Give Your Heart A Break (5 Se...

By hemmookie

19.8K 954 75

Luke Hemmings, lelaki dingin yang baru kembali dari Gold Coast setelah sebelumnya dimutasi oleh orang tuanya... More

Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
ANNOUNCEMENT
Chapter 15
PENTING
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
Penting Gerenting!!

Give Your Heart A Break (5 Seconds Of Summer)

3.1K 92 8
By hemmookie

CHAPTER 1

~Author's POV~

      Lucas Robert Hemmings, atau Luke Hemmings, sedang menikmati sore yang indah di sekitar tempat tinggalnya. Ia baru saja kembali ke Sydney. Setelah 5 tahun tinggal bersama neneknya di Queensland. Luke melihat sebuah lapangan basket disana. "Sejak kapan ada lapangan basket disana?" gumamnya. Memang, sebelum pergi ke Queensland, lapangan itu tidak ada. Seingatnya, itu adalah lapangan tanah yang kosong. Dan ada pohon besar ditengahnya. Namun sepertinya pohon itu sudah entah dimana.

      Luke menghampiri lapangan itu. Dipinggir lapangan, terdapat kursi panjang. Sebelum pulanh untuk makan malam, ada baiknya juga dia duduk-duduk disitu sambil mendengarkan lagu dari iPodnya. Luke menyetel Welcome To My Life dari Simple Plan. Entah, dia sangat suka lagu itu. Mencerminkan dirinya ketika ada orang baru yang ingin mengenalnya. Kemudian terkejut ketika mengetahui Luke seperti apa.

     Dia mendengar lagu itu dengan nikmat, sampai seorang gadis bermain basket didepannya dengan sangat lincah. Luke sempat terpukau dengan gerakan tubuh gadis itu yang memang sangat gesit. Rambut dirty blonde gadis itu yang dikuncir kuda rapi, bergoyang kesana kemari akibat kelincahan gerakan gadis itu.

    Mata Luke tidak bisa berhenti memperhatikan permainan gadis itu. Merasa diperhatikan, gadis itu menoleh kearah Luke. Dan itu membuat Luke salah tingkah. "Kau memperhatikan aku?" tanya gadis itu, berjalan mendekat sambil membawa bola basketnya. "Maaf, aku tidak bermaksud lancang." jawab Luke sopan. Gadis itu terkekeh. "Santai saja. Lagipula, ini tempat umum, wajar kau memperhatikan ku bermain." ujar gadis itu. Luke hanya tersenyum tipis.

     Kemudian, gadis itu menjulurkan tangan kanannya. "Carrisa Amelia Stanton. Well, you can call me Carrie Stanton, or Carrie." ujar gadis itu. Luke menyambutnya. "Luke Hemmings. Just call me Luke." ujar Luke.

"Good name, Luke. Do you wanna play basketball with me?"tanya gadis bernama Carrie itu.

"Ehm, aku tidak cukup mahir. Jadi, maaf." tolak Luke halus.

"Kau orangnya jarang bergaul ya?"

"Maksudmu?"

"Luke, kau ini sepertinya pendiam. Benar begitu?"

"Really? Sebenarnya aku merasa biasa saja. Tapi banyak yang bilang, aku cuek."

"Itu maksudku."

      Luke hanya tertawa renyah. Sementara Carrie menatap Luke heran. "Apa ada yang aneh?" tanya Carrie. "Yes. Well, thanks. Kau adalah orang yang keseribu mengatakan aku cuek, congratulations." puji Luke. "Wow, how lucky I am." balas Carrie terkekeh.

"Yes, you are."

"Baiklah. Oh iya Luke, kau baru pindah ya? Sepertinya aku baru melihatmu?"

"Ya, begitulah Carrie. Aku sebenarnya tinggak disini sudah lama, dari aku lahir. Hanya, 5 tahun yang lalu, aku harus pindah ke rumah nenek di Queensland karena permintaannya."

"Oh, ternyata kau orang lama."

"Begitulah. Bagaimana denganmu?"

"Aku baru pindah kemari 2 tahun lalu."

"Oh, kau pindah darimana?"

"Aku dari Canberra. Sebelum Canberra aku sampat tinggal di Adelaide dan Phoenix, Amerika. Tapi sudah lama sih."

      Luke hanya mengangguk. Kemudian, dia berdiri. "Well Carrie, kuharao bisa bertemu lagi. Aku harus pulang, sudah waktunya makan malam." ujar Luke. "Oh iya, aku juga. Rumah mu dimana Luke?" balas Carrie.

"Rumah ku, ada di belokan kiri disana. Lalu rumah ketiga." ujar Luke.

"Baiklah. Sebaiknya kita pulang!"

"Rumahmu dimana, Carrie?"

"Belok kanan rumah kedua."

"Wow, kebetulan sekali. Rumah kita tidak terlalu jauh."

"Begitulah."

"Ayo pulang!"

     Carrie mengangguk. Kemudian, mereka berjalan bersama. Disepanjang jalan, Carrie selalu mengoceh. Tentang segaka hal. Sedangkan Luke, bersedia mendengarkan. Walau agak membosankan, tapi menurutnya, Carrie sangat baik. Dan dia, sangat nyaman jika berada bersama orang ceria, seperti Carrie.

    Tak terasa, Luke dan Carrie sampai di perempatan jalan yang menghubungkan jalan blok mereka. "Kalau begitu sampai sini, Luke." ujar Carrie ceria. Luke hanya tersenyum kalem dan mengangguk. "Eh, sebelum kita berpisah. Aku ingin kita selfie berdua." ujar Carrie sambil mengeluarkan iPhonenya. "Selfie?" tanya Luke bingung.

"Aku memang begitu. Setiap orang yang baru aku kenal setiap hari, aku akan memintanya selfie. Untukku penting, supaya ingat pada kenalanku."

"Baiklah."

      Akhirnya mereka berdua, berselfie-ria. Setelah berselfie, mereka memutuskan untuk pulang. "Kalau begitu, sampai bertemu, Luke." ujar Carrie. Luke tersenyum mengangguk. Lalu kemudian, Luke dan Carrie berjalan berlawanan arah.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~Luke Hemmings's POV~

      Aku bergegas menuju lantai bawah untuk sarapan. Hari ini, aku akan masuk sekolah di sekolah baruku. Atau mungkin, sekolah lamaku. Elementary School, Middle School dan High School memang disatukan. Jadi, aku kembali. Tapi aku tidak menjamin, akan mendapat teman disana. Bisa saja, teman-teman lamaku di sana masih mengingatku. Aku tidak menjamin itu.

      Dad sudah pasti akan mengantarku. Here we go. Kakiku, mendarat dilantai 1 rumah dan langsung berjalan menuju ruang makan. "Good morning, darling." sapa Mom. "Mom, aku sudah 17 tahun. Please, don't call me with that disgusting word." keluhku. "Kenapa? Kau masih anakku, Lucas." jawab Mom.

"What eve's."

       Aku takkan bisa berlama-lama berdebat dengan Mom. Karena Mom, sudah pasti menang. Tiba-tiba Dad, datang. "Ready for the new day, son?" tanyanya antusias. "Even I'm not ready, I have to." jawabku sambil memakan sereal ku. "Good then. Aku akan menunggu mu dimobil. Jangan lamban!" ujar Dad segera menuju garasi rumah.

      Aku melanjutkan sarapan ku. Dan ketika sudah habis, aku meminum susu yang Mom siapkan. Dan saat sudah habis, tentu aku pamit. "Mom, aku pamit." ucapku sambil mencium pipinya. Kebiasaan lama yang dilakukan lagi. "Have a nice day, swetty!" ucapnya. "Mom, stop it!" keluhku kesal. Mom memanggilku dengan swetty. Itu menjijikan.

    Aku melenggang pergi menyusul Dad yang sudah menunggu dimobil dengan membaca koran.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

     "Son, ini kunci lokermu dan jadwal mu Senin sampai Jum'at. Kuharap hari mu menyenangkan." ucap Dad saat aku dan dia sudah keluar dari ruang Sir Ferguson, kepala sekolah Sydney Public School ini. Aku menerima kunci lokerku lalu mengangguk. "Semoga hari mu menyenangkan. Oh iya, apa kau masih ingat jalanan Sydney?" tanya Dad. "Aku masih ingat Dad. Elementary School ku disini." jawabku. "Baiklah. Sampai jumpa dirumah." ujar Dad yang langsung pergi.

     Well, let's start the first day! Aku tahu, ini lokerku yang dulu. Jadi aku berlenggang menuju arah yang masih sangat teringat di otakku. Aku mengamati lorong ini. Sama sekali tidak berubah. Walau catnya diganti menjadi biru muda dan menambah suasana keren. Dan lorong ini menjadi lebih modern dan cerah.

     Saat sedang berjalan, seseorang sedang membawa buku yang sangat banyak. Dan dia, menabrakku. "I'm so sorry." ucap orang itu sambil memunguti  buku-bukunya yang jatuh. Seperti kenal dengan suara orang itu. "It's okay." ucapku sambil membantu. "Luke." ucap orang itu kemudian, saat aku sedang fokus memunguti buku-bukunya. Dan itu membuatku mendongak. "Carrie." sapa ku.

"What are you doing here?" tanya Carrie.

"Sekolah? Kau?"

"Kau juga bersekolah disini?"

"Seperti yang kau lihat?"

"Baiklah, baiklah. Hei, kau mencari loker mu?"

"Ya, tapi sudah ketemu."

   Aku menunjuk loker yang ada dibelakangnya. Dia menoleh. "Oh, baiklah. Kau perlu bantuan mencari kelas?" tawar Carrie. Mungkin dia penggemarku? Dia ingin dekat-dekat aku. "Mungkin." jawabku agak ragu.

"Apa kelas pertama mu?"

"Sejarah."

"Selamat, Luke. Itu kelas pertama ku. Jadi, kita bersama kesana. Sekarang kau ambil beberapa buku dari lokermu!"

     Aku hanya mengangguk. Lalu aku melakukan apa yang disuruh olehnya. Tak lama, kami pun berlenggang menuju kelas Sejarah bersama. Sepanjang jalan, Carrie tidak sebawel kemarin. Mungkin karena dia tahu, aku sudah banyak mendengar kicauannya. "Tumben kau tidak banyak bicara, Carrie?" tanya ku. Carrie menoleh kearahku. "Haha, apa yang harus aku bicarakan padamu? Semua yang aku bicarakan, sudah kuberitahu kemarin. Mungkin, itu giliran mu yang harus berbicara." ucap Carrie sambil tersenyum.

      Mungkin dia ada benarnya. "Istirahat, makan bersama ku, oke? Aku akan mengambil giliranku." ucapku. "Baiklah." jawab Carrie. Sampai akhirnya kami sampai. Aku duduh disebelah Carrie. Ya, karena memang, ku sedang dekat dengannya. Tak sampai 3 menit bokongku mendarat di kursi, seorang guru lelaki sudah berumur sekitar setengah abad memasuki kelas. Menggunakan kacamata tebal. Well, weirdo teacher ever. Setidaknya, kacamata nenekku lebih keren dari kacamata miliknya. "Good morning, class!" sapanya.

       Semua murid membalasnya. Termasuk aku. "Sepertinya ada murid baru, silahkan tuan. Kau kenalkan dirimu!" ujar guru itu. Dia menunjukku, dan menyebabkan semua murid menoleh kepadaku. Aku sempat menoleh kearah Carrie. Dia tersenyum dan mengangguk. Dan saat itu, aku berdiri dan berjalan kedepan kelas. "Good morning. My name is Luke Hemmings. You can call me Luke. I'm from, Queensland. Gold Coast, exactly. Nice to meet you, guys!" ujarku. "Baiklah, Mr. Hemmings. Kau bisa kembali ke tempatmu!" seru guru tua itu.

       Aku hanya mengangguk. Lalu kembali. "Nice." bisik Carrie. Aku hanya tersenyum enggan. Aku merasa tidak nyaman. Banyak yang berbisik saat aku didepan. Dan sebagian dikelas ini, aku hampir mengenal mereka. Mungkin mereka berbisik karena masih mengingatku, mungkin. "Kita akan membicarakan Revolusi Prancis. Buka halaman 23!" ujar guru tua itu. Ya, aku benci Sejarah. "Mr. Hemmings. Bisa kau ceritakan, apa penyebab terjadinya Revolusi Prancis?" tanya guru itu.

      DAMN. Baru saja aku mengatakan aku benci pelajaran ini. Dan aku kena batunya. "Ehm, itu..." aku agak gugup. Apa yang harus aku jawab sekarang. "Sistem monarki absolut yang diterapkan Raja Louis ⅩⅣ." bisik seseorang disebelahku. Carrie. "Sistem monarki absolut yang diterapkan Raja Louis ⅩⅣ." jawab ku. "Good, Mr. Hemmings. Ya, jadi...." guru itu berkicau. Aku menoleh kearah Carrie yang sedang fokus kepada guru itu. Bagaimana bisa Carrie tahan memperhatikan apa yang guru ini terangkan? Aku tak mengerti.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Selanjutnya kau masuk kelas apa?" tanya Carrie yang menghampiri ku. Ternyata lokernya bersebrangan dari lokerku.

"Bahasa Inggris." jawabku.

"Oh, ruang kelasnya ada disebelah kiri. Didalam, ada bendera Amerika dan Inggris." jawabnya.

"Kita berbeda kelas?" tanya ku.

"Ya, begitulah."

"Apa kelas mu?"

"Biologi."

"Selanjutnya?"

"Istirahat."

"Aku tahu, Carrie. Maksudku setelah istirahat."

"Hehe, Matematika."

"Sama lagi kalau begitu."

"Baiklah, ayo! Aku mengantarmu dulu. Lagipula, kita searah." ujar Carrie.

       Aku hanya mengangguk. Setelah itu, kami berjalan. Dan tak lama, sampai. "Masuklah! Jangan lupa, kau harus menceritakan semuanya kepadaku istirahat." ujar Carrie. Aku tersenyum, lalu mengangguk. "Baiklah. Makes some friends!!" ujarnya yang lalu berjalan menaiki tangga didepan kelas Bahasa Inggris. Setelah Carrie hilang dari pandanganku, aku pun memasuki kelas.

       Agak tidak nyaman sih. Mereka melihat ke arah ku. Aku segera memilih tempat duduk yang nyaman. "Luke, do you remember me?" tanya seorang gadis yang kemudian menghampiriku. Aku mengkerutkan dahiku. "It's me, Samantha Abrams." jawabnya. "Oh, kau. Lama tak bertemu." ujarku kalem. "Kau sama sekali tidak berubah, Luke. Flat." balasnya terkekeh. "Welcome to my life." ucapku. Dia hanya tersenyum tipis dan duduk ditempatnya.

       Well, itulah aku. Mungkin Sam sudah kebal dengan tingkah ku. Aku ingat dia. Gadis berisik seperti Carrie, tapi tidak sebaik dan secantik Carrie. Wait, what? Did I say Carrie is beautiful? Well, if I say so, maybe that's correct. Lagipula, Sam itu sangat annoying. Dan gadis annoying itu sangat menggangguku. Satu lagi, Sam itu menyukai ku. Tapi tak tahu sekarang. Kuharap, dia menyukai orang lain, bukan aku.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

        Kelas Bahasa Inggris selesai. Mrs. Montgomery untungnya tidak setua guru sejarah yang bernama Mr. Janson itu.  Kini aku berjalan menuju kantin. Setelah menemukan kantin, seseorang menepuk bahu ku. Aku menoleh. Seorang lelaki seumuran ku, dengan wajah Asia, rambut hitam, dan mata coklat memandangiku dengan tatapan meneliti. "Luke Hemmings?" tanyanya. Aku mengangguk. Lelaki itu kemudian tersenyum bahagia saat mengetahui bahwa ini aku, Luke. "God, long time not see you, bro! How are you?" tanyanya.

"Baik, Cal. Kau sendiri?" balasku. Kenyataannya, aku mengingatnya. Karena wajahnya paling kentara untuk diingat.

"Aku juga. 5 tahun di Queensland, dan kembali, tak mengabariku, apa maksudnya itu bung?"

"Apa maksud pertanyaan mu itu?"

"Owh, Luke. Kau sama sekali tidak berubah."

"Beginilah aku. Welcome to my life."

     Lelaki yang aku panggil Cal itu hanya terkekeh. Baik, akan ku perkenalkan. Namanya Calum Thomas Hood. Atau Calum Hood. Dia adalah sahabatku dari SD. Dan kini, wajahnya tidak berubah banyak. Seperti yang aku sebutkan tadi. Dia adalah orang terkonyol yang pernah aku kenal. Dan juga, dia sangat bersahabat. Dia adalah orang yang ramah.

"Sebaiknya kita makan! Aku lapar." ujar Calum.

     Aku hanya mengangguk dan mengikutinya. Selama mengantri makanan, aku dan Calum mengobrol banyak. Mungkin karena kami sudah mengenal sejak lama. Setelah selesai, kami duduk di bangku yang kosong. "You know, fans mu sangat berduka ketika tahu kau akan pindah." ujarnya disela-sela menikmati burgernya.

"Aku tidak peduli. Aku tidak memikirkannya." jawab ku cuek.

"Kau itu sadar tidak? Kau populer, dude!"

"Lantas aku harus bilang apa? Itu bujan kehendakku."

"Argh, aku heran, kenapa aku bisa bertahan menjadi sahabatmu?"

"Aku juga bertanya begitu."

"Sial kau, Luke!"

       Aku dan Calum tertawa. "Welcome back, Hemmings!" ujar seseorang yang langsung datang dang menepuk pundakku. Aku menoleh. "Thanks, Ashton. Tapi, bisakah kau mengubah kebiasaan mu yang selalu mengagetkan itu?" tegurku.

"Kau juga tidak berubah. Cuek, dan tukang protes." balas orang itu.

"Terimakasih pujiannya, Irwin."

"Sama-sama, Hemmings."

       Ashton langsung duduk disebelahku dengan makanannya. "Hei, itu Michael?" tunjukku kepada seseorang berambut dicat biru. "Yep, musuh mu, bung!" jawab Ashton. "Dia mau cari mati?" tanyaku.

"Mungkin?" ujar Calum.

"Cal, hari ini tim basket putri latihan tidak?" tanya Ashton.

"Mungkin? Kenapa? Jangan bilang, teman-teman mu mau melihat si dirty blonde itu latihan?" ucap Calum.

"Hehe, kau seperti tidak tahu saja."

"Ash, seharusnya mereka bisa berkenalan dengan dia."

"Tapi dia itu irit bicara."

"Siapa yang kalian maksud?" tanyaku yang bingung.

"Dia." ujar Ashton.

        Aku melihat Ashton melihat sesuatu dibelakangku. Aku menoleh. "Carrie?" tanyaku bingung. "Kau mengenalnya?" tanya Calum. Aku mengangguk. Aku melihay Ashton dan Calum terkejut. "Tunggu, bagaimana bisa? Setahuku, Carrie irit bicara?" ujar Calum. "Calum benar. Bagaimana?" lanjut Ashton.

"Seriously? Menurut ku dia banyak bicara." jawabku acuh.

"Banyak bicara?" tanya Ashton dan Calum.

"Iya."

"Dia itu irit bicara. Bicara, hanya dengan orang yang terdekat dan seperlunya saja." jawab Calum.

"Bahkan, dengan gerombolan anak populer, dia irit bicara." sambung Ashton.

"Dia banyak bicara, mengerti? Bahkan, kemarin, aku dan dia berselfie ria."

"WHAT??"

     Teriakkan Calum dan Ashton membuat hampir seisi kantin menoleh ke meja kami. Aku hanya memutar mataku lalu melanjutkan makan siang ku. Dan tiba-tiba...

"Luke, can I join with you?" tanya seseorang.

      Aku sudah tahu dia siapa. "Sure, Carrie. If you want!" ujarku akhirnya.

①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°①°

Hai hai hai, gimanaaa? Ini fanfic selingan dari In Case. Aku emang pingin bikin fanfic tentang 5SOS. Dan tokoh utamanya Luke sama Chloe Moretz. Please, responnya bagus yaaaa

Sebagai permulaan, ku bikin chapter 1 nya dulu. Kembalinya Luke ke Sydney dan kenalan sama Carrie Stanton (Chloe Moretz). Dan ketemu lagi sama Ashton dan Calum. Terus, disini, Luke masih musuhan sama Michael. Belum damai. Dan 5SOS belum kebentuk disini.

Chloe Moretz on multimedia guys

SO, I HOPE YOU LIKE IT!!

JANGAN LUPA VOTE SAMA KOMEN

TERIMAKASIH =)

Continue Reading

You'll Also Like

53.7K 8.4K 52
Rahasia dibalik semuanya
77.9K 7.6K 21
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG
48.5K 6.4K 39
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...
244K 36.7K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...