BERDETAK (Berakhir dengan Tak...

By Penjejak_Rasa

68.4K 13.5K 7.6K

♡[BERCERITA SEPENUH RASA]♡ 🌟Genre Cerita: General Fiction🌟 Follow dulu ya sebelum membaca Neira, seorang ga... More

{Tokoh Cerita}
02. Mengejutkan
03. Tak Terduga
Pemberitahuan!
♥Teruntuk Pembaca Aktif♥
"BERDETAK" Segera Kembali !!!
04. Keterpaksaan Rasa
05. Awal Takdir
06. Hidup indah yang tak terjamah
07. Cinta dan Luka
08. Penyesalan
09. Memilih Bertahan
10. Bersandiwara?
💓BERDETAK💓
11. Fakta Baru
12. Keanehan yang Mengherankan
13. Terulang, Kembali Mengenang
Menyapa
14. Masa Lalu
15. Alasan
16. Perubahan Seiring Waktu
17. Perlakuan Manis
18. Menghitung Detak Waktu
19. Ada Debar Karenanya
20. Sepercik Petang Mengusik Tenang
21. Mengurai Perasaan
22. Berserah Diri
23. Luapan Perasaan
24. Emosi yang Diuji
25. Suatu Kenyataan
26. Kepedihan Tak Tertahan
27. Luka dan Fakta
28. Terusik Kenangan
29. Sidang Mediasi
30. Konsekuensi
💕Apa Kabar?💕
31. Sidang Perkara Perceraian
32. Perihal Keresahan
33. Insiden Tidak Terduga
34. Titik Kebenaran
35. Mengurai Dalam Sepi
36. Terhempas Ketika Lepas
♥SEKUEL~BERDETAK♥
💕COVER SEKUEL BERDETAK #2💕
INFO PENTING BERDETAK 2
#Singgah❤
#Mohon Doa Restu💞
Baca di Kwikku

01. Ketidaksengajaan

6.5K 887 1K
By Penjejak_Rasa

"Barangkali benar, adakalanya ketidaksengajaan adalah awal cara takdir mempersatukan."

*****

Sore yang tenang di bawah pohon yang rimbun, masih tersisa basah hujan di dedaunan. Sangat tepat untuk melamunkan segala hal indah yang hanya mampu terjamah dalam angan. Gadis itu duduk di atas bongkahan kayu tepat di bawah pohon, pandangannya terlempar jauh ke awan pekat, menelisik pangkal hati tercekat duka yang terlewat.

"Huufth," Diembuskannya napas berat, mengusir lelah hati dan pikirannya sesaat.

Bruuuk! Terdengar suara benda berat terjatuh tidak jauh dari tempat ia duduk. Ia beringsut bangkit mencari sumber suara itu.

"Siapa di sana?" tanya Neira seraya mendekat ke tepi jurang. Ia meyakini di sanalah asal sumber suara yang membuyarkan lamunannya.

"Ya ampun!" Neira terkejut ketika melihat seseorang nyaris jatuh dari lereng gunung yang cukup curam itu.

"Bagaimana kau bisa jatuh?"

Lelaki itu mendongak, tetapi nyatanya tak berniat menjawab. Neira dapat merasakan aura datar sekaligus dingin pada kedua bola mata yang lurus menatapnya.

Neira mendengus melihat tatapan tak bersahabat itu. Jenis tatapan yang dibencinya.

Ia sepertinya tergelincir jatuh karena menginjak tanah yang longsor selepas hujan, batin Neira menduga.

"Apakah kau baik-baik saja?"
Neira kembali bertanya mencoba memecah kebisuan yang tak kunjung ada jawaban.

"Tunggu aku akan menolongmu," Neira terheran-heran dengan sikap laki-laki itu, tampak sebaliknya dari manusia normal umumnya, yang akan berteriak keras untuk meminta tolong jika situasi genting. Apalagi diambang kematian bukan?

"Tidak perlu!" jawabnya singkat dan keras dengan tatapan arogannya. Tubuhnya menggantung pada sebuah batang pohon, dengan kedua tangan mencengkramnya erat. Nyaris terjatuh.

Sontak jawaban itu membuat Neira terkesiap dengan sikapnya.

Bahkan saat seperti ini, ia masih saja enggan meminta bantuan seseorang untuk menyelamatkan nyawanya?!

Bagaimana bisa ada orang arogan semacam ini bertahan hidup di dunia?

GRECKK!!!

Tiba-tiba batang pohon yang landai ke sisi jurang itu patah. Tak mampu lagi menahan beban tubuh lelaki itu.

Jelas ia tidak akan mampu naik ke atas tanpa bantuan orang lain.

Tubuhnya terperosok sampai terhenti saat ia berhasil mencengkeram tonggak kayu di tepi jurang sebagai pegangan hidupnya. Ia merasakan kepedihan terlebih pada kedua tangan kekarnya yang tersayat krikil dan bebatuan.

Neira terbeliak menyaksikannya. Namun, nyatanya ia sama sekali diam, tidak tergerak untuk meminta bantuan setelah semua itu berlanjut.

Benar-benar congkak laki-laki ini.

Dengan langkah tergesa gadis itu kembali menuju tempatnya duduk untuk mengambil tali di dalam tas ransel yang telah dipersiapkan untuk kegiatannya saat itu.

Neira mengaitkan tali yang lumayan panjang itu pada sebuah batang pohon dengan erat. Lalu dibawanya ujung tali itu di dekat tepi jurang.

Gadis itu melongokkan kepala ke bawah "Peganglah tali ini!" perintah Neira dengan kemantapannya sembari dengan sigap menjulurkan tali tersebut kepada lelaki di bawah sana.

"Rupanya tidak ada pilihan lain!" gumam lelaki itu, tetap dengan wajah datarnya menerima juluran tali Neira.

"Kau pikir apa lagi yang kau bisa lakukan, hah? Sepertinya kau mulai bosan untuk hidup!" cecarnya dengan kegeraman yang menggelegak.

Bagaimana tidak? Saat ia dengan rela dan siaga untuk menolongnya. Justru ia yang sedang dalam situasi bagai telur di ujung tanduk, masih tampak berpikir dua kali untuk menerima bantuannya?

"Bergeraklah, pegang tali itu dengan erat, jika kau ingin selamat!"

Ia benci diperintah. Lalu sekarang gadis keras kepala itu berani memerintah dengan meriakinya? Jika bukan karena posisinya yang tak beruntung ia tidak akan pernah mau menuruti intruksi gadis itu.

"Ck, ya ampun...Ternyata ada manusia langka sejenis ini?" gerutu Neira.

Sedikit demi sedikit kaki laki-laki itu menanjak dan menolak sisi tebing. Dapat dipastikan kedua telapak tangannya memar. Ia terluka yang menimbulkan panas disertai pedih di sana.

Butuh waktu sangat lama, hingga akhirnya tangan lelaki itu berhasil menggapai puncak tepi.

Neira berjongkok lalu mengulurkan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya berpegangan pada tali itu.

Ia tergopoh-gopoh. Bersusah payah menarik tubuhnya, sebab berat tubuh laki-laki itu tak sebanding dengan tenaganya yang tidak cukup kuat untuk segera membawa lelaki itu naik ke atas dengan selamat.

Beberapa menit lamanya hingga kedua kaki laki-laki beranjak dari tepi dan berdiri dengan kelegaannya.

Tiba-tiba karena kaki Neira terkilir dan dia amat lelah membuat tubuhnya limbung seketika...

Namun, nyatanya tubuhnya tidak terjerembap menyentuh tanah. Wajah berpeluh keringat Neira yang pias itu menunjukkan ekspresi lega.

Neira bersyukur rupanya ada sebuah lengan kekar yang menahan tubuhnya.

Lengan kekar?! Sepertinya ia hampir melupakan sesuatu.

Sejurus kemudian ia melongak dengan kesadaran penuh.

Sepasang iris mata Neira tepat mamandang pada satu titik iris mata gelap pekat. Mereka saling menatap dengan jarak yang dekat.

Neira dapat memandang dengan jelas wajah tampan yang kini tepat di hadapan.

Apa yang dia lakukan?!

"Hei, lepaskan!" Perintah Neira agar laki-laki itu segera melepaskannya dengan maksud membantu menarik Neira untuk tegak berdiri kembali.

Namun yang didapatnya...

"Aww!" Pekik Neira kesakitan. Tubuh lelahnya telah terjerambap keras di atas tanah sebab tangan kekar yang menahan tubuhnya, seketika itu dengan cepat melerai pelukannya.

"Kau kira tidak sakit?" Bentak Neira dalam sorot mata yang tajam memandang laki-laki itu, dengan peluh lelah yang kembali luruh di wajahnya. Rahangnya mengetat menahan emosi.

"Kau..." ucap Neira meringis di ujung kalimatnya menahan sakit saat telapak tangan kanannya menyentuh siku kirinya yang terasa pedih karena terluka.

"Beginikah caramu membalas orang yang telah menolongmu?" tambahnya dengan nada geram setelah bangkit perlahan.

"Aku tidak sengaja," jawab ringan laki-laki itu, lalu berniat melenggang pergi.

"Hei berhenti!". Ucap Neira. "Kau ini sangat keterlaluan!" geramnya lagi. "Bukankah seharusnya ada yang kau ucapkan sebelum pergi?"

Bukankah seharusnya ia meminta maaf atas kekacauan yang ia buat? atau paling tidak berterima kasih kepadaku?

"Aku tidak merasa berutang budi. Aku bahkan tidak mengemis pertolongan darimu." Lelaki itu tergelak sinis di ujung kalimatnya tanpa merasa berdosa telah menyebabkan orang yang telah menolongnya terluka.

"Dasar orang tidak tau diuntung dan tidak punya sopan santun" gerutunya lagi, penuh kekesalan. Anak kecil saja tahu cara menghargai orang yang memberinya permen.

"Apakah aku harus mengucapkan terima kasih?" ucap lelaki itu dengan nada mengejek, posisi tubuhnya masih membelakangi Neira.

"Lupakan!" bentak Neira, dengan raut wajah memerah, bukan karena malu melainkan menahan amarah. "Lelaki menyebalkan!"

"Kuharap ini kali terakhir!" gerutunya kemudian meninggalkan lelaki itu, dengan langkah keras, beringsut menyusuri setapak jalan di lereng gunung itu.

Ditengah jengkelnya tetapi tetap tidak disangkal Neira jika laki-laki tadi lumayan tampan. Ralat, sangat tampan bahkan Neira saat menatapnya sempat terpesona sebelum akhirnya tersadarkan oleh sikap dan tutur kata laki-laki itu. "aku pasti sudah hilang akal sampai memujinya," geramnya, masih mengingat kejadian tadi.

Sebenarnya sangat disayangkan bagaimana bisa ada seorang laki-laki yang rupawan. Namun, bertingkah menyebalkan bahkan terkesan tak berperasaan ditambah lagi sikapnya tidak sopan, apalagi terhadap orang yang tidak dikenal.

Neira merutuki kesialannya karena telah berjumpa dengan manusia sepertinya, ah lupa bahkan menolongnya.

Kenapa aku beberapa bertemu laki-laki menyebalkan semacam ini? sesalnya dalam hati. "Aaa sial!" gumamnya frustasi.

TBC...

Revisi, 1 Februari 2020❤

Salam!
~
'BERDETAK' : Berakhir dengan Takdir.
~

Semoga 'berdetak' selalu di jantung kalian, karena sebuah rasa yang tak mampu diluapkan.😅

>%%%<

Hai kawan semua gimana ceritanya?
Lanjut nggak nih?
Setelah baca jangan lupa kasih vote dan komen ya... 😉
Terima kasih 😍

Continue Reading

You'll Also Like

STRANGER By yanjah

General Fiction

233K 26.3K 33
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
37.2K 3.1K 50
Tak ada yang tak mungkin di dunia ini. Sepucuk kertas yang kutulis dengan torehan tinta sederhana mampu merubah kenyataan hidupku. Aku selalu dan aka...
2K 1.1K 44
Terlahir dari keluarga sederhana tak menciutkan nyali seorang pemuda bernama lengkap Fadil Jalaluddin Ikhsan untuk bermimpi menjadi seorang Automotiv...
369 59 6
Kelopak bunga memiliki fungsi untuk melindungi. Namun, tidak semua bunga memiliki kelopak bunga. Ruellia merasa namanya bukan hanya sekedar nama seb...