab Rista. “Jangan pulang malem-malem ya, sayang.”

**

“Gue baru tau Aldo punya pacar,” ujar Olive begitu rara menanggapi video call skype mereka. Iya, begitu sampai di rumah, Olive langsung mengajak rara untuk video call untuk bertanya mengenai hal itu.

Perlahan rara mengernyitkan dahinya. “Setau gue dia gak punya pacar, tuh.”

“Tadi gue ketemu di kokas. Dia berdua sama cewek. Mesra banget pokoknya.” Jelas Olive.

Sahabatnya itu hanya mendengus. “Ya elah, siapa tau itu kakaknya atau adiknya gitu. Setau gue dia punya kakak cewek.”

“Jelas-jelas cewek itu keliatan lebih muda dari Aldo-nya.”

“Gatau juga deng.”

Jika dipikir-pikir, sangat lucu saat Olive begitu penasaran siapa Katya bagi Aldo. Disaat Olive bukanlah siapa-siapa-nya Aldo. Sahabat saja bukan. Lagi-lagi dia sadar, tidak seharusnya ia penasaran seperti ini.

“Lo... sama siapa tadi movie marathon?” tanya Olive berusaha mengalihkan pembicaraan, sebelum rara mengira yang tidak-tidak.

“Sendiri.” Jawab rara sambil menjilat es krim cone vanilla yang sedari tadi berada di tangannya.

“Haha gila jomblo abis lo.”

“Emang lo tadi ke kokas ngapain aja?”

“Beli Ghost Stories-nya Coldplay, beli krim muka mama, makan.”

“Sendiri, kan?” tanya rara. “Haha gila jomblo abis lo.”

“Sialan.” Umpat Olive.

**

Senin. Pukul 2. Pulang sekolah.

Hari ini jadwal seluruh anak-anak basket untuk latihan. Untungnya, kesehatan Olive sudah benar-benar membaik. Jadi ia bisa kembali ikut latihan setelah 3 kali absen.

Cewek itu menenteng tas olahraga-nya dan langsung menuju ruang ganti. Dan setelah itu berjalan menuju lapangan basket. Disana sudah ada beberapa anak-anak yang melakukan pamanasan. Coach Mugy juga belum datang.

Tetapi tak beberapa lama kemudian ia datang. Membuat seluruh anak-anak yang sedang pemanasan menghentikan aktifitasnya dan langsung membentuk barisan.

Priiitt

“Ya, hari ini kita latihan lagi seperti biasa.” ujarnya sambil memperhatikan satu persatu anak yang tergabung dalam klub basket ini. “Olive? Syukurlah kamu udah bisa ikut latihan lagi. Udah sembuh, kan?”

Olive hanya tersenyum dipaksakan. Ah elah, gue sakit juga gara-gara lo kali. Tapi untungnya itu buat kepentingan kita semua juga. Jadi kali ini gue maafin lo, Coach. Batinnya.

“Hari ini di jam pertama kita latihan berbagai teknik merebut dan mengocek lawan. Di jam selanjutnya ada pertandingan antara tim kecil B dan C putra dan putri. Siap?” jelasnya.

“Siap!” jawab mereka kompak.

“Broom Stick Knicks?!”

“Get’cha head in the game!” teriak kami lalu semuanya menyebar membentuk barisan kecil untuk berlatih apa yang Coach Mugy suruh tadi.

**

Kali ini adalah pertandingan antara tim kecil B dan C putra. Olive yang menunggu giliran main tim putri hanya duduk di kursi penonton sambil sesekali menegecek hp-nya.

Karena tak kunjung ada notification apapun, ia akhirnya memilih untuk menonton pertandingan putra yang berlangsung lumayan ketat ini.

Terlihat Aldo dari tim C yang sedang menggiring bola menuju ring dengan lincah serta Reza dari tim B yang berusaha merebut bola dari tangan Aldo.

Shoot! Rupanya Reza kurang cepat sehingga Aldo berhasil menambah score 2 untuk timnya dengan sangat mulus.

Jago juga tuh anak. Batin Olive. Oh, iya. Gue lupa fakta kalo dia ketua basket putra.Dodol, ah.

Setelah membatin tidak jelas, cewek itu kembali memfokuskan pandangannya pada pertandingan yang terjadi tepat di depannya ini. Kali ini Tristan dari tim B yang menguasai bola. Galih yang merupakan anggota tim C dengan cepat berlari ke arah ring dan menjaganya agar Tristan gagal mencetak score. Sementara Aldo mencoba merebut bola dari tangan Tristan.

Tapi sayangnya peluit segera berbunyi sebelum Tristan sempat mencetak score. Rupanya keberuntungan memihak pada tim C. Dengan selisih score yang cukup jauh yaitu 8.

Sementara itu perempuan yang tergabung dalam tim kecil B dan C segera berjalan menuju lapangan dan memulai pertandingannya.

**

Keringat bercucuran di leher Olive. Rambutnya yang semula dikucir kuda sudah berantakan. Ia segera menuju kursi dimana tasnya tersimpan lalu meminum air mineral miliknya setelah melakukan pertandingan kecil yang membuat timnya itu menang.

Tanpa ia sadari, rupanya Aldo sedari tadi duduk tak jauh darinya. Hanya selang dua kursi. Namun cowok itu sedang sibuk dengan ponselnya.

“Liv,” panggil Aldo tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel. Tangannya pun masih menari-nari di atasnya.

Olive yang sedang mengorek-ngorek tas mencari hp refleks menghentikan kegiatannya dan menengok kearah Aldo. “Apa?”

“Kemarin itu ...” jeda Aldo. Selanjutnya ia memfokuskan pandangannya pada lawan bicaranya. “Katya. Sepupu gue. Bukan pacar gue.”

Olive mengerutkan dahinya tidak mengerti. Namun akhirnya ia menghembuskan nafas lega. Berarti dugaannya waktu itu memang salah.

Tapi jika dipikir-pikir kenapa ia menjadi lebih lega? Padahal jelas-jelas masalah itu tidak mempunyai benefit apapun untuk dirinya.

Buru-buru menetralkan perasaannya kemudian menyahuti cowok yang manjadi lawan bicaranya itu. “Lah, terus kenapa? Emang ada benefitnya buat gue?

Aldo mengangkat bahu tak acuh, “Ya .. Siapa tau lo nyangkanya itu pacar gue.”

Olive mendecih. “Idih apaan deh.”

“Gue sayang banget sama dia. Makanya waktu awal-awal lo masuk gue keliatan gak suka banget sama lo. Lo inget kejadian waktu itu di Bandung, kan? Antara lo dan Katya. Ya, gue ada di sana. Dan gue liat jelas kejadiannya.”

Olive membeku. “Lo ...?”

Aldo tersenyum getir. “Gausah disebutin.”

“Do, gue kan udah minta maaf waktu itu.”

“Ya ... tetep aja. Gue keras kepala waktu itu.”

Olive menatap lapangan yang kini kosong dengan pandangan yang kosong juga. Dan ia baru menyadari bahwa ternyata anak-anak sudah pulang sedar tadi. Hanya menyisakan dirinya dan cowok itu di area lapangan basket.

“Lo ... masih benci sama gue?”

Aldo tidak menjawab. Dan karena itu, Olive berjalan cepat meninggalkan lapangan basket. Meninggalkan Aldo sendiri disana. 

Minggu, 29 Juni 2014

Yeay! Seneng banget bisa update lagi setelah beberapa hari mager tingkat dewa ga mood ngetik. Maafin gue ya:( Buat yang nanya2 kenapa Olive sama Katya bisa kenal, coba deh baca chapter awal-awal. Antara 1-3. Gue lupa. Pertanyaan kalian udah jelas terjawab disana, guyz:) 

Makasih buat votes & comments-nya! Gak nyangka sumpah. Makasih juga yang udah doain gue buat dapet NEM terbaik. And yes, gue puas dengan apa yang udah gue dapet hehe. Thanks!

Sekalian promosi, gue sama temen gue punya olshop. Jual baju, sweater, makanan, dll. Masih baru bgt sih, baru buka PO sweater. Minat? Go chack and follow our instagram, pieceofwordss!

Maaf bacot.  

Continue Reading

You'll Also Like

9.4M 392K 63
On Going (Segera terbit) Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di ke...
255K 5.3K 17
Kesepakatan gila yang diberikan Gavriel lalu disetujui penuh oleh Baek Dahyun, secara singkat membuat hidup Dahyun berubah drastis. Keduanya menjalin...
889K 6.3K 10
SEBELUM MEMBACA CERITA INI FOLLOW DULU KARENA SEBAGIAN CHAPTER AKAN DI PRIVATE :) Alana tidak menyangka kalau kehidupan di kampusnya akan menjadi sem...
830K 23.4K 55
Zanna tidak pernah percaya dengan namanya cinta. Dia hanya menganggap bahwa cinta adalah perasaan yang merepotkan dan tidak nyata. Trust issue nya so...