Perspektif Kontraproduktif

By aditmkm

618 27 2

Di sebuah asrama Kristen yang super ketat, Adit yang orang Jawa tulen terpaksa bersahabat dengan Danu, seoran... More

1. Jangan Sampai Terlambat Masuk Kuliah
2. Jangan Kebanyakan Nonton Anime
3. Jangan Sering-Sering Makan Makanan Instan
5. Jangan Lupa Kalau Ada Tugas
6. Jangan Malu-Malu Ambil Barang Gratisan
7. Jangan Mandi Tengah Malam
8. Jangan Buang Sampah Sembarangan

4. Jangan Tidur Waktu Seminar

57 3 0
By aditmkm


Tidak ada yang lebih melelahkan selain bertahan pada hal yang sudah tidak dicintai. Dengan cinta, semua yang berat akan terasa ringan karena kita mau dan ikhlas melakukannya.

Pada hari itu, Adit dan Danu diwajibkan untuk menghadiri seminar dari kampus mereka. Bosan mendengarkan pembicara, Adit berbisik pada Danu yang ada di sebelahnya, "Ini udah ketiga kalinya lo kampus ngadain seminar anti LGBT movement."

Danu menjawab, "Terus, apa yang lu dapetin?"

Adit membuka-buka catatannya, "Ya intinya sama sih semuanya. Kita ini ciptaan Tuhan. Tuhan cuma bikin dua jenis kelamin. Cowo sama cewe. Cowo ya harusnya nikah sama cewe. Gay itu salah. Gitu."

Danu menanggapi, "Kalo menurut lu sendiri?"

"Ya secara agama emang gay itu salah. Tapi orang-orang yang gay kan sebenernya orang-orang butuh teman. Tapi dengan perlakuan orang-orang yang sampai bikin-bikin seminar gini, keberadaan orang gay semakin ditolak oleh masyarakat."

Danu menganggukkan kepalanya, "Hm... kasihan ya..."

Adit menjawab, "Iya. Kasihan mereka."

Danu menimpali, "Gak! Kasihan elu. Lu udah tau gak penting, tetep lu catet." Danu menepuk pundak Adit. Mereka pun kembali mencoba fokus pada pembicara.

Adit menguap lalu berkata pada Danu, "Nu. Ngantuk banget aku."

"Sama. Gua juga." Jawab Danu.

"Kamu sih ngajakin main Monster Hunter sampe malem banget."

"Pagi atuh."

"Ya malah lebih parah ya to!"

Danu melirik Adit, "Dit, namanya ngajakin, yang diajak berhak nolak. Ya salah lu sendiri mau. Padahal udah tau kalo besoknya ada seminar pagi."

"Lah kamu kan juga udah tau nu!"

"Gua gak tau dit. Gua taunya juga gara-gara lu bangunin tadi pagi."

Adit memalingkan mukanya, "Udahlah. Capek temenan sama kamu, nu."

Tangan Danu menyentuh lengan Adit, "Hei. Udah. Ambil positifnya aja. Seenggaknya sekarang senjatamu di Monster Hunter jadi lebih bagus kan?"

"Iya sih."

"Ya udah." Danu melihat sekeliling. "Sekarang kalo lu ngantuk, merem aja. Gak ada dosen yang ngawasin kog."

Adit menoleh lagi ke Danu, "Ngawur! Kita kalo ketahuan tidur waktu seminar, bisa di-DO lo."

Danu tersenyum sinis, "Ya udah kalo gak mau. Gua aja yang merem."

"Nu! Jangan nu!"

Danu menepuk lengan Adit, "Gak apa-apa atuh dit. Kan kalo ketahuan. Kalo gak ketahuan mah gak apa-apa atuh."

"Kalo ada dosen ke sini gimana?"

"Ya itu tugas lu bangunin gua." Danu memejamkan matanya.

Adit menggoyangkan lengan Danu, "Nu! Jangan tidur nu!"

"Apaan sih dit?" Danu kembali menatap Adit, "Gini deh. Ntar gantian. Kalo gua tidur, lu yang jaga sekitar. Ntar giliran lu tidur, gua awasin. Kalo ada dosen lewat, gua bangunin."

"Jangan lah nu! Udah tahan-tahan aja. Toh tinggal sejam ini seminarnya."

Akhirnya Danu membuka tasnya. Danu mengeluarkan catatan dan pulpen dari tasnya. Adit terkejut dan bertanya, "Mau nyatet kamu nu?"

"Enggak." Jawab Danu.

"Lah terus itu buat apa?"

"Ya buat coret-coret aja. Gambar-gambar. Biar gak ngantuk."

Danu mulai menggambar hal-hal tidak penting di buku catatannya. Ia menggambar karakter-karakter hewan. Adit yang khawatir dengan kelakuan temannya hanya bisa terdiam. Adit melirik kiri dan kanan. Akhirnya Adit berkata pada Danu, "Nu, Inget kasusnya kak Ray gak?"

"Kak Ray siapa?"

"Kak Ray angkatan 2011!"

"Gak kenal. Pernah main DOTA sama kita gak?"

"Pernah kayaknya. Kapan ya?" Adit termenung sebentar. "Ih. Gak penting nu! Kak Ray itu sekarang udah di-DO."

"Oh kakak yang itu? Kenapa di-DO? Skill DOTA-nya noob?"

"Apaan sih nu?" Adit memukul lengan Danu. "Gini nu. Kak Ray itu di-DO, soalnya dia ketahuan gak fokus waktu seminar."

Danu terkejut, "Dia tidur?"

"Enggak nu."

"Terus ngapain?"

Adit mulai berbisik, "Justru itu masalahnya. Dia berusaha buat gak tidur kan. Jadi biar gak ngantuk, dia bikin-bikin origami gitu. Eh, ketahuan dosen, dianggap sedang tidak fokus." Adit melihat sekeliling, lalu berkata pada Danu, "Mending kamu nyatet aja deh nu. Daripada kena lho nanti."

Danu tersenyum sinis, lalu lanjut menggambar. Danu berkata, "Ya salah dia sendiri bikin origami. Coba kalo dia bikin yang lain."

"Bikin apaan?"

"Ya harusnya bikin apa kek. Bikin pesawat terbang kayak Habibi gitu kek. Atau bikin mobil listrik, biar di-notice sama Jokowi gitu."

"Seriusan nu!"

Danu menatap Adit tajam, "Gua serius dit!"

Adit merebut catatan Danu, "Udah! Jangan gambar-gambar lagi!"

Danu merebut balik catatannya, "Balikin!"

Adit merebut lagi catatan itu, "Aku balikin, tapi kamu harus nulis nu!"

Danu merebut catatannya, "Iya! Gua nulis!" Danu kembali menggambar hewan-hewan.

Adit kecewa. Ia menggelengkan kepalanya lalu berkata, "Gimana sih nu? Katanya kamu mau nulis?"

Danu menutup catatannya, melipat tangannya, lalu bertanya, "Sekarang, kalo aku nulis pake huruf tegak, boleh?"

"Boleh." Jawab Adit pelan.

"Kalo pake huruf latin?"

"Boleh."

"Nah, berarti font-nya bebas apa aja. Yang penting nulis kan?"

"Iya."

"Ya udah." Danu kembali membuka catatannya, "Ini font Mesir."

Adit terkejut, "Apaan coba font Mesir."

"Ya ini font yang sama yang dipake di piramida Mesir. Kan gambar-gambar hewan gini. Yu-gi-oh!"

"Ya Mesir kan ada artinya. Punyamu apaan?"

Danu tertawa pelan, "Yakin banget kalo di Mesir ada artinya. Siapa tahu itu gambar random."

"Yang jelas aku tahu kalo punyamu gak ada artinya."

"Sok tahu!" Danu mengetuk-ngetukkan pulpennya ke buku catatannya, "Ini juga ada artinya! Nih gambar burung terbang, artinya LGBT."

"Lah? Kog bisa?"

"Kan burung terbang di langit. Di langit ada pelangi. Pelangi sama dengan LGBT. Gitu!"

"Ribet amat! Kenapa gak gambar pelangi aja?"

"Kan tinta gua cuma ada item."

Adit menggaruk-garuk kepalanya. "Ah terserahmu lah nu. Udah gak ngerti lagi aku sama kamu."

"Nah, sekarang, izinkan gua menuliskan intisari dari seminar yang sangat berguna ini." Danu lalu menggambar lagi di buku catatannya.



Setelah selesai seminar, Adit dan Danu berjalan keluar dari ruang seminar untuk pulang menuju asrama. Danu memamerkan buku catatannya pada Adit. "Gila! Dapet tujuh halaman lo, dit! Gua kalo rajin seminar terus, bisa bikin komik gua!"

Adit terganggu dengan pernyataan tersebut, "Lah, komik ada alurnya nu. Punyamu apaan?"

"Ini juga ada! Lu aja yang kagak paham!" Danu menutup buku catatannya. "Siapa tahu dulu Masashi Kishimoto bikin Naruto pas lagi seminar juga. Bisa best-seller komik gua ntar."

"Ngimpi!" Kata Adit pada Danu. Mereka sedang mengantri di depan lift.

"Buku ini kalo gua kubur, seribu tahun lagi ditemuin orang, mungkin bakal disangka kitab suci." Lift terbuka. Mereka berdua masuk ke lift itu dengan wajah Adit yang masih kesal pada Danu. Danu melanjutkan, "Buku gua bakal dikira ajaran agama masa lalu. Agama Danu-isme."

"Tuhannya siapa nu?" tanya Adit.

"Nyembah botol Paracetamol." Jawab Danu. Pintu lift tertutup, mereka turun dan pulang.


Continue Reading

You'll Also Like

129K 13.5K 64
Bersahabat sejak bayi membuat mereka bertujuh menjadi terikat secara tidak langsung, setelah bertahun-tahun berlalu dan satu persatu mereka semua ber...
20.6K 2.6K 46
Bagaimana jika kenalakan Yibo menurun ke anaknya. Up suka suka
4.1M 110K 32
(WARNING 18+ FOLLOW DULU BARU BACA) "Metta mau nenen" "Iya, Samudra" "Metta mau peluk" "Sini" "Metta mau buat anak" "Ayo" Ini cerita tentang Samudra...
29.3M 1.2M 44
[Story 4] Di penghujung umur kepala tiga dan menjadi satu-satunya orang yang belum nikah di circle sudah tentu jadi beban pikiran. Mau tak mau perjod...