G and Al

By Prabhaditha

188K 1.6K 99

Ini tentang dia yang mencintai tapi tak dicintai... juga tentang dia yang terlambat menyadari cinta ... dan d... More

VISUAL TOKOH
P R O L O G
S A T U
D U A
T I G A
E M P A T
E N A M
T U J U H
D E L A P A N
S E M B I L A N
S E P U L U H

L I M A

3.2K 124 5
By Prabhaditha

Happy Reading🖤

***

Typo Berserakan!!!

Semoga part ini rame:)






Alan keluar dari kamar dengan handphone yang menempel ditelinga kanannya. Kakinya terus melangkah menuruni anak tangga sembari menunggu panggilan telfon diterima.

"Alan"

Satu panggilan terdengar saat langkahnya melewati ruang tengah. Alan hanya melirik sekilas tanpa berniat menjawab panggilan tadi.

"Kamu mau kemana?"

Alan menghentikan langkahnya tepat saat panggilan telfonnya diterima. "Setengah jam lagi gue sampai" Ucapnya sebelum memutuskan panggilan telfon.

"Kakak tanya kamu mau kemana, Al?"

Alan mendengar suara langkah kaki mendekat ke arahnya. "Bukan urusan lo" Sahutnya dengan nada dingin.

"Hat~~"

Ucapan wanita di belakang Alan terpotong saat Alan melangkah keluar rumah tanpa mengucapkan kata pamit.

"Hati-hati,Al" Lirih wanita itu saat melihat tubuh adiknya hilang dibalik pintu rumah.

Tanpa merasa bersalah dengan sikap kasarnya tadi, Alan masuk kedalam mobil hitamnya saat pintu pagar telah di buka oleh satpam rumah.

Mobil Alan melaju membelah jalanan sore kota Jakarta dengan kecepatan yang cukup tinggi. Beberapa menit berlalu tiba-tiba benda pipih yang berada di saku celananya bergetar.

"Hm?"

"Gue titip batagor depan komplek lo ya?"

"Ck! Gue udah setengah perjalanan"

"Gue kira lo baru jalan, yaudah gak jadi"

Alan bergumam pelan saat Gaffin memutus sambungan telfon mereka, kini pandangannya fokus ke arah depan, setelah memastikan jarak kendaraan di belakang dan di depannya cukup jauh, satu tangan Alan bergerak membanting stir ke kiri memutar balik arah mobilnya.





🍂🍂🍂


"Yang lain mana?"

Naren yang sedang asik memainkan senar gitar menoleh ke asal suara.

"Yang lain masih dijalan, bentar lagi juga sampai" Naren kembali fokus dengan gitar dipangkuannya.

"Lo bawa apa?"

Alan meletakan dua kantong plastik hitam di atas meja. "Gaffin minta batagor" Sahutnya.

"Batagor depan komplek lo?" Naren menyerahkan gitar dipangkuannya pada Alan, lalu ia dengan semangat mengambil satu porsi batagor yang Alan bawa.

"Kenapa lo beli banyak banget?" Heran Naren setelah menghitung porsi batagor di dalam kantong plastik.

"Buat lo sama yang lain juga, Leo, Zion sama anak-anak futsal hari ini ikut gabung"

Suapan Naren menggantung di udara. "Anak-anak futsal? Lah,gue kira cuman Leo sama Zion aja"

"Baca grup"

Naren mengangguk, setelah mengucapkan satu potong batagor kedalam mulutnya, tangan Naren mulai bergerak mengotak-atik Handphonenya.

"Gaffin telah dateng, dia baru balik dari bandara" Ucap Naren dengan pandangan yang masih fokus pada layar handphonenya.

Alan mengembalikan gitar pada tempatnya. Lalu beralih mengambil handphone di saku celananya.

"Palingan abis jemput Om Rian"

"Mungkin" Sahut Alan setelah menyimpan kembali handphonenya.

"Eyo,Man..."

Empat remaja laki-laki datang bersamaan menghampiri Alan dan Naren, mereka melakukan tos ala remaja pada umumnya sebelum mengambil posisi duduk.

"Udah dari tadi?" Tanya laki-laki bermata sipit yang duduk di sebelah Naren.

"Gak juga" Naren menyuapkan satu potong batagor pada teman disampingnya.

"Leo mana?" Tanya Naren setelah,Zion menerima suapan batagor darinya.

Zion menunjuk ke arah dapur warkop. "Lagi ngurus makan sama minuman buat kita"

"Enak juga nongkrong di warkop punya temen sendiri" Ken, laki-laki berambut ikal itu tertawa hingga memperlihatkan dua lesung pipinya.

"Gue bawa batagor, makan gih" Alan menunjuk bungkusan batagor di atas meja.

Zion dan Ken tersenyum cerah , keduanya tanpa malu-malu mengambil satu porsi batagor.

"Kevin sama Damar nge-game mulu, buka mulut dong lo berdua"

Ken menyenggol lengan Kevin. "Stop dulu game lo,monyet!"

"Lo juga" Zion menoyor kepala Damar.

"Gila ya lo! Jangan noyor dong" Kesal Damar.

Naren tertawa lepas melihat ekspresi kesal Damar. "Asli, Zion pasti ketularan Gaffin yang suka noyor-noyor kepala orang"

"Sorry telat"

Kepala keenam remaja itu bersamaan menoleh ke asal suara. "Setan lo? Gak ada suara ,gak ada getaran tiba-tiba berdiri disitu aja" Heran Ken.

"Pindah di deket pohon" Tampa membalas ucapan temannya, Rio melangkah menuju meja lesehan di depannya.

"Gaffin sama Leo mana?" Tanya Rio saat semua temannya telah duduk di satu tempat bersamanya.

"Itu Leo" Tunjuk Naren pada seorang remaja laki-laki yang melangkah mendekat ke arahnya dengan membawa dua nampan besar.

"Gaffin bentar lagi sampai" Sahut Alan setelah meletakkan handphone di atas meja.

"Bantuin dong! Malah diliatin aja" Leo berdecak kesal saat teman-temannya hanya diam saat melihat kesulitan meletakkan nampan minum dan cemilan di atas meja.

"Lo gak minta tolong" Sahut Damar acuh.

"Duduk-duduk" Alan menarik tangan Leo untuk duduk di sebelahnya.

"Thank,Man" Rio mengangkat dua cup hot coklat kesukaannya yang di balas anggukan kecil oleh Leo.

"Lah, Rio gak bisa ngopi?" Tanya Kevin.

"Aduh!" Kevin mengaduh kesakitan saat Ken menyentil daun telinganya.

"Kemana aja lo, monyet!" Ken terlihat gemas dengan keterlambatan kinerja otak Kevin.

Perdebatan antara Ken dan Kevin menjadi tontonan gratis bagi kelima temannya yang lain.

Zion dan Damar tertawa terpingkal-pingakal saat Ken menoyor kepala Kevin berkali-kali. Naren dan Leo sesekali tertawa sembari menikmati kopi merek. Sedangkan Alan dan Rio mengambil alih handphone Damar dan Kevin, mereka berdua mengambil alih permainan dua temannya.

"Hay bestie!!!...." Tiba-tiba suara lantang milik Gaffin terdengar.

"Berisik lo banci" Ketus Rio.

"Untung gak ada pelanggan lain disini" Naren menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan keberadaan satu pelanggan lain.

"Minggir!"

Gaffin dengan kasar mendorong Zion menjauh agar bisa duduk di sebelah Rio.

"Minta ditampol banget ni orang" Kesal Zion sambil bergerak menggeser duduknya.

Kesembilan remaja itu terlihat duduk melingkar dengan dua meja pergi di tengah-tengah mereka.

"Lo jadi beliin gue batagor?" Gaffin tersenyum senang saat melihat bungkusan batagor kesukaannya.

"Beliin?" Alan mengangkat satu alisnya."Ganti uang gue"

Gaffin mendengus, tangannya menarik kasar kantong plastik di atas meja. "Gue bayar 10 kali lipat"

Kesembilan remaja itu menikmati makanan dan minuman yang tersaji diselingi tingkah kocak Gaffin dan Ken, keributan dan perdebatan sesekali terdengar namun tak lama diganti dengan tawa lepas dari mereka.

"Bhaaa...hahhaaa...hahhaaa"

"Anjing, suara apaan tu!?" Kaget Gaffin.

"Udah jam sepuluh,kita pulang" Rio mematikan alarm Handphonenya.

"Ketawa Gaffin lo jadiin alarm?" Heran Leo.

"Bukan cuma suara ketawa Gaffin, suara ketut Gaffin pernah dia jadiin nada dering telfonnya" Sahut Naren.

"Itu tanda cinta Rio, suara kentut gue aja dia suka dengernya" Kedua alis Gaffin bergerak naik-turun menggoda Rio.

"Bacot, Cepet pulang"

"Kdrt lo!" Gaffin mengaduh kesakitan saat Rio menyentil dahinya.

"Tunggu, sebelum pulang gue mau kasi tau besok team lawan ada anggota baru." Kalimat Leo menghentikan gerakan Rio yang akan beranjak dari duduknya.

"Mainnya gak kaleng-kaleng" Sambung Damar.

"Lo pernah liat orangnya?" Tanya Naren.

Damar, Ken, Zion dan Kevin mengangguk bersamaan. "Tadi kita sempet liat mereka latihan" Sahut Kevin.

"Na~~"

"Yang penting kita main yang bener besok, gak usah mikirin dia mainnya sehebat apa" Alan memotong pergerakan bibir Naren.

"Kita pulang sekarang, besok jam sepuluh gue tunggu di ruang futsal" Ucap Rio sambil beranjak dari duduknya.

Alan dan Naren berjalan paling depan. Leo,Kevin dan Zion yang bejalan di belakang mereka sibuk membicarakan nama anggota team lawan mereka besok.

"Besok gue jemput?" Tanya Gaffin pada Rio.

Rio diam seolah tak menganggap Gaffin mahluk kasar mata, pandangan Rio kini fokus pada benda pipih di genggamannya.

"Seinget gue namanya Alva"

"Siapa?" Tanya Gaffin saat mendengar percakapan teman di depannya.

"Besok gue yang jemput lo" Rio tiba-tiba merangkul Gaffin.

"Siapa,Vin? Gue gak denger tadi" Tanya Gaffin ulang.

Gaffin berdecak kesal saat Kevin tak membalas pertanyaan. "Lo sih! Gue jadi gak denger Kevin ngomong apa" Gaffin melepas paksa rangkulan tangan Rio pada bahunya.

"Ren! Tungguin gue" Gaffin melangkah lebar menyusul langkah Naren yang cukup jauh di depannya.



🍂🍂🍂

"Bentar,setan! Ini gue keluar sekarang"

Gaffin melangkahkan menuruni anak tangga dengan bahu kanan yang terangkat menahan Handphone di telinganya.

"Ra, botolnya tolong diisi air" Gaffin melempar botol minum di tangannya ke arah Gaura yang duduk di kursi meja makan.

Gaura berdecak, namun gadis itu tetap bergerak menuruti permintaan kakaknya. Gadis itu menatap lekat botol minum di tangannya sembari melangkah menuju dapur.

"Sarapan dulu,Fin"

Gaffin menggeleng membalas suara yang berasal dari meja makan. "Gaffin udah telat,Pa"

Rian, mengalihkan pandangannya dari iPad yang berada di atas meja makan. Pria paruh baya dengan rahang kokoh dan wajah tampan itu menatap lekat putra sulungnya.

"Nanti Gaffin makan di jalan, Rio bawain sarapan" Ucap Gaffin saat melihat tatapan mata Papanya.

"Kamu di jemput Rio?"

"Iya, gantian dia yang jemput hari ini"

Gaffin berdecak kesal saat handphone kembali berdering. "Ra, lama banget lo ngisi air doang"

"Isi sendiri kalau mau cepet" Sahut Gaura saat sampai di meja makan.

Gaffin mengambil alih botol minum di tangan Gaura, lalu mencium tangan kanan Rian.

"Gila ya lo!" Teriak Gaura saat rambutnya terasa ditarik.

"Gaffin berangkat!!!" Gaffin berlari keluar rumah sebelum mendapatkan amukan dari adiknya.

Sesampainya di luar rumah Gaffin membuka pagar rumahnya dengan gerakan cepat.

"Pusing gue lo suruh cepet-cepet gini" Kesal Gaffin setelah masuk ke dalam mobil Rio.

"Heh,setan! Pintu belum ketutup"

Rio kembali menghentikan mobilnya. "Cepet tutup"

Setelah pintu mobil tertutup,Rio kembali menginjak gas mobil. "Makan dulu"

"Mana?"

"Di belakang"

Tangan kanan Gaffin mengambil kotak makan yang berada di kursi penumpang belakang.

"Lo udah sarapan?" Tanya Gaffin sebelum menyiapkan roti kedalam mulutnya.

"Udah"

Suasana mobil berubah hening, Gaffin yang asik menikmati roti spesial buatan Rio, sedangkan Rio fokus dengan jalanan di depannya.

Setelah menempuh perjalanan kurang dari tiga puluh menit, mobil hitam Rio telah memasuki parkir sekolah.

"Kita tunggu Alan sama Naren dulu" Rio membuka kaca mobilnya sebelum mematikan mesin mobil.

"Mereka berangkat bareng?"

"Gak"

Kedua alis Gaffin bertaut saat melihat Rio sibuk dengan benda handphone di tangannya. "Lo akhir-akhir ini nempel terus sama handphone"

"Gak juga" Rio segera menyimpan handphonenya ke dalam tas.

Kedua mata Gaffin kini memicing, melempar tatapan curiga pada Rio."Terus itu apa? Gak biasanya lo pagi-pagi udah cek handphone"

"Geli banget gue liat muka lo" Telapak tangan kiri Rio mendorong wajah Gaffin menjauh.

"Woi!"

Gaffin dan Rio terkejut saat Naren tiba-tiba muncul. Satu sentil Rio berikan untuk sahabatnya itu.

"Sakit,tolol!" Naren mengeluarkan kepalanya dari mobil Rio.

"Siapa suruh ngagetin" Gaffin keluar dari mobil, lalu melangkah memutari mobil menghampiri Naren.

"Minggir" Rio memberi isyarat Gaffin dan Naren untuk mundur ketika sebuah mobil merah mendekat ke arah mereka.

"Mobil lo mana?"

"Gue bawa motor" Sahut Naren.

"Kenapa?"

Naren menoyor pelan kepala Gaffin. "Banyak tanya lo pagi-pagi"

"Sorry lama" Ucap Alan setelah keluar dari mobil.

Kini keempat remaja berparas malaikat itu melangkah beriringan menuju gedung sekolah.

Pemandangan pagi itu tak bisa di lewati oleh para gadis penghuni Soverdi, ada yang dengan berani memanggil nama Alan,Rio, Gaffin dan Naren, ada juga yang hanya tersenyum malu-malu saat melangkah melewati ke empat laki-laki itu dan juga ada yang hanya mampu memperhatikan dan mengagumi mereka dari jarak yang jauh.

"Kak Naren"

Satu suara membuat keempat laki-laki itu menghentikan langkah mereka.

"Iya?"

"Kakak suka susu strawberry kan?"

Dengan dahi berkerut bingung Naren mengangguk pelan.

"Ini buat kakak,Semangat nanti ya" Seorang siswa perempuan dengan malu-malu menyerahkan paper bag ke arah Naren.

Naren menoleh ke arah Rio, melempar tatapan curiga ke arah sahabatnya.

"Dia nanya kemarin, gue kasi tau" Sahut Rio saat mengerti tatapan Naren.

Naren kembali beralih pada gadis di hadapannya "Makasih ya.."

"Gue gak di semangatin juga nih?"

"Kak Gaffin, Kak Alan sama Kak Rio semangat juga ya"

"Makasih,cantik" Gaffin menepuk pelan puncak kepala gadis di depannya.

"Fin" Suara Rio tiba-tiba terdengar.

"Iis! Iya-iya" Dengus Gaffin kesal.

Alan dan Rio tanpa mengucapkan sepatah kata pun berbalik melanjutkan langkah mereka meninggalkan Gaffin dan Naren.

Para gadis menjerit tertahan melihat kedua laki-laki itu, kedua laki-laki itu berjalan tanpa ekspresi seolah menganggap tak ada satu pun orang di sekitar mereka.

Tak lama, Gaffin dan Naren berhasil menyusul langkah Alan dan Rio. Keempat laki-laki itu kembali menjadi pusat perhatian,mereka seolah memiliki magnet untuk menarik perhatian setiap orang di dekat mereka.

Seluruh siswa-siswi Soverdi begitu mengenal FF boys, julukan yang diberikan untuk empat laki-laki itu yang memiliki arti Fantastic Four.

Alan, Gaffin,Rio dan Naren, keempat laki-laki itu begitu di nilai sempurna oleh banyak orang. Mereka adalah gambaran kesempurnaan seorang laki-laki di mata seluruh penghuni Soverdi.

Keempat laki-laki itu memiliki sesuatu yang menakjubkan pada diri mereka masing-masing yang tidak dimiliki orang lain, entah itu secara fisik,sikap,materi hingga pola pemikiran mereka.

"Wihh, tumben gak telat lo semua" Suara tepukan tangan Gaffin bergema di seluruh penjuru ruang futsal.

Zion yang awalnya fokus merapikan tatanan rambutnya menoleh ke arah Gaffin. "Nanti kapten ngamuk lagi"

Tawa Gaffin tak tertahan saat Zion melirik Rio. "Gak sehat buat mental lo denger kata-kata pedes dari dia"

"Gak usah ngomongin gue, sekarang buruan siap-siap"

"Kevin,Damar" Panggil Rio.

Dua orang yang namanya dipanggil dengan cepat menyimpan asal handphone mereka.

"Gamenya lanjut nanti" Kevin dan Damar mengangguk patuh mendengar kalimat Rio.

"Aura hot daddy Rio udah ada sejak dini" Ucap Leo disela gerakannya melepaskan kaos hitam ditubuhnya.

"Hot daddy? Modelan iblis kayak dia mana mungkin jadi hot daddy" Celetuk Gaffin.

"Ssst! Demen banget lo mancing emosi singa" Ken yang sejak tadi diam akhirnya membuka suara.

"Woi"

Semua kini menoleh ke arah Naren. "Tangkep" Naren melempar susu kotak ke arah semua teman-temannya secara bergantian.

"Dari cewek tadi?" Tanya Alan.

Naren mengangguk. "Dia kasi gue susu banyak banget"

"Parah lo, hadiah orang malah dibagi-baiin"

"Dia ngasinya kebanyaan, yang ada kembung gue minum susu sebanyak ini" Naren menunjukkan isi paper bag ke arah Ken.

"Udah kan? Kita langsung ke lapangan"

Rio beranjak dari duduknya, di ikuti oleh yang lain. Kesembilan laki-laki itu keluar dari ruang futsal dengan tubuh dibaluti jersey maron kebanggaan mereka , dan satu tangan menenteng tas sepatu masih-masing.

Hanya butuh beberapa langkah untuk mereka sampai di lapangan futsal indoor milik sekolah.

Dua orang panitia lomba menyambut kedatangan mereka, lalu memberi pengarahan untuk jalannya pertandingan hari ini.

"Anggap semua lawan kita orang asing di lapangan nanti" Ucap Rio di sela gerakan tangannya mengikat tali sepatu.



























Hallo👋👋👋
Maaf jika ada banyak kekurangan didalam setiap kalimat part ini ya:)

Terimakasih🖤

VOTE AND COMENT

Continue Reading

You'll Also Like

248K 18.7K 43
Nara, seorang gadis biasa yang begitu menyukai novel. Namun, setelah kelelahan akibat sakit yang dideritanya, Nara terbangun sebagai Daisy dalam dun...
7M 47.9K 60
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
1.8M 59.8K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
649K 58.3K 54
⚠️ BL LOKAL Awalnya Doni cuma mau beli kulkas diskonan dari Bu Wati, tapi siapa sangka dia malah ketemu sama Arya, si Mas Ganteng yang kalau ngomong...