Sweet Psychopath Boyfriend [...

By Exitozdki

26.3M 1.3M 113K

Tersedia di toko buku kesayangan Anda. Sometimes, my hands are itching to kill someone, but I have promised... More

HAPPY READING
1
2
3
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Bonus Part
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
Special Brithday Dita & Salsa
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Author Note
Extra Part 1
Sequel!
VOTE COVER
TELAH TERBIT

4

700K 39.5K 3.6K
By Exitozdki

Jam sudah menunjukan pukul 17:00 dan waktunya jam pulang sekolah SMA Garuda tiba.

Siska bersama ketiga sahabatnya berjalan beriringan di koridor sekolah mereka yang sudah sepi karena bel pulang sekolah sudah berbunyi sedari tadi, hanya saja mereka yang masih berkumpul di dalam kelas untuk membicarakan hal yang sama sekali tidak penting. Mereka berbincang-bincang ringan mengakhiri pertemuan mereka hari ini.

"Dijemput Fatih atau sama sopir lo, Sa?" Putri bertanya pada Salsa sambil menggigit donat cokelat yang berada di tangannya.

"Dijemput sopir gue. Fatih lagi main kali sama Silvi," jawab Salsa acuh.

"Kalo lo gimana, Dit? Masih digantungin sama Fahmi?" Kini Siska yang bertanya pada Dita.

"Apaan, sih gue tendang lo!" balas Dita cepat, bersiap menendang Siska.

Dita memang sedikit sensitif dengan manusia orang yang bernama Fahmi. Gebetannya itu sulit ditebak.

"Wiss, jangan marah, dong, Dit!" Siska terkekeh seraya tersenyum lebar tak berdosa.

Dita hanya bisa menggerutu dan kembali mendengarkan obrolan sahabat-sahabatnya itu.

"Lah, tau dari mana lo, Sal kalo si Fatih jalan sama Silvi?" Putri bertanya memastikan.

"Kan, mereka emang deket. Bodo, lah gue gak mau mikirin, masih ada Sehun di depan mata." Salsa menjawab dengan acuh.

"Mimpi lo! Sehun punya gue!" Siska berteriak kencang.

"Heh jangan maruk lo! Sehun punya gue!" balas Salsa tak mau kalah.

"Heh, udah diem! Berantem mulu sih!" Putri mengehentikan pertengkaran yang sebentar lagi akan tercipta di antara Siska dan Salsa.

Siska dan Salsa akhirnya diam sambil mengucapkan sumpah serapah di dalam hati mereka masing-masing.

"Lo gimana, Put? Apa rasanya gebetan diambil sahabat sendiri?" celetuk Dita.

Putri memang mempunyai seorang gebetan, tetapi malah direbut oleh sahabatnya sendiri. Tentu saja bukan di antara mereka. 

"Plat Jakarta, b aja," jawab Putri cuek.

"Nyesek kali, tuh!" balas Siska dan Salsa lalu mereka tertawa kencang.

Tak terasa mereka sudah sampai di depan gerbang SMA Garuda.

"Gue duluan, ya semuanya!" pamit Dita sambil melambaikan tangan, kakak laki-lakinya sudah menjemput, mereka hanya membalas dengan anggukan dan lambaian tangan.

"Eh, itu sopir gue. Gue duluan ya, Sis, Put," ucap Salsa saat melihat mobil yang familer baginya mendekat.

"Dadah, Sal." Siska melambaikan tangannya.

"Dadah, Sa."

Setelah itu mobil yang ditumpangi Salsa melaju meninggalkan  mereka.

"Lo di jemput siapa, Put?" Siska bertanya saat hanya tersisa dirinya dengan Putri.

"Di jemput Mamㅡ eh, itu Mama gue." Tunjuk Putri saat melihat mobil berwarna merah mendekat ke arah mereka.

"Lo mau bareng gak?" Putri sudah tahu jika kebiasaan sahabatnya itu selalu berangkat dan pulang sekolah menggunakan angkutan umum.

"Enggak usah, makasih, Put. Salam aja buat Mama lo." Siska menolak dengan halus tawaran Putri.

"Beneran?" Putri bertanya memastikan.

"Iya," jawab Siska dengan senyum manis di bibirnya.

"Oke, bye!" Putri melambaikann tangannya lalu masuk ke dalam mobil.

"Bye!" Siska melambaikan tangan diiringi dengan senyumnya.

Saat mobil Putri sudah tak terlihat, sebuah motor ninja merah berhenti di depannya secara tiba-tiba.

"Naik," titah pengendara motor tersebut dengan nada dingin dan tak ingin dibantah.

Mendengar nada bicara itu membuat Siska bergidik ngeri dan langsung menaiki motor ninja merah itu, setelah sebelumnya memakai helm yang diberikan pada seseorang yang menyuruhnya menaiki motor merah itu.

Saat Siska sudah menaiki motor merah tersebut, motor itu langsung melaju dengan cepat di tengah-tengah jalanan beraspal yang sedang ramai-ramainya.

Tubuh Siska langsung terjatuh ke punggung lebar milik Raga. Satu tangan Raga menarik tangan Siska untuk memeluk pinggangnya erat.

Semakin lama kecepatan motor itu semakin bertambah di atas jalanan beraspal rata itu.

"Raga, pelan-pelan ih!" teriak Siska pada sang pengendara motor yang sedang memboncengnya saat ini.

Ya, seseorang itu adalah Raga Dirgantara, kekasih Siska.

Raga tidak mengindahkan
pertanyaan Siska. Ia malah semakin menaikkan kecepatan motornya.

"Raga, kalo kamu mau mati jangan ngajak-ngajak aku! Aku masih mau hidup!" Siska berteriak kencang, tangannya semakin mempererat pelukannya di pinggang Raga.

"Aku gak mau ajak kamu mati, Sayang," jawab Raga sambil terkekeh.

"Pelanin motornya kalo gak mau ngajak aku mati!"

Akhirnya Raga memelankan laju motornya menjadi kecepatan sedang. Siska bernafas lega saat Raga memelankan laju motornya.

"Kita mau ke mana, sih? Ini bukan jalan ke rumah aku." Siska sadar, ini memang bukan jalan menuju rumahnya.

"Kita ke Mall, gimana? " tanya Raga.

"Margonda City!" jawab Siska.

"Oke." Raga mengangguk lalu kembali menambah laju motornya.

Sesuai keinginan Siska, Raga membawa Siska menuju  Margonda City.

Siska bilang ia ingin membeli kopi di salah satu coffe shop yang saat ini namanya tengah tren di kalangan anak muda, Raga hanya mengiakan, mengikuti ke manapun gadisnya pergi. Hingga akhirnya di sinilah mereka sekarang, duduk di salah satu kursi di dalam coffe shop tersebut.

Siska memesan dua minuman, satu untuknya dan satu untuk Raga. Setelah menuntaskan keinginannya, Siska mengajak Raga untuk menonton bioskop.

"Mau nonton apa, Ga?" Siska bertanya saat ingin memesan tiket bioskop.

"Terserah kamu aja," jawab Raga acuh.

"Aku mau danur dua ya, Ga," ucap Siska yang hanya dibalas gumaman dari Raga.

Siska memesan dua tiket film horror yang akan mereka tonton, ia memilih kursi nomor 8A dan 8B di ruang teater tiga.

"Udah nih, Ga," ucap Siska sambil menunjukan dua tiket yang besambungan.

Raga hanya diam saja. Mata tajamnya memperhatikan sekeliling. Siska? Ia sudah biasa dengan kelakuan Raga yang memang sudah dihapalnya di luar kepala.

"Raga, aku mau popcorn, tapi males diri," rengek Siska setelah hening beberapa saat. Posisi Siska saat ini sedang duduk lesehan di karpet dekat ruang teater 3.

"Gak mau diri gak usah beli," balas Raga cuek tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel miliknya, Raga berada di sampingnya saat ini.

Siska hanya mengerucutkankan bibirnya dan mencibir pelan.

Emang dasar gak peka! Gue tuh minta dibeliin, Raga, pikir Siska nelangsa.

Akhirnya Siska menyerah dan mulai membuka ponselnya. Begitu banyak notifikasi saat ia menyalakan ponselnya.

Lalu tiba-tiba ponselnya bergetar dan menampilkan ikon telepon. Id call-nya bernama Fajar.

Dengan cepat Siska mengangkat telepon dari Fajar tanpa bergeser sedikitpun dari Raga.

"Halo, Fajar."

"Halo, Siska, lo di mana? Katanya mau ngerjain tugas di rumah lo, tapi lo belum pulang, Mami lo bilang juga lo gak izin pergi."

Aduh mampus gue! batin Siska.

Guru Bahasa Inggrisnya tadi memang menyuruh murid kelasnya untuk merangkum buku paket bahasa Inggris yang tebalnya sama dengan tupperware milik maminya. Sangat tidak wajar memang, bisa-bisa tangannya copot jika menulis seperti itu sendirian, tetapi untungnya Bu Zulfa, guru Bahasa Inggrisnya, menyuruh mereka untuk mengerjakan dengan satu orang teman, dan itu juga ditentukan oleh Bu Zulfa. Kebetulan Siska berpasangan dengan Fajar yang sudah dikenal Siska sejak SMP. Tetapi, tetap saja tidak wajar.

"Aduh, Jar, maaf ya, gue lagi di rumah Dita, ada urusan perempuan."

"Jadi, gimana ngerangkumnya? Lo tau, kan ngerangkumnya gak sedikit?"

"Gimana kalo besok di sekolah? Gue dateng pagi-pagi deh."

"Ya udah deh, awas aja besok sampe telat lo!"

"Iya enggak, gue janji."

"Oke."

"Oke. Gue tutup ya Jar, bye! "

"Hm."

Tut

Sambung telepon terputus. Siska langsung melihat ke arah samping, di mana Raga berada. Di sampingnya, Raga masih memainkan ponselnya, tetapi dengan dua popcorn dan dua minuman soda di depannya.

Ah pacar gue emang yang terbaik, pikir Siska sambil tersenyum.

Tiba-tiba senyum Siska pudar saat melihat Reva berjalan ke arahnya dan Raga sedangkan Raga sepertinya tidak menyadari akan kehadiran Reva.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

13.4K 782 10
[Geminifourth area ✔️] END!! BELUM REVISI TYPO BERTEBARAN!! Fourth dan frame adalah saudara kembar' yang memiliki berbagai perbedaan,frame naksir den...
15.6M 492K 55
Sudah di terbitkan oleh Novelindo Publishing!! Berawal dari penjualannya oleh tantenya sendiri. Racel harus terlibat dalam dunia gelap milik Axel. la...
5.3M 241K 48
Mau baca cerita yang bikin kalian baper terus nangis, nah cocok banget nih. Yuk langsung aja baca cerita ini. Mungkin semua perempuan bahagia bi...
4.4M 185K 48
On Going ❗ Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan yang tak s...