Himnaeseyo [BTS Fanfiction]

By dhedingdong95

131K 12.6K 3.9K

aku benci..... benci ketika kejadian itu terjadi, semuanya berubah..... kehidupanku..... masa depanku..... se... More

#1: Alasan Untuk Bertahan
#2: Keras Kepala
#3: Kecewa
#4: Curahan Hati
#5: Hal Tak Terduga
#6: Bimbang
#7: Mengubah Takdir?
#8: Sebuah Pilihan
#9: Awal Dari Perjuangan
#10: Selangkah Lebih Maju
#11: Keraguan
[FF SELINGAN - DELSOON]
#12: Kilas Balik
#13: Sebuah Permulaan
#14: Jatuh Bangun
#15: Belum Berakhir (1)
#16: Belum Berakhir (2)
#17: Belum Berakhir (3)
#18: Perasaan Sebenarnya
#19: Ketakutan (Sendiri)
#20: Teman Lama
#PENGUMUMAN
#21: Pergumulan
#22: Rahasia
#23: Hadiah
#24: Penggemar
#25: Semangat Tanpa Henti
G.A.L.A.U
#27: Fanmeeting (2)
#28: Fanmeeting (3)
[SPOILER #29]
#29: Petuah
#30: Buah Dari Penantian
#31: Pengakuan
#32: Perdebatan Kecil
#33: Terbongkar (1)
#34: Terbongkar (2)
#35: Keputusan

#26: Fanmeeting (1)

2.2K 306 124
By dhedingdong95

March 5th, 2017
Gocheok Sky Dome
10:05 AM
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

.
.
.
.
.
"h....hyung.... ramai sekali" setelah melakukan perjalanan langsung dari daegu, baik taehyung, seokjin dan juga jimin segera bergegas menuju venue dimana fanmeeting diadakan. mereka sengaja tak mampir restoran untuk mengisi perut terlebih dahulu, karena taehyung terus saja meminta sang kakak untuk langsung pergi ke lokasi.

beruntunglah si sulung telah menyiapkan beberapa bekal untuk dibawa, mengantisipasi agar mereka tak kelaparan di sana. ia sengaja bangun tengah malam, mengesampingkan rasa lelah karena aktivitasnya sebagai seorang dokter demi kebutuhan si adik kesayangan.

meski begitu, mereka um......... lebih tepatnya seokjin masih enggan untuk turun dari mobil. mengingat saat ini waktu menunjukkan pukul 10 pagi. dengan kata lain masih banyak waktu bagi mereka untuk beristirahat atau menyiapkan tenaganya guna menghadiri fanmeeting nanti. yang paling penting, seokjin telah menepati janjinya untuk mengantar taehyung jauh sebelum acara dimulai kan?

ya. benar sekali. hal ini membuat taehyung mau tak mau hanya bisa memandang keramaian para penggemar JK dari balik kaca jendela mobil. raut masam masih tak lepas dari wajah tampan kim taehyung. rasa kesal pada hyungnya pun perlahan menguasai hatinya. bukan ini yang kumau, hyung! begitulah kalimat yang terus terlontar di dalam hati taehyung.
.
.
.
.
.
.
dari kemarin malam, taehyung sangatlah berantusias hingga meminta sang kakak untuk berangkat di pagi-pagi buta. padahal acaranya baru dimulai pukul 5 sore. mungkin karena ini akan menjadi hari bersejarahnya, taehyung benar-benar merencanakan segala sesuatunya sebaik mungkin. pemuda kim itu sungguh tak mau ketinggalan setiap momen yang ada pada fanmeeting tersebut. dimulai dari perjalanan mereka dari daegu, bagaimana proses antriannya, hingga berakhirnya acara nanti. semua akan taehyung kenang sebagai momen terindah dalam hidupnya.

jujur. pemuda itu tak bisa tidur semalaman, memikirkan hal apa saja yang akan terjadi saat fanmeeting nanti. lihatlah kantung mata di wajah tampannya yang kian menebal. menunjukkan bahwa pemuda kim itu tak tidur dengan baik.

kini, masih ada waktu sekitar 7 jam sebelum acara benar-benar dimulai. namun lautan manusia telah memadati area luar stadion baseball terbesar di negeri ini. seolah mereka tak peduli dengan dinginnya udara peralihan dari musim dingin ke musim semi. terlebih, pagi ini angin berhembus cukup kencang membuat suhu dingin benar-benar terasa hingga menusuk tulang. hhh luar biasa dedikasi mereka untuk sang idola.

"kau mau menunggu di dalam mobil saja? hyung pikir akan terasa lebih nyaman daripada menunggu di luar sana" seokjin menawarkan pilihan terbaiknya. diliriknya spion yang menggantung di atasnya, demi mengetahui respon apa yang akan diberikan sang adik.

sayang, niatan baik itu disambut gelengan pelan oleh taehyung.

"heeey, kenapa tak mau? bukankah kita sudah mendapat kursi VIP? dengan begitu kita tak perlu mengantri berjam-jam di tengah suhu dingin seperti ini" seokjin penasaran atas alasan apa yang mendasari taehyung menolak untuk menunggu di dalam mobil.

"apa gunanya kita datang awal kalau hanya diam di dalam mobil? aku juga ingin merasakan euforia seperti penggemar lain, hyung" taehyung menjawab pelan. kedua matanya masih tak lepas dari ribuan orang yang berlalu lalang di seberang jalan.

"ya tuhan, kim taehyung! apa yang akan kau lakukan di sana? bagaimana jika kau kelelahan sebelum acara dimulai? suhu yang tak menentu seperti sekarang akan mempengaruhi kesehatanmu!" jimin ikut menyumbang pemikirannya. bisa disimpulkan bahwa pemuda itu sependapat dengan seokjin.

hening. taehyung belum berniat untuk menjawab pertanyaan spontan jimin.

".............kau tak mau melewatkan segala momen di fanmeeting kan? hhh lagipula, mereka hanya membuang waktu dan tenaga untuk mengantri seperti itu" jimin melanjutkan kalimatnya kembali.

"ya sudah. kalau begitu bantu aku untuk turun dari mobil. kalian tunggu saja di sini, biar aku yang ke sana sendiri" kalimat mengejutkan terlontar begitu saja dari bibir taehyung. nada bicaranya terkesan datar, namun sukses membuat dua orang lain yang duduk di kursi bagian depan menolehkan kepalanya. bahkan salah satu diantara mereka tampak membulatkan matanya karena tak paham dengan jalan pikiran kim taehyung.

"jangan bertindak bodoh, kim taehyung!" seokjin yang awalnya terlihat santai, kini cukup terbawa emosi dengan keputusan nekat sang adik.

"aku bukan anak kecil lagi hyung! walau aku tak bisa berjalan, bukan berarti aku tak bisa berbuat apapun!" taehyung juga ikut meninggikan suaranya. cukup jengah dengan perlakuan protektif orang-orang di sekitarnya.

seokjin tak menjawab. ia hanya meraup oksigen sebanyak-banyaknya kemudian menghembuskan perlahan, bermaksud menekan emosinya yang kian menjadi. taehyung-ah, bisakah sehari saja kau tak membuat hyung khawatir?

"hyung...... tahun ini aku berumur 19 tahun. aku sudah cukup dewasa untuk membedakan mana yang baik buatku dan mana yang tidak. aku punya mulut. aku bisa bertanya jika aku kebingungan atau tak tahu jalan" suara taehyung melemah. sepertinya ia berhasil mengontrol emosinya sekarang.

"tapi kau seringkali menyalahgunakan kepercayaan kami, kim taehyung!" jimin membuka suara. tak sadar pula dengan nada bicaranya yang terkesan menantang. um, bisa dibilang bahwa ia ingin menyampaikan pendapatnya dari sudut pandang seokjin. karena pemuda park itu sangat paham dengan sikap dan watak si dokter muda tersebut. jimin tahu, bahwa sangatlah sulit bagi seokjin untuk menyampaikan hal semacam ini kepada sang adik. pria muda itu lebih memilih untuk meningkatkan kesabarannya, daripada dijauhi lagi oleh taehyung karena salah berbicara.

"aku sedang tak ingin bertengkar denganmu, chim" taehyung menjawab lirih. raut wajahnya berubah menjadi tanpa ekspresi. pemuda kim itu lebih memilih untuk memalingkan wajahnya, daripada terpancing dalam kemarahan. jujur. kim taehyung paling benci bila disudutkan seperti ini.

"siapa juga yang mengajakmu bertengkar, eoh? aku hanya ingin meluruskan cara berpikirmu yang selalu seenaknya sendiri" jimin sewot. hhhh memang butuh kesabaran ekstra bila menghadapi kim taehyung. lebih-lebih saat ia sedang menginginkan sesuatu. taehyung bisa nekat melakukan apapun tanpa sempat memikirkan resikonya. dan itulah yang membuat seokjin seringkali bersikap protektif pada sang adik.

"sudah..... sudah.... kenapa mempeributkan hal yang tak penting, hm? baiklah. siapkan apa saja yang akan kalian bawa, kita segera ikut mengantri di sana" seokjin mengalah. baginya, mengikuti permintaan taehyung merupakan keputusan terbaik saat ini.

senyum taehyung sedikit mengembang. "terima kasih hyung"

"hn. tapi sebelum kita ke sana, hyung punya satu syarat yang harus kau penuhi detik ini juga" lagi-lagi seokjin belum melepas kebahagiaan taehyung sepenuhnya.

"........syarat?" taehyung bertanya ragu. menunjukkan sedikit rasa kecewanya pada si sulung.

"ya. satu syarat mudah. kau harus menghabiskan makananmu sekarang, atau kita tidak akan menghadiri fanmeeting itu" seokjin menjawab seraya menyodorkan sebuah kotak bekal berwarna hitam ke arah taehyung.

dokter muda itu sangat yakin, bahwa taehyung akan tenggelam dalam antusias hingga melupakan jadwal makannya sendiri. maka dari itulah seokjin berinisiatif untuk memaksa taehyung memakan bekal tersebut saat ini juga, atau nantinya pemuda kim itu akan terus beralasan hingga membiarkan perutnya kosong sepanjang hari.

"tapi hyung........ ini masih pagi. lagipula aku juga belum lapar" taehyung melempar aksi protesnya, meskipun tangan kanannya tetap terulur demi mengambil kotak bekal tersebut.

"tak ada alasan lagi. cepat habiskan bekal itu............. atau hyung akan melajukan mobil ini kembali ke daegu" nyatanya ancaman seokjin kali ini cukup ampuh. baiklah. dimulai dengan sebuah dengusan kecil, kim taehyung secara perlahan menyantap bekal tersebut di kursi belakang. tanpa ada yang tahu pula, sebuah senyum tipis terukir di bibir pria muda yang kini tengah duduk di balik kemudinya. sementara itu pemuda park yang awalnya dibuat emosi dengan perilaku taehyung, lebih memilih untuk terkekeh geli.

satu hal yang menjadi ciri khas mereka bertiga. tak ada yang tahu kapan dan dimana mereka akan bertengkar atau berselisih paham. dan tak ada yang tahu pula seberapa lama mereka akan berbaikan. bisa dalam waktu beberapa hari atau hanya selisih menit, seperti saat ini.
.
.
.
.
.
.
.
"bagaimana perasaanmu taehyungie? apa kau senang?" tanya seokjin sembari mendorong kursi roda taehyung. benar. saat ini mereka tengah berjalan santai ke halaman venue demi mendekati antrian para penggemar.

faktanya, sebagian besar dari penggemar adalah remaja atau wanita berusia 20 tahunan. tapi taehyung sama sekali tak malu mengakui bahwa ia juga bagian dari penggemar JK.

selama di perjalanan..... terkadang, taehyung menutup kedua mata demi menikmati semilir angin yang menyapu permukaan kulitnya. wajarkah bila ia tak merasa kedinginan sama sekali? atau mungkinkah rasa dingin itu tertutupi oleh perasaan hatinya yang kian menghangat?

"aku senang, hyung. senang sekali" taehyung menjawab dengan penuh semangat. tak jarang ia menampilkan senyum lebarnya, sesekali tertawa kecil.

"sering-seringlah tersenyum seperti itu, taehyungie. hyung sangat senang melihatnya" seokjin mengacak rambut taehyung gemas.

".........hyung?" tiba-tiba taehyung memanggil seokjin, yang secara tak langsung mengalihkan topik pembicaraan.

"ya, taehyungie?" seokjin menjawab dengan lembut. dokter muda itu masih mendorong kursi roda sang adik, karena kawasan ini memang tergolong sangat luas. yaaa dengan kata lain, sedikit membutuhkan waktu untuk berjalan dari tempat parkir ke area antrian penggemar. meski jika dilihat secara kasat mata, parkiran tersebut hanya berada di seberang jalan saja.

"apa bang pd menghubungi hyung lagi? um.......... tentang rencana itu.......... um............. bang pd-nim benar-benar akan mewujudkannya kan?" taehyung menoleh, lantas sedikit mendongakkan kepalanya demi dapat melihat wajah sang kakak. kali ini taehyung tampilkan raut wajah sesungguhnya. ragu, gugup, dan khawatir, itulah yang pemuda kim rasakan saat ini.

seokjin hanya tersenyum melihatnya.

"tak perlu khawatir, taehyungie. bukankah kau sendiri yang bilang, bahwa kau mempercayai bang pd sepenuhnya?"

taehyung memaksakan senyumnya, kemudian mengangguk pelan. benar. apapun yang terjadi, ia harus melakukannya. tinggal selangkah lagi, dan taehyung tak mau mengacaukannya untuk kesekian kali.

"hanya saja............. saat menyadari bahwa bang pd tak menghubungi hyung belakangan ini......... um....... nyatanya membuatku sedikit takut, kalau rencana yang kita susun akan gagal bahkan sebelum dilakukan" taehyung mengutarakan kekhawatiran terbesarnya.

"kau tahu? orang yang sukses tak akan pernah takut dengan suatu kegagalan. jika memang hari ini belum berhasil, kita masih punya banyak waktu untuk mencobanya kembali. hmm tak biasanya kau khawatir seperti itu. dimana adik hyung yang pantang menyerah itu, hm?" seokjin mencoba untuk menghibur adiknya yang termenung.

menyadari tak ada tanggapan berarti dari taehyung, seokjin melanjutkan kalimatnya kembali. "kita lakukan saja apa yang bang pd minta. hyung sangat yakin, ia telah menyusun rencana terbaik untuk kita. okay?"

taehyung mengangguk lagi sebagai jawabannya. terkadang wajah polos pemuda kim ini membuat siapa saja ingin menarik pipinya karena gemas.

"kau bilang, kau menginginkan official merchandise JK. katakan padaku, apa yang ingin kau beli hm? aku akan membelikannya untukmu" jimin yang sedari tadi hanya menyimak pembicaraan kim bersaudara, kini mulai berani membuka suara.

"benarkah? um....... apapun yang berkaitan dengan JK, aku menyukainya" taehyung tersenyum. ia tak pernah menyangka, sang sahabat mau mengantri panjang bersama para gadis dan wanita muda lain demi membelikannya barang yang sudah lama ia incar.

"baiklah, aku akan membelikannya. hubungi aku saat kalian mendapat tempat yang nyaman untuk mengantri. tunggulah disana, aku segera menyusul" setelah menyelesaikan kalimatnya, jimin memilih untuk memisahkan diri dari taehyung dan seokjin demi masuk ke barisan calon pembeli official merchandise JK.

"terima kasih, jimin-ah!" taehyung sedikit berteriak, melihat sang sahabat sedikit berlari menjauhinya. ia bahkan sempat melambai-lambaikan tangannya sebagai salam perpisahan sesaat.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"h...hyung..... ada banyak tangga di sini. bagaimana caranya agar aku bisa masuk kesana? kulihat......... tak ada jalanan khusus untuk kursi roda seperti yang kugunakan" dengan susah payah taehyung menelan salivanya. rasanya ia ingin berteriak keras menyampaikan seluruh kekesalannya pada semua orang di sekitarnya. mengapa stadium semegah ini tak ramah pada orang yang memiliki keterbatasan seperti dirinya? apakah orang cacat tak boleh masuk ke dalam sana? apakah orang cacat tak berhak mendapat perlakuan adil seperti orang normal yang lain?

tanpa disadari seokjin sudah berdiri tegap di hadapan taehyung, sekaligus menyadarkan adiknya yang tengah melamun. dan tak menunggu lama, ia memutuskan untuk berjongkok demi mensejajarkan dirinya dengan sang adik juga memudahkannya dalam berbicara intens.

"mengapa harus murung seperti itu, hm? bukankah ini hanya masalah sepele yang bahkan sering kau hadapi sehari-hari?" lagi-lagi seokjin tersenyum melihat tingkah sang adik. tak tahan dengan rasa gemasnya, ia acak poni taehyung pelan.

"tapi aku merasa---"

"tak adil? benar, kan?" seolah bisa membaca pikiran taehyung, seokjin dengan yakin memotong pembicaraan adiknya. berhasil membuat taehyung semakin menunduk demi menyembunyikan rasa kecewanya.

"jika kau selalu beranggapan seperti itu, kau akan terus merasa diperlakukan tidak adil. ingatlah, bahwa akan selalu ada jalan menuju ke roma. dan hyung, yang akan menemukan jalan itu untukmu" seokjin memegang dagu taehyung kemudian sedikit mendongakkan wajah sang adik, lantas memberikan sebuah senyuman hangat kepadanya.

"terima kasih, hyung. kalau boleh jujur, rasanya aku sangat ingin menjadi seorang yang mandiri. tapi ternyata....... aku sangat bergantung padamu, ya?" taehyung tersenyum masam. bayangan-bayangan masa lalu terlintas di otaknya. tidak. kali ini taehyung tidak akan mengulangi kesalahan yang sama, atau ia...... akan kehilangan kembali sosok terpenting yang ada pada hidupnya.

"kau tahu? hyung sangat senang melihatmu bergantung padaku. dengan begitu, hyung tahu..... jika kau benar-benar membutuhkan sosok hyung dalam kehidupanmu"

lagi-lagi taehyung tersenyum. kali ini raut penyesalan yang tergambar di wajahnya. "maaf........"

"sudahlah, tak perlu berlarut-larut dalam penyesalan. yang lalu biarlah berlalu. sekarang.... naiklah ke punggung hyung, kita akan segera ke sana"

"hyuungg, tapi....... tubuhku berat. lalu kursi roda ini, apa hyung akan meninggalkannya di sini?" taehyung keberatan dengan keputusan searah yang dibuat seokjin. terlalu berresiko, pikirnya.

"jungkook saja kuat menggendongmu. kenapa hyung tidak? dan..... tak perlu khawatir, tak ada yang mencuri kursi rodamu hahaha"

taehyung mendengus pelan. ia ulurkan kedua tangannya ke atas bahu seokjin. dengan bantuan sang kakak, pemuda kim itu berhasil berpindah ke punggung lebar tersebut.

"hyung.... apa aku berat?" taehyung sedikit merasa tak enak pada kakak sulungnya. mengingat seokjin harus menggendongnya dan menaiki puluhan anak tangga sekaligus. bagaimana jika sang kakak kelelahan lalu pingsan di tengah jalan? ahhh tidak. seokjin hyungnya tak selemah itu.

"tidak, taehyungie. tidak sama sekali. bisa dibilang, kau terlalu kurus dibandingkan dengan orang-orang seumuranmu" seokjin sengaja memperlambat langkah kakinya agar semakin lama menikmati kebersamaannya bersama sang adik.

kedekatan itu terasa sangat nyata, saat ia berhasil menggendong tubuh kurus sang adik. seolah hubungan persaudaraan itu benar-benar seokjin rasakan sekarang.

mungkin dengan hidup bersama selama setahun ini, membuat kalian berspekulasi bahwa hubungan keduanya membaik bahkan cenderung lebih dekat. ya. itu memang benar.

tapi definisi dekat disini tak seperti apa yang kalian bayangkan. memang, seokjin selalu berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan taehyung demi memperbaiki hubungan mereka. tapi kesibukan yang selalu membuntuti seokjin setiap harinya, membuat definisi kata dekat itu sedikit tak berarti. di hari biasa, seokjin pergi ke rumah sakit saat taehyung terbangun dari tidurnya. jadi mereka hanya menyempatkan saling menyapa satu sama lain saja. jika taehyung bangun sedikit lebih awal, si sulung pasti menyempatkan diri untuk sarapan bersama. selanjutnya, seokjin akan pulang saat taehyung sudah terlelap dalam mimpinya. bagaimana dengan akhir pekan? bisa saja saat akhir pekan, dimana menjadi satu-satunya kesempatan mereka untuk menghabiskan waktu bersama...... tiba-tiba seokjin mendapat telepon mendadak untuk memimpin jalannya sebuah operasi darurat.

memang. menjalani hidup bersama seorang dokter lebih-lebih dokter ternama, membuat apapun serba tak pasti dan sulit untuk ditebak. taehyung masih beruntung, kim seokjin mau menyempatkan waktu super sibuk tersebut hanya untuk menuruti kepentingannya.

"hyung........."

"hn?"

"um....... hyung......" taehyung sedikit ragu dalam membicarakan hal ini. terbukti bahwa ia belum bisa melanjutkan kalimatnya dan lebih memilih untuk memanggil seokjin berulang kali.

"ya taehyungie?"

"um...... mungkin terlambat bagiku untuk mengatakan ini. tapi....... terima kasih atas segala bantuanmu sampai detik ini, hyung. terima kasih pula hyung sudah sangat sabar menuruti semua permintaanku" dengan posisi masih berada di gendongan seokjin, taehyung mencurahkan segala isi hati yang belum pernah dibagikannya.

seokjin tak menjawab. ia hanya memilih untuk terus menapaki anak tangga sepelan mungkin. dengan begitu si dokter muda dapat mendengar perkataan jujur sang adik sampai tuntas.

"hyung............"

"hn?" seokjin selalu tersenyum saat mendengar panggilan taehyung. dari situlah ia selalu bertanya-tanya topik apa yang akan dibahas sang adik. karena taehyung.......... tak pernah dapat ditebak.

"aku............. sangat menyayangi hyung. aku takut hyung meninggalkanku lagi. aku sudah pernah kehilangan kalian berdua. baik seokjin hyung......... ataupun jungkookie. dan itu rasanya sakit sekali, hyung" nada bicara taehyung melemah. entah ia takut untuk berkata jujur, menahan gengsinya, atau malah sedang menahan tangis, atau mungkin hal-hal lainnya. yang jelas........ penuturan taehyung sukses membuat seokjin menahan nafasnya sesaat. untuk pertama kalinya, taehyung mengungkapkan hal semacam ini padanya secara langsung. apakah ini akan menjadi pertanda baik untuk hubungan kim bersaudara?

"jangan tinggalkan aku lagi, hyung....... sungguh. aku tak bisa membayangkan bagaimana jadinya bila aku berjuang sendiri. maaf, bila dulu aku pernah menolakmu.......... dan ternyata, begini rasanya saat ditolak oleh adik kandung sendiri. sakit sekali" taehyung tertawa getir.

"aku tak tahu, dibalik rasa benciku pada hyung dulu........... ternyata tersimpan rasa rindu dan sayang sedalam ini. kumohon.......... jangan pergi lagi. benar kata hyung, kita mulai sama-sama dari awal. meski membutuhkan waktu yang sangat lama untuk beradaptasi, kuharap jungkookie dapat menerima semua ini"

".............harapanku terlalu tinggi ya hyung? jungkookie mau bertemu denganku saja, aku sudah sangat bersyukur hehe" berbagai emosi ditampilkan taehyung dalam sekali berbicara. dari ketakutan, cemas, penyesalan, hingga pengharapan semua berkumpul jadi satu.

"tak perlu hyung jelaskan lagi, kau tahu sendiri......... betapa hyung menyayangimu, adikku....... kim taehyung. hyung berani bersumpah, apapun yang terjadi hyung akan tetap bersamamu. menjadi kakimu. menjadi pelindungmu. dan juga...... menjadi kakak yang baik bagi jungkookie nantinya. hyung percaya, kita bisa berkumpul bersama kembali" tak terasa, pembicaraan kedua orang itu sampai pada titik dimana langkah kaki seokjin berpijak di anak tangga terkahir. dan tanpa sadar pula, bahwa banyak pasang mata yang sedang mengamati momen manis tersebut hingga menghasilkan banyak topik pembicaraan diantara penggemar JK yang lain.
.
.
.
.
.
.
"lihatlah. dua orang pria saling bergendongan di depan publik? gay? apa mereka sudah gila? cih! sok romantis sekali"
.
.
"tidak. tidak. aku melihat ada kursi roda di sana. atau mungkin pria yang digendongnya...... cacat?"
.
.
"ah! benar! bukankah dia penggemar JK yang sempat menjadi topik perbincangan beberapa bulan lalu? dia jauh lebih tampan dari foto yang beredar"
.
.
"ah ya! ya! kau benar! aku mengingatnya! wow, dia hadir di fanmeeting ini eoh? keren sekali melihatnya tak malu datang ke tempat seperti ini"
.
.
"cepat! cepat! ambil gambarnya!"
.
.
"ini akan menjadi topik menarik di portal online! aku tak sabar menantikan responnya!"
.
.
"dia tampan. tapi sayang sekali, tubuhnya yang cacat pasti mengacaukan hidupnya"
.
.
.
.
.
.
"hyung........ sepertinya mereka mulai mengenaliku sebagai penggemar JK yang cacat" setibanya di sebuah bangku kosong yang terletak di samping pintu utama venue, taehyung mulai merasakan ada keanehan di sekitarnya. banyak orang memandangnya dengan tatapan mengintimidasi serta sayup-sayup celotehan mereka terdengar hingga membuat telinga taehyung berdengung.

"apa kau merasa tertekan?" seokjin memilih untuk duduk di sebelah taehyung. sebelum ia memutuskan mengambil kursi roda adiknya di bawah sana.

taehyung diam. ia lebih suka untuk mengambil nafasnya dalam-dalam, dan menghembuskannya perlahan. menandakan bahwa ada satu beban pikiran yang masih menyumbat otaknya. ia mainkan jemarinya, bermaksud untuk menyalurkan kegelisahannya.

"apa hyung perlu memarahi mereka satu per satu?" seokjin sedikit memancing.

taehyung tertawa kecil. "tidak. tidak perlu, hyung. aku tahu......... bahwa cepat atau lambat, aku akan mengalami ini semua"

seokjin tersenyum mendengar jawaban jujur sang adik. dokter muda itu memilih untuk menggeser sedikit posisi tubuhnya, lantas merangkul bahu adiknya.

"hyung senang..... melihatmu lebih berpikiran terbuka seperti ini. kau juga tidak menjadi anti sosial seperti dulu lagi. yaaaa, paling tidak. kau berani mengabaikan seluruh perbuatan mereka, yang mungkin bisa menyakiti hatimu. asal kau tahu.... itu sudah menjadi salah satu bentuk kemajuan dalam dirimu, taehyungie" seokjin menepuk-nepuk salah satu bahu taehyung.

"terima kasih hyung. aku........ ingin menjadi pribadi yang lebih baik setiap harinya" taehyung tersenyum seraya mengalihkan pandangannya menjadi lurus ke depan.

"perlu kau ingat. kau tak bisa selalu hidup dalam zona amanmu. ada kalanya mereka tahu bahwa seorang kim taehyung merupakan kakak kandung dari JK, si artis terkenal itu. dan kau harus menerima kenyataan, bahwa pasti tak semua dari mereka akan menerimamu. kau harus siap dengan caci maci mereka, perlakuan merendahkan dari mereka, atau mungkin........ hujatan yang tak ada habisnya. pasti ada pula yang berpikir, bahwa kau memanfaatkan popularitas JK untuk mendapat perhatian publik. ingatlah kim taehyung. hyung tak bermaksud untuk menakutimu. hyung hanya ingin, kau mempersiapkan diri dengan segala konsekuensi pilihanmu. tapi percayalah....... baik hyung dan juga jiminie, kami disini untuk selalu mendukungmu, menyemangatimu, dan juga melindungimu. kau harus tetap kuat, okay?" seokjin memberikan setiap pengertiannya demi memberi pandangan pada sang adik. perlu diingat bahwa ini sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai kakak sulung sekaligus orang tua bagi taehyung, memberikan segala pengertian serta mengarahkan sang adik untuk menjadi sosok yang lebih baik ke depannya.

"satu lagi. kau tak perlu menjadi rendah diri mendengar setiap perkataan dari mereka. tegakkan kepalamu, berikan senyuman lebar pada mereka. buktikan, bahwa kim taehyung tak peduli dengan cemoohan tak berguna itu. kau bisa melakukannya, kan? kau pasti bisa, kim taehyung!" seokjin terus memberikan semangatnya pada sang adik. ia tak pernah bosan membangun semangat taehyung, dikala sang adik mengalami krisis kepercayaan diri seperti sekarang.

"ya hyung, akan kucoba"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Gocheok Sky Dome - Make Up Room
15:00 AM
.
.
.
"bagaimana perasaanmu, jungkook-ah? apa kau gugup?" pertanyaan terlontar dari pria berambut putih yang kini duduk di sebuah sofa. sesekali pemuda itu menyesap americano yang sedang digenggamnya.

"um..... ya, hyung. cukup gugup. tapi rasa antusiasku lebih besar, jadi aku semakin bersemangat untuk menyelesaikan agenda hari ini!" jungkook sebagai pihak yang ditanya, menjawab dengan santai pertanyaan dari leader Hope Monster yang sengaja menungguinya dari tadi.

"bagaimana dengan kakimu? apa masih terasa sakit?" timpal hoseok yang duduk di sebelah namjoon.

"tidak hyung. perasaan bahagiaku sudah berhasil menutupi rasa sakitnya" sahut jungkook di tengah ia mempersiapkan diri.

tak ada yang tahu betapa nyerinya pergelangan kaki kiri jungkook saat ini. meski sudah meminum obat penahan nyeri sesuai anjuran dokter, tetap saja ada rasa sakit yang lolos hingga membuat jungkook terkadang menahan nafasnya. tidak. ia tak boleh menyerah sekarang. banyak pihak yang menggantungkan harapan tinggi padanya. JK tak dapat menyerah begitu saja. ia harus menuntaskan tanggung jawabnya demi para penggemar yang senantiasa mendukungnya.

"tapi kulihat kau berjalan sedikit pincang tadi, um....... seperti menahan rasa sakit. apa sungguh tidak masalah?" namjoon mengernyitkan dahinya khawatir, menganggap bahwa kondisi jungkook termasuk ke dalam tahapan serius.

"tak perlu khawatirkan aku. sungguh, aku baik-baik saja hyung. mari kita nikmati saja acara ini bersama-sama" jungkook tersenyum tulus. menghapus segala rasa khawatir yang kini mendera para hyungnya.

"kalau kau merasa tak sanggup untuk meneruskan acara, jujurlah pada kami. bagaimanapun itu, kesehatanmu adalah yang utama" yoongi menambahkan nasehat member Hope Monster yang lain.

jungkook tersenyum kembali. merasa sangat bersyukur atas kehadiran orang-orang baik di sekelilingnya. "ya hyung, aku mengerti. terima kasih banyak atas perhatian kalian"

"bukankah sudah menjadi kewajiban kami untuk selalu mendukungmu? dan....... oh ya! aku melihat sekilas run down acaramu, dan dapat kutebak bahwa konsep fanmeeting itu akan sangat menarik. um.... apa kau yang membuat seluruh konsepnya?" tanya hoseok penasaran.

"tidak hyung. bang pd lah yang mengurus semuanya" jungkook menjawab singkat, sesekali memandangi cermin di depannya. hal itu ia lakukan demi melihat aktivitas yang sedang dilakukan Hope Monster hyungnya dari pantulan cermin.

"aaaahh, sudah kuduga. CEO kita memang jenius. siapa yang tak bangga padanya" gumam namjoon sekaligus memuji pimpinan agensinya.

"kau benar hyung. tugasku hanya mengikuti arahan dari produser acara, dan memberikan penampilan yang terbaik" jungkook menjawab dengan mantap.

"jungkook-ah!!" tiba-tiba suara lain menginterupsi obrolan santai para artis Big Hit Entertainment. tampak pula seseorang bertubuh tinggi besar berdiri diri di muka pintu. air mukanya tak begitu baik. entah apa yang berhasil mengusik sosok yang terkenal tenang itu.

"........ya, sejin hyung?" jungkook menoleh ke arah sumber suara. mengabaikan tangan-tangan stylist nuna yang tengah bekerja keras merapikan dandanannya. dari nada bicara manager utamanya, jungkook tahu.... bahwa ada sesuatu yang tak beres menyangkut dirinya. jujur, perasaannya tak enak. apa....... yang terjadi?

sejin berjalan mendekati jungkook. lantas melemparkan sebuah kantung plastik putih tepat ke atas meja rias di hadapan sang artis.

"ini...... apa, hyung?" degupan jantung jungkook semakin tak beraturan. rasa gugupnya pun mengalahkan demam panggung yang seharusnya ia alami.

"aku menemukan ini di kamarmu tadi. jadi.... alasan apa yang kau berikan padaku hm?" sejin menekan emosinya. rasanya ia ingin memarahi habis-habisan artis kecilnya itu. tapi mau bagaimana lagi? pertunjukkan akan dimulai kurang dari dua jam. pria itu tak mungkin membuat JK down hingga bocah itu tak mau naik ke atas panggung. tidak. tidak. itu tak boleh terjadi.

"itu hanya..... obat dari dokter kemarin. aku lupa belum menyimpannya, hingga hyung menemukannya terlebih dulu di atas kasurku" tanpa jungkook buka plastik tersebut, ia tahu benda apa yang ada di dalamnya. bocah itu mencoba berkilah sebisa yang ia mampu. hhhh kenapa harus sekarang?

"kau pikir aku tak bisa membedakan mana obat dari dokter dan mana doping yang biasa dijual di pasaran eoh? kau bisa dibunuh jika bang pd tahu masalah ini! ah! bukan hanya kau saja. aku juga akan dibunuh karena paling bertanggung jawab atas keselamatanmu! oh yatuhaaan kim jungkook! apa yang ada di pikiranmu, haaah?" sejin berkacak pinggang. tak jarang ia acak rambutnya, lalu melepas kacamata yang menjadi ciri khasnya karena frustasi.

"kumohon hyung...... jangan ceritakan padanya. kumohon.... kumohon, cukup kalian saja yang tahu masalah ini. kumohon rahasiakan ini dari yang lain. aku janji tak akan meminumnya lagi" jungkook panik. pandangan matanya berlari kesana kemari. entahlah, rasa gelisahnya seakan memuncak hingga ia tak kuasa mengendalikannya. ada apa ini?

"ya tuhan! jungkookie! kenapa lancang sekali?" namjoon sangat terkejut dengan perbuatan lancang sang hoobae, hingga pemuda itu terperanjat dari tempat duduknya.

jujur, selama namjoon menjadi public figure ia sangat jarang mengonsumsi obat-obatan tersebut. ya. hanya sesekali. itupun saat namjoon diharuskan untuk menjalani konser tunggal Hope Monster selama 3 hari berturut-turut sesuai anjuran dokter. oleh karena itu, namjoon sangat tak percaya dengan apa yang dilakukan oleh jungkook. namjoon yakin, bocah itu telah memforsir tubuhnya habis-habisan, hingga terpaksa meminumnya.

leader Hope Monster itu juga percaya bahwa jungkook melakukan latihannya diluar batas kemampuan. kalau sudah begini, tak ada lagi yang layak untuk disalahkan. jungkook tak sepenuhnya salah. ia hanya remaja yang selalu ingin tahu dan kalah dari ambisinya sendiri. ia terlalu berantusias hingga tak tahu sejauh mana tubuhnya bertahan. demi menyenangkan penggemar di event pertamanya, ia rela menaruhkan nyawanya sendiri.

"...........sudah berapa lama kau meminumnya?" sejin bertanya pelan. mengharap sebuah jawaban yang sesuai dengan apa yang ia pikirkan.

"hanya satu............" nafas jungkook memburu. konsentrasinya buyar, ditambah rasa sakit di pergelangan kakinya yang semakin beradu. perasaannya kacau, hingga ia sendiri tak dapat mendeskripsikannya dengan jelas. gila. ini gila. ia tak dapat berfikir dengan jernih, mengenai apa yang harus dilakukannya saat ini.

"satu kali?" sejin bertanya hati-hati. ia dekatkan wajahnya ke arah jungkook, demi memperhatikan setiap ekspresi yang ditampilkan sang artis. pria itu juga sangat berharap bahwa memang itulah jawaban jungkook. satu kali dan tak pernah meminumnya lagi.

jungkook menutup matanya erat. ia meremas ujung kaos yang dikenakannya demi menenangkan hati dan pikirannya. ia terus mensugesti dirinya sendiri, bahwa semua akan baik-baik saja. tapi nyatanya cara itu tidak berhasil. kedua tangannya gemetar, suhu tubuhnya memanas hingga tak terasa buliran keringat membasahi wajahnya.

"jungkook-ah? kenapa tak menjawabku? berapa lama kau konsumsi barang itu? hanya satu kali, benar kan?" sejin semakin tak sabar. pria itu sungguh berharap bahwa jawaban jungkook benar-benar sejalan dengan apa yang ia pikirkan.

jungkook masih menutup mata. tapi ia berusaha keras untuk menggelengkan kepalanya sebagai jawaban terakhirnya.

seolah mengerti sinyal yang diberikan jungkook, sejin semakin panik. ditambah lagi keadaan remaja itu yang kini tampak begitu mencemaskan.

"ya tuhan! jadi maksudmu.......... satu apa jungkookie?" sejin semakin tak paham dengan jawaban yang diberikan oleh si artis. orang-orang di sekitar mereka pun hanya bisa mematung, tak tahu berbuat apa selain menyimak sambil menyembunyikan rasa terkejutnya.

jungkook mulai menggigiti bibir bawahnya. ia masih sadar sepenuhnya, tapi rasa aneh di tubuhnya semakin membuat ia tak nyaman. serta pergelangan kakinya yang berdenyut hebat, membuat ia tak yakin akan dimana titik kesadarannya.

"satu bulan........... hhhyung" jungkook menjawab di sisa-sisa tenaganya.

"oh astaga jungkookie! kau masih dibawah umur! oh ayolah! siapa yang mengajarimu eoh!" sejin meninggikan suaranya. diikuti dengan tatapan tak percaya orang-orang di sekitarnya. bahkan sebagian dari mereka membulatkan matanya, lalu menutup mulut mereka yang sedikit menganga karena terkejut.

"apa kau tak tahu bagaimana efeknya? yatuhan jungkook! kau masih dalam masa pertumbuhan! tak semestinya kau minum obat-obatan seperti itu! ahhh sial!" sejin tak bisa diam di tempat. ia berjalan kesana kemari sambil terus mengacak rambutnya. mencari cara untuk menyelesaikan masalah ini, atau tamatlah riwayatnya.

"jungkook-ah? kim jungkook? kau tak apa?" stylist nuna yang menyadari tingkah aneh jungkook, kini mulai memanggil-manggil namanya. memastikan bahwa bocah itu baik-baik saja.

setelah beberapa saat membuka matanya, jungkook mendengar langkah kaki yang mendekatinya. ia langsung menolehkan kepalanya tanpa memedulikan tatapan panik, cemas, marah dari orang-orang di sekitarnya. remaja itu tersenyum kecil, namun dapat dipastikan bahwa senyuman itu tulus dari lubuk hati terdalamnya. kedua matanya terbuka lebar, tapi tatapannya tak bisa diartikan. ia bahkan beranjak dari tempat duduknya seakan sedang menyambut seseorang. "oh? taehyung hyung........... sejak kapan kau disini?"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
.
cepet kan upnya? tapi semakin cepet aku up jumlah silent readersnya semakin banyak. aku sedih:((
apa mending aku upnya kek dulu aja? sebulan sekali? hihi
atau haruskah kuprivate aja? wkwkwk
yaudah deh, terima kasih bagi yang belum bosan baca ff ini. semoga tidak pernah bosan sama cerita ngawurku hahaha

mungkin ada yang tanya, kak doping tuh apa sih?
bagi yang belum tahu...... doping adalah penggunaan obat-obatan untuk meningkatkan performance dan kepercayaan diri seseorang. biasanya dipake atlet, atau artis2 yang emang jadwalnya padet gila. jadi mereka tidak gampang lelah dan terus bersemangat walaupun setiap saat berkegiatan berat. intinya secapek apapun, mereka tetap memiliki tenaga dan terus berpenampilan bugar. kalau dari sudut pandang artis, mereka bisa segar bugar walaupun latihan terus menerus selama 24 jam penuh. bahkan atletpun kalau ketahuan konsumsi ini bakal didiskualifikasi karena dianggap curang dan membahayakan kesehatan. doping ini punya lebih banyak efek samping dibandingkan efek baik. makanya sangat tidak dianjurkan, apalagi tanpa pengawasan dokter dan dikonsumsi sama bocah dibawah umur.
btw aku bukan orang kesehatan. aku hanya seseorang yang bekerja di rs tapi ga ada hubungannya sama orang sakit atau obat2an. itu murni kesoktahuanku. mohon dimaklumi kalau mungkin ada info yang salah. hehehe

see you next!
btw aku merayakan natal, jadi aku ga janji akan up minggu depan atau beberapa hari ke depan. kalau mungkin ada waktu, bisa jadi aku up. ya intinya tergantung kegabutan dan respon dari kalian! hihi

Continue Reading

You'll Also Like

92.4K 15.9K 24
Kecelakaan pesawat membuat Jennie dan Lisa harus bertahan hidup di hutan antah berantah dengan segala keterbatasan yang ada, keduanya berpikir, merek...
308K 25.7K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
119K 8.4K 54
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
385K 4.1K 83
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...