STIGMA

By brigitashela

47.2K 4.7K 440

Min Yo Ra adalah fotografer rahasia yang mengumpulkan foto-foto skandal selebriti dan orang penting di Seoul... More

Prolog
1. Begin
2. Kool 4 Skool
4. MAMA
5. Run
6. War of Hormone
7. House of Cards
8. FIRE
9. Not Today
10. Crystal Snow
11. I Like You
12. Am I Wrong?
13. Don't Leave Me
14. Awake
15. First Love
16. Spring Day
17. Boy Meets Evil
18. Look Here
19. Boy in Luv
20. Reflection
21. 21st Century Girls
22. Sea
23. Lie
24. Hold Me Tight
25. Euphoria
26. Best of Me
27. Let Me Know
28. Serendipity

3. Come Back Home

1.8K 194 8
By brigitashela

Min Yo Ra mengunci diri di toilet dan mengelus dada. Kakinya terasa seperti jeli. Gadis itu duduk di atas WC duduk sekadar mengumpulkan kesadaran.

Ekspresi wajah cowok di bangku belakang yang seperti pembunuh berantai menghantui kepala. Yo Ra menepuk-nepuk kepala dan mengentak kaki berulang kali.

"Ottoke??" serunya. Ia tak menyangka bisa bertemu lagi dengan cowok sinting yang merusak kameranya di awal pertemuan mereka. Terlebih, mengingat ancamannya malan itu....

"Jangan muncul lagi di depan wajahku. Kalau kita bertemu lagi, kau pasti mati."

Kepala Yo Ra tersentak ke bawah. Dalam hitungan detik, ia menengadah.

"Tidak! Aku, Min Yo Ra, tidak akan takut pada orang seperti dia. Ayo Yo Ra, kau bahkan pernah mematahkan hidung bodyguard So Ji Sub!"

Mata tajam Kim Tae Hyung muncul lagi di benaknya. Yo Ra merengek. Suara rengekannya terdengar cukup keras sampai-sampai dua gadis di dalam toilet yang sedang memulas lipstik tersentak.

"Ya, kalau mau menangis jangan di toilet!" teriak gadis berwajah bak boneka itu.

Begitu pintu bilik dibuka, gadis tadi terpekik kaget melihat Yo Ra yang acak-acakan dan melangkah lemas.

"Omo! Kenapa kau keluar dari toilet seperti Sadako?!" teriak gadis yang lain.

Yo Ra mengangkat kepala, memandang dua gadis di depannya. "Mianhae." Lalu, melangkah tak acuh melewati kedua gadis itu. Sebelum menyentuh pintu, Yo Ra berbalik badan. Matanya seperti sensor robot saat meneliti wajah-wajah di depannya. Ingatannya yang kuat mengenali dua gadis itu. "Kalian berdua teman sekelasku, kan?"

Kedua gadis itu saling berpandangan. "Kau kenal dia?" tanya si rambut semi platinum.

"Tidak." Gadis berambut pirang stroberi menggeleng.

Gadis berambut semi platinum bertolak pinggang, memandang Yo Ra. "Kami tidak mengenalmu, tuh."

Sudut-sudut bibir Yo Ra terangkat. I berbisik lirih, "Padahal baru tadi pagi aku berkenalan di depan kelas." Ia meniup poni, lantas melirik badge name kedua gadis itu. "Kim Jennie. Park Chae Young. Aku akan mengingat kalian. Perbanyak makan makanan yang mengandung vitamin E, oke?" Yo Ra menjentikkan jari sembari mengerling dan mendecak lidah, memberikan gestur menembak. Ia lalu melenggang keluar toilet.

*

"Woah, daebbak. Sekolah ini benar-benar luar biasa." Yo Ra berbinar-binar begitu sampai di bubungan atap gedung Eunwon High School. Ia berputar-putar mengagumi gedung-gedung sekolah yang dapat ia amati dari gedung tertinggi Eunwon yang berfungsi sebagai gedung pertunjukan seni. Gadis itu mengambil selca di beberapa tempat. Ia menjelajahi bubungan atap sampai di sudut.

Pandangan Yo Ra terpaku pada satu arah. Ada tumpukan bangku-bangku tak terpakai dan perkakas yang ditinggalkan di pojok. Bukan itu yang menarik perhatian Yo Ra, melainkan grafiti di sepanjang birai di dekat tumpukan bangku. Ia melenggang mendekat. Jemarinya meraba grafiti warna-warni, abstrak, namun memiliki cerita. Ia memahami makna setiap cerita itu.

"Siapa pun yang membuat ini benar-benar jenius." Yo Ra berdecak.

Mendadak, tangannya ditepis kasar, membuat Yo Ra memekik. Ia lebih terperanjat begitu melihat seseorang yang sudah berdiri di depannya. Menatapnya dengan sorot mata mengintimidasi. Bola mata Yo Ra membulat. Manusia yang seharusnya ia hindari, Kim Tae Hyung, malah muncul di depan mukanya seperti kutukan kematian.

Yah, kenapa aku malah bertemu si berengsek ini?!

Tidak ingin terlibat masalah, gadis itu menunduk dan berniat menyingkir.

"Min Yo Ra."

Perut Yo Ra bergolak. Ia menelan ludah susah payah, tak berani berbalik badan.

"Kau mengenalku?" tanyanya hati-hati.

"Beberapa jam lalu kau memperkenalkan diri di depan kelas dan duduk di depan bangkuku."

Yo Ra bernapas lega. Sepertinya dia tidak ingat kalau aku memergokinya malam itu. Ia menyingkirkan rambut dan berbalik badan, tersenyum hiperbolis seakan tak memiliki masalah apa pun dengan cowok di depannya. Sialnya, mata Tae Hyung membuat bibirnya berkedut tegang.

"Ah, senangnya ada yang menyapa dan mengingatku." Yo Ra tertawa cekikikan. Ketika Tae Hyung melangkah mendekat, gadis itu berhenti tertawa. Ia mundur ke belakang sampai pinggulnya menempel di birai. Jarak di antara mereka hanya beberapa senti. Yo Ra bahkan bisa mencium parfum cowok itu.

"Kau," Tae Hyung membuka suara, "melihat kalungku?"

Rasanya, paru-paru Yo Ra menyempit. Ia menelan ludah susah payah.

Berengsek, dia mengingatku.

"Kalung apa?" gadis itu masih pura-pura polos.

Sudut bibir Tae Hyung terangkat. "Bagaimana kabar kameramu yang kubanting?" Sial. Suara Tae Hyung yang pelan dan berat semakin mengintimidasi Yo Ra.

Yo Ra merogoh ponsel, pura-pura mengangkat telepon. "Oh, oppa. Sekolah baruku luar biasa. Apa? Aku tidak bisa mendengarmu." Ia lantas berlari seperti anak ayam meninggalkan Tae Hyung.

Berbalik, Tae Hyung memandang Yo Ra yang melesat seperti peluru dan menghilang di balik dinding. Ia tertawa pendek tak bersuara.

*

Kim Tae Hyung menarik tudung jaket abu-abunya begitu keluar dari 7 Eleven di Daechi. Ia membuka straw holder kaleng bir dan meneguk sembari melangkah pergi.

"Ya, ya, kau membaca berita di internet baru saja? Jung Ha Na digosipkan sedang ditawari film erotis."

"Kau bercanda? Suaminya kan calon presiden. Mana mungkin dia menerimanya. Tapi, kalau dia main film panas, aku sangat mendukung."

"Kau mengingat film panasnya sebelum menikah dengan Kim Yeon Chung, mantan suaminya? Wah, daebbak. Aku heran, kenapa pelacur itu bisa mendapatkan pria-pria kaya."

Tae Hyung meremas kaleng di genggamannya mendengar obrolan dua pria dewasa yang melewatinya. Ia menjatuhkan kaleng tersebut dan berbalik badan. Tanpa tedeng aling-aling, cowok itu berlari menerjang kedua pria tak sopan tadi dan melayangkan bogeman keras sampai membuat kedua pria itu tersungkur. Ia memukuli keduanya bergantian. Sangat keras.

"Apa yang kalian bilang tadi, huh?" Tae Hyung menghajar mereka membabi buta.

Salah satu dari mereka menghalau pukulannya dan balik memukul. Terjadi pertikaian di tepi jalan, membuat orang-orang sekitar berkerumun dan berseru. Bahkan, ada yang merekam aksi pertengkaran itu dengan ponsel.

Dua polisi lalu lintas yang melihat aksi itu segera menghambur mendekat. Salah satu di antara keduanya menarik tubuh Tae Hyung, sedangkan satunya membantu dua pria yang telah babak belur. Tae Hyung meronta.

*

"Tiba-tiba saja dia menghajar kami di jalan!"

"Kami tidak melakukan kesalahan apa pun."

"Penjarakan saja dia!"

Tae Hyung terdiam. Ia tak memberikan pembelaan apa pun dan menerima semua cacian dua pria di sebelahnya. Ia hanya duduk memandang kosong pada dinding.

"Hey, Nak. Kau tidak mau menjawab? Kenapa kau memukul mereka?" Tanya polisi di depannya.

Pandangan Tae Hyung beralih kepada polisi. "Mereka menghina Jung Ha Na. Aku... sangat marah."

Kedua pria dewasa di sebelahnya tertawa.

"Sasaeng (penggemar fanatik) gila." Salah satu pria itu memelotot.

Si polisi mendekatkan telunjuk ke bibir meminta kedua pria itu tak menambah keruh suasana.

"Jadi, kau memukul mereka karena mereka menghina aktris Jung Ha Na? Kau penggemarnya?"

Tae Hyung tak menjawab.

Malam itu, ia berakhir di dalam kurungan. Matanya tertutup. Ia tak peduli siapa yang akan menjemputnya. Entah sopir, pelayan, atau sekretaris ayahnya. Ia tidak peduli.

"Oppa."

Mendengar suara seorang gadis, Tae Hyung membuka mata. Ia menengadah. Kim Tae Ri, adik perempuannya, melipat tangan di depan dada.

*

Kim Tae Ri membersihkan darah di sudut bibir kakaknya yang telah mengering. Lukanya masih menganga. Namun, Tae Hyung tak menunjukkan rasa sakit sama sekali. Melihat kakanya tak berkata apa pun, Tae Ri mengembuskan napas panjang. Keadaan di kamar Tae Hyung makin suram karena terlalu hening.

"Oppa, bisakah kau tidak berbuat ulah sehari saja?" tanyanya. "Aku sangat khawatir."

"Khawatirkan dirimu sendiri." Tae Hyung menoleh memandang adiknya. Kau bahkan tidak sadar selalu diawasi gangster, dasar adik bodoh. Tae Hyung menyentuh sudut bibirnya yang terluka dengan punggung tangan.

"Appa mendengar kabarmu."

Tae Hyung menyeringai. Di saat bersamaan, pintu kamar dibuka kasar. Seorang pria yang masih dalam stelan jas lengkap muncul. Spontan, Tae Ri beranjak berdiri.

"Appa...."

Tanpa basa-basi, pria itu menampar Tae Hyung. Keras. Sampai membuat cowok itu tersentak ke samping. Mata Tae Ri membulat. Gadis itu mengatupkan bibir dengan telapak tangan.

Alih-alih kesakitan, Tae Hyung malah tertawa.

"Dasar anak kurang ajar. Kau masih bisa tertawa?!" Yeon Chung melayangkan tamparan lagi. Ia menarik Tae Hyung berdiri, mencengkeram lengannya. "Sudah berapa kali kau bikin malu?! Berapa kali kau keluar-masuk pos polisi?! Anak tak tahu diuntung!" Ia mengentak-entak tubuh putranya, sebelum mendorongnya sampai terjerembab.

Tae Hyung meremas telapak tangan. Ia menengadah menatap sang ayah.

"Apa aku harus masuk penjara dulu sampai kau mau pulang ke rumah dan memerhatikan kami?"

"Anak ini." Yeon Chung melepas ikat pinggang.

"Appa, jangan!" seru Tae Ri.

Lecutan pertama menghantam tubuh Tae Hyung. Disusul lecutan lain yang lebih keras.

"Berhenti!" Tae Ri berteriak.

Tae Hyung tertawa, makin membuat ayahnya berang. Ia mendapat lecutan lebih keras. Bertubi-tubi.

"Berhenti!" Tae Ri berlutut dan memeluk kaki ayahnya. Air matanya merebak. "Jangan diteruskan lagi. Jebbal!" Gadis itu menangis tersedu-sedu.

Yeon Chung menyingkirkan putrinya yang masih berlutut. Ia memandang Tae Hyung yang balas memandangnya.

"Apa (sakit)," bisik Tae Hyung. Bibirnya gemetar. "Tapi tidak sesakit saat Eomma pergi. Tenang saja. Aku masih bisa menahannya."

Yeon Chung menggeram. Ia melenggang gusar menunggalkan kamar putranya dan menutup pintu sangat keras.

Saat itulah, Tae Ri menerjang memeluk kakaknya yang duduk bersandar pada lemari. Gadis itu menangis semakin keras.

*****

BAGIAN INI DITULIS KAK Cendarkna YAH GENGS, CUS CEK JUGA DI WATTPAD KALOP BIKOS KITA POSTING DI 2 TEMPAT HEHEHE

Adik ipar aka adik taetae sayang aka Kim Tae Ri ☺️

Continue Reading

You'll Also Like

794K 31.3K 42
Being a single dad is difficult. Being a Formula 1 driver is also tricky. Charles Leclerc is living both situations and it's hard, especially since h...
237K 10K 60
โ•ฐโ”ˆโžค *โ‹†โ ๐ข'๐ ๐ซ๐š๐ญ๐ก๐ž๐ซ ๐ง๐จ๐ญ ๐ฅ๐จ๐ฌ๐ž ๐ฆ๐ฒ ๐œ๐จ๐Ÿ๐Ÿ๐ž๐ž ๐ญ๐š๐›๐ฅ๐ž ๐š๐ฌ ๐š ๐ซ๐ž๐ฌ๐ฎ๐ฅ๐ญ ๐จ๐Ÿ ๐ฒ๐จ๐ฎ ๐ฉ๐ข๐ฌ๐ฌ๐ข๐ง๐  ๐จ๐Ÿ๐Ÿ ๐ญ๐ก๐š๐ญ ๐ญ๐ข๐ฆ๐ž-๐›...
856K 33.3K 81
๐—Ÿ๐—ผ๐˜ƒ๐—ถ๐—ป๐—ด ๐—ต๐—ฒ๐—ฟ ๐˜„๐—ฎ๐˜€ ๐—น๐—ถ๐—ธ๐—ฒ ๐—ฝ๐—น๐—ฎ๐˜†๐—ถ๐—ป๐—ด ๐˜„๐—ถ๐˜๐—ต ๐—ณ๐—ถ๐—ฟ๐—ฒ, ๐—น๐˜‚๐—ฐ๐—ธ๐—ถ๐—น๐˜† ๐—ณ๐—ผ๐—ฟ ๐—ต๐—ฒ๐—ฟ, ๐—”๐—ป๐˜๐—ฎ๐—ฟ๐—ฒ๐˜€ ๐—น๐—ผ๐˜ƒ๐—ฒ ๐—ฝ๐—น๐—ฎ๐˜†๐—ถ๐—ป๐—ด ๐˜„๐—ถ๐˜๐—ต ๏ฟฝ...
445K 13.4K 73
Hiraeth - A homesickness for a home to which you cannot return, a home which maybe never was; the nostalgia, the yearning, the grief for the lost pla...