Aldolivia [ DISCONTINUED ]

Oleh Levineghfry

378K 19.9K 867

Rivaldo Bagaskara yang notabene merupakan ketua klub basket putra SMA Jaya Bangsa awalnya merasa risih dengan... Lebih Banyak

Prolog
Satu
Dua
Tiga
Empat
Lima
Enam
Tujuh
Sembilan
Sepuluh
Sebelas
Dua Belas
Tiga Belas
Empat Belas
Lima Belas
Enam Belas
PENTING

Delapan

17.5K 1K 27
Oleh Levineghfry

#Wish15: Nggak makin kepo (Aldo)

#Wish16: Nggak ketahuan (Olivia)

**

Aldo mengotak-atik iPhone Olive yang tadi ia ambil di dalam tas cewek itu. setelah menemukan kontak mamanya, ia langsung meneleponnya. Selang beberapa detik, wanita setengah baya itu mengangkatnya.

“Iya, Liv?”

“Ha—Halo, tante..” suara Aldo terdengar gugup.

“I.. iya? Ini siapa, ya?”

“saya Aldo, tante. Temennya Olive. Cuma mau ngasih tau, kalo tadi Olive pingsan, terus saya bawa ke RS Merpati. Sekarang lagi ditangani dokter”

“Olive pingsan?” dapat Aldo rasakan kepanikan terpancar dari cara berbicara Rista. “Oke, tante kesana sekarang”

Setelah bertikar salam, Aldo kembali duduk di kursi tunggu. Pikirannya menjalar kemana-mana. Dari mulai apa penyakit yang diderita Olive sampai lantas mengapa cewek itu bisa menjadi kepten basket di sekolahnya dulu sedangkan ia tahu kalau dirinya mempunyai penyakit? Oke, sebenarnya Aldo hanya sok tahu. mungkin saja Olive tidak mempunyai penyakit, tapi ia hanya terlal capek. Tetapi jika hanya terlalu capek mengapa tadi ia menelan beberapa pil obat saat kondisinya seperti itu?

Sebelum pertanyaan yang muncul di otaknya semakin banyak, ia buru-buru menepis dan membuang ini jauh-jauh. Buat apa juga memikirkan hal yang sama sekali bukan urusannya? Dengan cepat ia mengambil iphone miliknya di saku dan mengabari mamanya bahwa ia sedang di rumah sakit mengantar temannya yang pingsan.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu yang terbuka. Pintu kamar yang ditempati Olive ternyata. Ia buru-buru berdiri di hadapan sang dokter.

“Maaf, anda siapa-nya Olivia?” tanya dokter itu dengan sopan. Aldo menggaruk kepalanya yang tidak gatal, “Saya temennya, dok”

Mendengar jawaban Aldo, dokter itu manggut-manggut dan membuka pintu lebih lebar lagi. “Kalo begitu anda boleh masuk. Tetapi Olivia belum sadar dan masih butuh istirahat. Anda sudah menelepon keluarganya?” tanyanya. Aldo mengangguk, “Saya sudah menelepon mamanya dok, kayaknya bentar lagi dateng”

“kalo sudah datang, suruh ia ke ruangan saya, Dr. Tony” pintanya. Aldo lagi-lagi mengangguk dan akli in ia berjalan memasuki kamar Olive.

Terlihat Olive yang terbaring tak berdaya. Nafasnya teratur dan wajahnya sangat tenang. Tangan kirinya tersambung dengan selang infus. Aldo menarik salah satu kursi lalu duduk tepat di sebelah ranjang Olive.

Ia hanya memandangi dan memperhatikan wajah Olive dengan seksama dari mulai alisnya yang tergolong tebal, hidungnya yang tidak mancung dan tidak juga pesek, dan mulutnya yang tipis. Tanpa sadar Aldo tersenyum tipis, sayang ya, lo disekolah gak pernah ada ekspresi. Keliatannya aja jutek, angkuh, tapi kalo tidur gini lo keliatan kayak orang gak berdosa. Batinnya.

Tetapi jelas ia tahu bahwa dibalik wajah damai Olivia ketika tidur, ia banyak rahasia yang ia simpan dengan rapi sehingga sama sekali tidak diketahui oleh orang-orang. Ia terlihat kuat di depan, di luar. Rapuh di dalam.

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, menampakkan seorang wanita setengah baya dengan rambut yang terurai panjang. Sangat mirip dengan sosok Olivia. Tanpa berpikir panjang, ia sudah dapat menyimpulkan kalau itu mamanya Olive.

Aldo tersenyum kaku, “hai, tante..” sapanya. Rista tersenyum hangat, “makasih udah bawa Olive kesini, ya” selanjutnya Rista berjalan ke arah ranjang yang Olive tiduri.

Aldo teringat sesuatu, “Maaf tante, tadi aku disuruh Dokter Tony katanya tante disuruh ke ruangannya”

Rista mengangguk paham, “kalo gitu kamu tunggu disini dulu sampe Olive sadar, gak apa-apa?”

Setelah mengingat-ngingat apakah ada PR atau tugas untuk besok, Aldo akhirnya mengangguk. PR untuk besok hanya soal matematika yang sebagian sudah ia selesaikan di kelas.

Tepat setelah Rista keluar dari kamar, perlahan mata Olive terbuka. Aldo sudah komat-kamit sendiri bagaimana reaksi Olive begitu melihat dirinya duduk di sebelah ranjang yang ia tempati.

Tapi dugaannya tentang reaksi Olive yang berlebihan justru salah, Olive hanya menautkan alisnya melihat Aldo di hadapannya. “Gue kenapa bisa ada disini? Kenapa ada lo?” tanyanya. Oke, menurut Aldo ini adalah pertanyaan terbodoh. Menurutnya seharusnya Olive dapat menyimpulkan bahwa ia yang membawanya kesini. Tapi ia juga baru sadar kalau cewek di hadapannya ini setengah sadar dan wajar kalau ia tidak berpikir jernih.

Entah kenapa Aldo jadi salah tingkah sendiri. “ehm...” ia mencari-cari jawaban yang tepat. “Ya menurut loooo?” Aldo malah baik bertanya.

Olive hanya memutar mata dan mencoba bangkit dari posisi terbaringnya. Tetapi Aldo buru-buru menahannya, “eeeeeh, lo mau ngapain?”

“Menurut loooo?” Olive meniru gaya bicara Aldo barusan. Ia masih mencoba untuk duduk di ranjang. Tapi lagi-lagi Aldo menahan, “Lo masih sakit kunyuk, tiduran aja”

Olive mengerutkan dahinya, “Kok lo care?”

“hah? Care? Idih, kepedean lo. Orang ini disuruh nyokap lo” dusta Aldo. Iapun tidak tahu mengapa harus berbohong pada cewek dihadapannya ini. padahal, jika ia menuturkan alasan yang sebenarnya pun tak masalah.

“Emang ada nyokap gue?”

Aldo mengangguk. “ada,”

“dia tahu dari mana? Terus sekarang dimana?”

“tadi gue telfon nyokap lo pake hp lo. Dia sekarang lagi ke ruangan dokter” jawab Aldo kelewat santai. Olive langsung membelalakan matanya. “Lo ngotak-ngatik hp gue?!”

“Lah, emang kenapa? Ini kan demi kepentingan lo juga, lagian gue Cuma bukan kontak doang kok. Heboh amet”

“gak merhatiin yang lain-lain, kan?”

Cowok itu menggeleng. Syukurlah, batin Olive sambil menghembuskan nafas lega. Pasalnya, gambar lock screen hp-nya itu adalah quotes galau tipikal cewek yang ia dapat dari situs kesukaannya, We Heart It. Kalau ketahuan Aldo, bisa-bisa ia diejek hingga mampus. Ia yang notabene terlihat dingin dan jutek di sekolah masa galau di rumah? Kan nggak lucu juga.

Sesaat kemudian pintu kembali terbuka menampakkan sosok mama Olive. Lantas Aldo langsung pamit pulang.

Di perjalanan sepanjang koridor rumah sakit, pertanyaan-pertanyaan itu kembal muncul di pikirannya. Tidak bisa berbohong lagi, cowok itu justru menjadi makin penasaran dengan rahasa-rahasia yang Olive simpan dengan rapi.

**

“siapa yang masuk rumah sakit, Do?” tanya Rossie.

Aldo yang sebelah kakinya sudah menyentuh tangga lantas berbalik badan, ia nyengir. “Eh, ada mama. Itu mah, anak baru”

“Cowok apa cewek?” tanyanya lagi.

“Cewek, rumahnya di blok E sana”

Ibunya hanya manggut-manggut lalu mempersilakan Aldo untuk membersihkan diri di kamarnya.

Setelah mandi, ia menghempaskan tubuhnya di atas kasur. Dengan tangan yang disilangkan lalu ia jadikan sebaga bantal kepalanya. Ia menatap langit-langit kamar. Berpikir. Satu kalimat yang sejak tadi melayang di pikirannya; Cewek itu lemah.

Tiba-tiba pintu kemarnya diketuk. Friska memunculkan kepalanya, “Do, makan malem”

Aldo menoleh. “Mama udah di meja makan?” tanyanya.

Friska menggeleng. “Belum sih, lagi bikin sambel. Tapi kayaknya bentar lagi selesai”

Aldo bengun dari posisi berbaring, menjadi duduk. “Kak, sini deh”

Kakaknya itu mengernyit bingung. “Tumben manggil kak. Lagi ada masalah, lo?” namun sedetik kemudian ia berjalan lalu duduk di kursi meja belajar adiknya.

“Lo... pernah gak ngerasa kepo sama seseorang?” tanya Aldo ragu. Detik selanjutnya tawa Friska memenuhi kamar Aldo. “ya, pernah lah! Siapa coba cewek yang gak pernah kepo”

Aldo berdecak, “Bukan kepo gitu, oding! Kepo banget sampe ngelakuin apa aja untuk cari tahu informasi tentang orang itu”

“oh,” jeda Friska. “Gak pernah sih, gue orangnya kepoan. Tapi gak se-kepo itu. ngapain juga nyari informasi tentang orang padahal gak ada bemefitnya sama sekali sama kita?” jelasnya. Nadanya terdengar serius.

Aldo manggut-manggut mendengar penjelasan kakak satu-satunya itu. “Emang kenapa, sih?” tanya Friska.

“gue kepo sama... adalah, murid baru di JB. Cewek”

Cewek itu memunculkan senyum jahilnya, “kalo itusih udah hampir masuk ke fase ketertarikan” ujarnya sok tahu.

Aldo menggeleng. “enggak lah. Gue Cuma penasaran. Kepo. Gak mungkin suka kayak begitu. Lagian anaknya jutek angkuh gak jelas gitu”

“terus apa yang bikin lo kepo?”

“gak tahu. gue rasa dia punya banyak rahasia yang disimpen rapi sampe-sampe ga keliatan orang lain”

“contohnya?”

“tadi aja gue ke rumah sakit bawa dia gara-gara pingsan habis latihan basket. Kayak punya penyakit gitu. Abisnya sebelum pingsan dia sempet minum beberapa pil obat. Nah, yang jadi pertanyaan, kalo dia emang bener punya penyakit kenapa bisa jadi kapten basket di sekolahnya dulu? Di JB juga sih” jelas Aldo panjang lebar.

Friska bangkit lalu menepuk pundak Aldo. “selamat mencari tahu, ya, dek!”  

Aldo lagi-lagi berdecak, “bukannya ngasih solusi, lu”

Cewek dihadapannya hanya nyengir. “udah ah, yuk, turun. Mama udah nunggu” 

Minggu, 25 Mei 2014 

Oke ini emang gak wajar update pagi-pagi banget. Ngebut ngetik soalnya mau ke luar kota. Maaf update-nya lamaa. Gagal deh niatan pengen update 2 hari sekali. Huhu:( But this is a long chap, isn't it? HEHE. Btw ini cerita udah melenceng jauh dari sinopsis. Nanti deh gue ganti sinopsis yang di depannya. Gue boleh minta short thoughts kalian tentang Aldo sama Olive? Ngikutin anggi ceritanya. haha. Makasih! 

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

812K 11.4K 25
Klik lalu scroolllll baca. 18+ 21+
560K 27.1K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
6.8M 287K 59
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
3M 212K 37
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...