Perfect Love

By Shinta_Agatha

25.1K 861 74

(Sequel Marriage With Mr. ARSENIO) Ini kisah cinta yang sedikit rumit, awalnya Keina pikir dengan menyetujui... More

Prolog
Part 1. Arkan Aglerino
Part 2. mengenalkan Keina
Perfect Love||Part 3
Perfect Love||Part 4
Perfect Love||Part 6
Perfect Love||Part 7
PerfectLove||Part 8

Perfect Love||Part5

1.9K 77 2
By Shinta_Agatha

Mobil berwarna hitam itu sudah terparkir di halaman rumahnya, Arkan membuka sabuknya, sementara itu Keina masih diam di dalam mobil ada rasa ragu untuk turun dari mobil Arkan, lelaki itu menyadari Keina yang kini masih terdiam.

"Kau kenapa?" Tanya Arkan mulanya ia ingin keluar lebih dahulu, tetapi karena melihat Keina terus diam akhirnya Arkan memutuskan untuk tidak turun dari mobil.

"Apa ini tidak keterlaluan?" Arkan mengerutkan keningnya, Keina berkata dengan resah. "Membohongi kedua orangtuamu, apa kita harus melakukan sandiwara ini?" Tanya Keina dengan ragu, Keina memang menyetujui tawaran Arkan namun disisi lain ia ragu, apa semuanya akan berjalan dengan lancar? atau malah berjalan dengan buruk, selama hidupnya ia tidak pernah membohongi orang lain, selama ini Keina hidup dengan tenang tidak seperti sekarang karena ia malah harus terlibat kedalam sandiwara yang Arkan tawarkan.

"Keina, aku sudah menegaskan sebelumnya, bahwa kau cukup menjadi kekasihku, jangan memikirkan apapun, membohongi orangtua memang tidak baik, namun ini semua aku lakukan Karena demi kebaikan, dan aku harap kau tidak akan menarik kembali perkataanmu itu, ku Mohon." Arkan terdengar memohon, lama saling diam hingga nafas keduanya di buang dengan kasar.

"Baiklah, kalau begitu apa saja yang harus aku lakukan Arkan? Sebelumnya aku memang tidak pernah berpacaran." Benarkah Keina tidak pernah pacaran? Arkan sedikit ragu dengan itu, mana mungkin Keina belum pernah pacaran lalu bagaimana dengan para lelaki yang ia kunjungi di bar, mungkin kan jika mereka itu pacaran, atau mungkin hanya cinta satu malam? Batin Arkan terus menyelidik.

"Hmmm begini Keina, kau hanya perlu menuruti semua apa kataku, selebihnya nanti kita bicarakan lagi." Ujar Arkan.

Keina mengangguk, "Baiklah." Setelah mendengar itu Arkan segera keluar dari mobilnya lebih dulu, dan mau tak mau akhirnya Keina mengikuti Arkan, Keina hanya mengikuti langkah Arkan dari belakang, rasa gugup menghampirinya, disini Keina hanya ingin membantu dengan kata lain membalas budi Arkan yang telah banyak membantunya, Keina harus bisa ini keputusannya tidak mungkin bukan jika tiba-tiba Keina membatalkannya itu malah akan membuat Arkan kecewa.

Keina sudah masuk kedalam rumah Arkan, ia mematung semakin ragu untuk masuk, tampaknya Arkan menyadari keterdiaman Keina, lelaki itu berbalik lalu menarik lengannya membuat Keina terkejut, dan Arkan benar-benar menggengam tangannya.

"Keina." Suara itu mampu membuat keduanya terdiam, Kira menatap putranya yang sedang bergandengan tangan, "Ahh nak kenapa baru kemari?" Keina di peluk begitu saja, membuat tautan tangannya dengan Arkan saling terlepas, awalnya canggung namun melihat sifat Ibunya Arkan yang begitu penyayang membuat Keina malah menyunggingkan senyuman, disini ia merasa di cintai di peluk oleh seorang Ibu untuk pertama kalinya dalam hidupnya.

Arkan hanya menatap sesaat, dia senang melihat Ibunya yang mulai menyukai Keina, dan ini bagus dengan kehadiran Keina Ibunya akan lupa kepada gadis yang sering pakai cara untuk di jodohkannya, syukurlah ia menemukan orang yang tepat seperti Keina.

"Oh yah apa kau sudah makan?"

"Ah anu... aku..."

"Sudahlah Kalau begitu ayo makan nak, kebetulan Ibu sudah memasak untuk makan malam." Belum sempat Keina melanjutkan jawabannya Kira sudah menarik tangannya, Keina sempat menatap Arkan, dan lelaki itu memberi isyarat untuk mengikuti apa kata Ibunya hingga mau tak mau akhirnya Keina mengikuti langkah Kira Ibunya Arkan.

Beberapa hidangan sudah menjejer disana, Keina masih diam, menatap Arkan yang kini sudah mulai mengambil makanannya, untuk kedua kalinya Keina berada di tengah-tengah keluarga hangat ini, ia sangat bersyukur bukan bersyukur mendapatkan makanan enak, melainkan bersyukur karena ia bisa merasakan bagaimana indahnya kebersamaan bersama keluarga, walau dirinya sadar jika ini bukan keluarganya.

"Dimakan Keina, ini masakan Ibu yang buat lho." Keina hanya tersenyum lalu mencicipi.
Tiba-tiba Arkan mengerutkan keningnya, begitu juga Arsen.

"Kenapa?" Tanya Kira kepada suami dan putranya. Keduanya saling berpandangan lalu Arkan lebih dulu menyimpan sendoknya.

"Kenapa sayang?"

"Berapa sendok garam yang kau masukan?" Tanya Arsen, Kira mengira-ngira.

"Hmm.. tiga sendok kalau gak salah."

"Astaga, pantas saja asin." Ujar Arsen, Kira terkikik, dari dulu memang selalu keasinan kalau memasak.

"Ya maaf, ya sudah jangan di makan biar kita pesan saja makan malamnya." Ucap Kira kecewa, namun semua terdiam saat menatap Keina yang tampak tidak terganggu dengan perbincangan mereka, dan lebih mengejutkannya lagi Keina sama sekali tidak keberatan dengan masakan Kira gadis itu lahap memakannya.

"Eh.. Kenapa ya?" Tanya Keina ketika sadar ia tengah di tatap oleh tiga orang itu.

"Keina, kau tidak merasa keasinan?" Tanya Arkan, Keina menggeleng.

"Ini enak, asinnya pas dan aku suka." Ucapan Keina membuat Kira mengembangkan senyumnya.

"Kau memang menantu idaman, selera kita sama sayang, ya Tuhan senang rasanya, kalau begitu makanlah nak habiskan." Ucap Kira senang, sementara Akan, dan Ayahnya menatap kedua perempuan itu yang tengah asik memakan masakannya tanpa terganggu apapun.

"Arkan Ayah tidak pernah menyangka, jika kau mencari calon istri yang seperti ibumu, sama-sama selera asin, dan Ayah yakin jika masakan Keina juga akan ke asinan." Bisik Arsen kepada putranya.

"Biarlah, yang penting Ibu senang aku suka melihat Ibu bangga dengan masakannya, dan ku rasa Ayah memang harus belajar menerima maskan Ibu." Arsen menatap putranya ada ketidaksukaan disana.

"Kalian pikir Ibu tidak mendengar, jangan bicara terus cepat makan." Gerutu Kira, ternyata Kira mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Iya sayang ini aku makan." Ucap Arsen pada akhirnya, lalu menyantap makanan buatan istrinya, walau rasanya ingin muntah tetapi Arsen mencoba menikmati.

"Nah itu baru suamiku, yang menghargai masakan istrinya." Kira tersenyum manis.

"Seburuk apapun masakanmu, aku memang menyukainya." Bisik Arsen dengan berdusta membuat Kira tersenyun, lalu selanjutnya mereka berdua saling suap-suapan, sementara Keina dan Arkan menatap dengan senyuman mungkin ini sudah tak asing bagi Arkan, tetapi bagi Keina ini asing ia benar-benar bahagia berada di tengah keluarga harmonis ini, andai saja orangtuanya seperti ini, tetapi itu tidak akan pernah terjadi.

***

Keina tengah mencuci piring kotor bekas makan malam tadi, ia melakukannya dengan begitu senang, tidak enak juga toh jika Keina hanya numpang makan karena itu Keina memilih membantu mencuci piring, walau Ibunya Arkan sempat melarangnya namun Keina tetap kekeuh dia ingin, dan ia sama sekali tidak keberatan.

"Kalau sudah selesai aku tunggu di ruang tamu." Suara itu mampu membuat pergerakan tangan Keina terhenti, ia terjenghak menatap Arkan yang kini tengah ada di sampingnya lelaki itu tengah membuka kulkas, sepertinya lelaki itu baru saja mengambil minum.

Keina hanya mengangguk, dan ia lihat Arkan sudah berlalu dari sampingnya sejenak Keina membuang nafas dengan perlahan,
Kenapa Arkan menyuruhnya ke ruang tamu? Apa akan ada hal yang akan di bicarakan?

Keina sudah mencuci bersih kedua tangannya, semuanya sudah selesai, dengan segera Keina menunju ruang tamu. Pandangan matanya terarah kemana-mana, Keina pikir hanya ada Arkan tetapi Ayah dan Ibunya juga berada disana, Keina bergetar kira-kira apa yang akan mereka bicarakan.

"Duduk Keina." Pinta Arsen, Keina segera duduk di sebelah Arkan.

"Nah, Keina sudah ada disini jadi, apa yang akan kau katakan Arkan?" Ucap Kira menatap putranya. Keina menatap tak mengerti lalu pandangannya bertemu dengan Arkan, Arkan memberanikan diri, tangannya meraih jemari Keina membuat Keina sedikit terkejut.

"Aku sudah menemukan pilihanku." Ujar Arkan, jantung Keina berdebar apa ini awal dari sandiwaranya.

"Lalu?" Kira kembali berkata.

"Ijinkan aku memilih bersama pilihanku, Keina benar-benar sudah cocok untukku." Ucap Arkan ada sedikit keraguan menyebutkan kata demi katanya, Keina berkali-kali menelan salivanya, dia bergetar.

"Apa kau benar-benar menyukai putraku Keina?" Kali ini Keina lebih terkejut, apa yang harus ia jawab. Arkan meremas jemari Keina dengan lembut.

"Aku.."

"Dia sangat menyukaiku, kalau tidak mana mungkin kami pacaran." Kali ini Arkan menjawab, kedua orangtuanya tersenyum membuat Keina membuang nafas dengan lega.

"Baiklah, kau berhasil meyakinkan kami Arkan, kalau begitu jalani hidupmu kali ini kami tidak akan memaksa untuk menjodohkanmu." Ucap Kira, hati Arkan bersorak tentu saja ia bahagia, akhirnya ia bisa terlepas dari ancama yang beberapa hari ini selalu menakutinya. Akhirnya, aku bebas. Batin Arkan

***

Keina bangkit dari duduknya, dan Arkan mengikuti Keina dengan berdiri di sebelahnya. Hanya ada mereka berdua.

"Kau mau kemana Keina?" Tanya Arkan, setelah pembicaraan mereka selesai, dan kini Keina sudah bersiap-siap untuk pulang.

"Tentu saja pulang."

"Jangan!" Keina mengerutkan keningnya.

"Kenapa? bukankah sudah selesai."

"Kau berada dalam bahaya, bagaimana jika mereka, orang yang selalu mengejarmu kembali lagi menculikmu." Keina terdiam tampak berpikir, perkataan Arkan ada benarnya juga Keina yakin lelaki tua itu akan terus mengejarnya, lalu bagaimana dengan rumahnya apa Keina akan baik-baik saja lalu bagaimana dengan Ibunya?

"Aku tetap akan pulang, jangan khawatir aku bisa mengunci pintu lalu menutup setiap celah yang ada di rumahku, supaya mereka tidak bisa menangkapku."

"Kau bodoh ya, mereka itu bukan air hujan yang tidak bisa masuk ketika tidak ada celah, yang sedang kau hadapi adalah orang-orang jahat, manusia yang mempunyai akal pikiran yang hebat mereka bisa melakukan apapun untuk menangkapmu, bahkan pintu terkunci saja tidak akan membuat mereka menyerah."

"Lalu aku harus bagaimana?" Keina mulai terpancing,  ada benarnya juga apa kata Arkan.

"Tinggallah bersamaku." Kali ini Keina terkejut, tinggal bersama lelaki dalam satu atap, apa itu baik?

"Tidak perlu, aku memang tidak akan tinggal di rumahku, aku akan mencari tempat tinggal baru." Keina menolak.

"Malam ini, apa menurutmu gampang mencari tempat tinggal?" Keina kembali terdiam, ia menggeram kenapa lelaki ini terus berkata benar, ini sudah malam mungkin akan kesulitan jika Keina mencari kontrakan atau semacamnya, Keina membuang nafasnya dengan kasar.

"Percayalah, kau akan aman tinggal bersamaku." Arkan menarik tangan Keina.

"Kemana?" Keina mulai kebingungan.

"Apartemen." Singkat, begitulah lelaki itu sudah berlalu dari hadapannya, Keina mematung apa ia harus mengikuti apa kata Arkan, kalau tinggal di sini mungkin Keina bisa memikirkannya lagi, tetapi ini apartemen yang artinya Keina harus tinggal berdua, dan itu tanpa jangkauan Kedua orangtua Arkan apa ini akan baik-baik saja.

***

Keina sudah berada di apartemen milik Arkan, sedari tadi wajahnya pucat pasi keputusanya ini sungguh meragukan, sebelumnya Keina tidak pernah tinggal satu atap dengan lelaki dewasa, apa ini tidak apa?

"Keina?" Keina segera menatap Arkan.

"Ini adalah kamarnya, kau bisa memakainya."

Apa tidak masalah, tidur satu kamar.

"Lalu bagaimana denganmu?"

"Aku seorang lelaki dewasa, aku bisa tidur dimana saja."

"Tapi..."

"Turuti saja." Arkan berkata dengan dingin.

"Biarkan aku tidur di sova saja." Arkan menggeleng dengan cepat.

"Jangan membuat aku seperti lelaki yang tidak punya perasaan Keina, kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan melakukan hal apapun padamu." Keina membuang nafasnya lega, lega mendengar perkataan Arkan jujur sedari tadi memang itu yang ada di pikirannya ia takut jika Arkan akan melakukan hal yang tidak-tidak. Tetapi dari wajahnya tidak ada titik kebohongan Arkan memang lelaki baik tidak seharusnya Keina memikirkan yang tidak-tidak tentang lelaki itu.

"Arkan."

"Ya."

"Terimakasih, aku janji secepat mungkin akan mencari tempat tinggal baru."

"Jangan pikirkan itu, yang terpenting sekarang, kau aman disini." Keina terdiam, "Oh yah, sandiwara ini sudah dimulai, jadi Saya harap sebisa mungkin kamu harus terbiasa, Saya ingin di depan Ibu kamu tidak canggung jika Saya mengatakan kata-kata yang mengejutkanmu, kita harus terlihat saling mencintai dengan itu rencana ini berhasil, satu lagi sebagai balasannya karena kamu telah membantu Saya jadi, Saya akan memastikan jika Ibumu sehat disana, dan membayar segala kebutuhanya begitupun biyaya rumah sakit." Keina mengangguk, ini artinya Keina sudah masuk kedalam panggung sandiwara, lalu sampai kapan? Apa Keina akan terjebak di sini, namun ia sedikit senang karena dengan ini Keina bisa melihat Ibunya yang akan tetap disana dan tidak khawatir dengan biyaya lagi.

"Terimakasih Arkan, kau sudah banyak membantuku."

"Aku yang harus berterimakasih padamu, karena berkatmu aku tidak jadi di jodohkan." Ini terjadi karena rasa saling ingin membantu satu sama lain, sebagai manusia Keina hanya ingin membalas budi, jika memang ini yang bisa Keina bantu, maka Keina ikhlas jika harus berada di kehidupan sandiwara ini.

Keina membuka knop pintu, akhirnya ia memilih masuk kedalam kamarnya, ralat bukan kamarnya melainkan kamar Arkan, Keina menatap ruangan ini dengan pandangan takjub, ini kamar laki-laki tetapi terlihat rapih dan Keina nyaman dengan dominasi warna cat putih dan hitam, Keina mencoba menaiki ranjangnya ini empuk, dan pertama kalinya Keina menaiki kasur seperti ini.

Ia merebahkan tubuhnya, entah apa yang ada di pikiranya sekarang, ia merasa begitu lega selama ini Keina selalu di buat prustasi akan biyaya Ibunya, tetapi sekarang ia tidak perlu prustasi karena seorang Arkan akan membantunya, betapa baiknya lelaki itu, Keina benar-benar berterimakasih telah di pertemukan orang sebaik Arkan, Keina berjanji suatu saat nanti ia pasti akan mengembalikan uang Arkan, bagaimanapun hutang harus di bayar disini Arkan memberi biyaya untuk Ibunya sama saja memberinya pinjaman jadi Keina harus mencari uang untuk mencicil menggantinya.

Semoga ini keputusan yang baik.

***

TBC

Next or no voment di tunggu YAAAA

Continue Reading

You'll Also Like

1.6M 185K 50
Sebagai putra sulung, Harun diberi warisan politik yang membingungkan. Alih-alih bahagia, ia justru menderita sakit kepala tiada habisnya. Partai ya...
648K 58.3K 54
⚠️ BL LOKAL Awalnya Doni cuma mau beli kulkas diskonan dari Bu Wati, tapi siapa sangka dia malah ketemu sama Arya, si Mas Ganteng yang kalau ngomong...
1.8M 59.7K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
1.4M 85.2K 37
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...