Sheiland (SUDAH TERBIT)

By BayuPermana31

26.9M 1.1M 116K

[TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA] 'Tentang lara yang lebur dalam tawa.' Bagi Shei... More

• TRAILER(+) •
Aland Alano Navvare
Sheila Andrina
• Sheiland #1 •
• Sheiland #2 •
• Sheiland #3 •
• Sheiland #4 •
• Sheiland #5 •
• Sheiland #6 •
• Sheiland #7 •
• Sheiland #8 •
• Sheiland #9 •
• Sheiland #10 •
• Sheiland #16 •
• Sheiland #17 •
• Sheiland #18 •
• Sheiland #19 •
• Sheiland #20 •
• Let's Ask Sheila's Troublemaker Cast! •
• Answer •
• Sheiland #26 •
• Sheiland #27 •
• Sheiland #28 •
• Sheiland #29 •
• Sheiland #30 •
• Sheiland #41 •
• About Them : Sheila Andrina •
• Sheiland #43 •
• Sheiland #44 •
• Sheiland #45 •
• Sheiland #46 •
• Sheiland #47 •
• Sheiland #48 •
• Sheiland #49 •
• CAST SHEILAND •
• AUTHOR'S NOTE & QUESTION •
• Aland-Arkan #01 •
• Aland-Arkan #02 •
• VOTE COVER SHEILAND! •
• PERTANYAAN PENTING •
• INTIP VERSI NOVEL SHEILAND •
• GIVEAWAY NOVEL SHEILAND •
• INFO PRE ORDER •
• PENGUMUMAN UNPUBLISH •
PRE ORDER DIBUKA!
BENUA & ASIA

• Sheiland #42 •

266K 26.4K 1.1K
By BayuPermana31

Ada masanya sebuah hubungan berada dalam masa menyenangkan, namun ada pula yang berada dalam masa yang terjebak dalam dua kemungkinan.

Melangkah maju, atau justru melepaskan ikatan itu.

***

"Singa lagi bad mood, Al, jangan diganggu. Mau kena bacok lo?" sergah Tirta begitu Alfa hendak mengomentari tingkah Aland yang lebih banyak diam hari itu.

Biasanya, ada dua tipe cara mengungkapkan amarah yang lazim dilakukan orang-orang. Yang pertama, yang biasanya mengungkapkan secara nyata. Maksudnya, emosinya itu bisa dirasakan orang lain secara fisik.

Misal, terus menggerutu tanpa henti hingga suaranya itu membuat telinga orang lain panas. Merusak benda-benda, hingga memukul orang lain tanpa alasan yang jelas.

Yang kedua, adalah mereka yang memilih diam, bungkam dan enggan mengatakan sepatah kata pun. Namun, jika dalam diamnya mereka diganggu, maka hati-hati saja. Amarah mereka bisa lebih meledak dari tipe pertama.

Aland termasuk dalam keduanya, jika sendirian ia memiliki kecenderungan untuk melempar apa pun yang ada di sekitarnya. Ponsel, laptop, sampai benda-benda yang mudah pecah.

Lalu, jika sedang berada di dalam ruangan dengan banyak orang seperti di kelas ini, maka Aland hanya diam. Tetapi terlihat sekali sedang marah dari rahangnya yang mengeras dan napasnya memburu.

"Anjir, Ta, makasih udah peringatin gue." Alfa berceloteh, tetapi nada bercandanya masih belum dapat disembunyikan.

"Diem, bangsat," desis Aland. Nada suaranya sarat akan amarah yang tertahan.

Bukannya takut dan menjauh, Alfa dan Tirta malah terkikik geli. Mereka masih belum mau beranjak pergi, Alfa malah semakin mendekat ke arah Aland yang seperti singa yang siap memangsa apa pun itu.

"Apa yang bisa bikin mood lo bagus lagi? Kita bakal bantu, Land."

Suara Alfa terdengar bersahabat, tapi Aland yang sedang marah tidak mampu berpikir lebih jernih. Yang akhirnya membuat cowok itu hanya menelungkupkan wajahnya di atas meja dan memejam hendak tidur.

"Ditanya malah tidur, dasar goblok."

"Land, bangun, Land."

"Diem!"

Alfa dan Tirta tersentak, namun hal itu hanya berlaku selama beberapa saat saja.

Tirta tersenyum jail, kedua alisnya tampak terangkat naik. "Land, Si Arkan lagi diganggu sama Si Gaga."

Mendengar itu, Aland langsung duduk tegak. Kedua alisnya bertautan. Ucapan Tirta seperti menyiram bensin pada kobaran api, membuat api itu semakin besar, tak dapat dikendalikan.

"Di mana​?!" desak Aland.

Tirta terkekeh. "Gue bercanda, Land."

Aland berdecih, lalu kembali ke posisinya semula. "Gak lucu, njing."

Kini, giliran Alfa yang mengerjai Aland. "Land, Si Sheila lagi dideketin cowok kelas sebelah!"

Tidak ada reaksi apa pun yang terjadi, bahkan hingga tiga puluh detik kemudian. Alfa dan Tirta saling berpandangan, sama-sama bingung dan tidak mengerti dengan apa yang terjadi.

"Land? Lo nggak peduli sama Sheila?" tanya Alfa, jelas heran.

Biasanya Aland akan overprotektif terhadap cewek kelas X itu. Jika seorang cowok menyebut nama Sheila saja, Aland akan menatap penuh selidik dan tidak suka.

Dan diamnya Aland membuat Alfa bertanya-tanya, apakah Aland dan Sheila sedang ada masalah atau tidak.

Apalagi setelah Aland menggeram mengiyakan.

"Lo salah makan ya?"

"Berisik!"

Alfa hendak berbicara ketika seseorang menghampiri mereka. Cewek itu menggenggam satu bungkus roti isi selai stroberi, dan menatap penuh ragu.

"Ma-maaf, aku ada perlu sama Aland."

Tubuh Aland menegang, itu suara Sheila. Meski hal itu tidak begitu mengganggunya, Aland tetap diam, tak bergerak.

Alfa dan Tirta mengerti, mereka berdiri dan segera meninggalkan kelas tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

***

Sheila masih memikirkan soal Aland yang tidak menyapanya tadi pagi, bahkan saat melihatnya pun dia enggan. Seolah tidak menginginkan kehadirannya.

Tentu saja Sheila merasa sedih, apalagi ia tidak mengetahui sesuatu yang mungkin menjadi alasan mengapa Aland bertindak demikian.

Apa Aland marah karena tingkahnya yang kekanakan? Kalau iya, Sheila menyalahkan dirinya sendiri untuk apa yang telah terjadi​.

Ia memang kurang dewasa, masih bersikap seperti anak kecil.

Sheila berinisiatif untuk pergi membeli sesuatu ke kantin setelah menolak April yang menawarkan cilok kepadanya. Ia berpikir untuk membelikan sesuatu untuk Aland makan, yang praktis saja, agar mudah dibawa.

Akhirnya Sheila memutuskan untuk membeli roti isi selai stroberi. Ia berbalik ketika seseorang menghentikan langkah, hanya segerombol siswa kelas dua belas yang berani menggoda karena tidak ada Aland di dekatnya.

"Halo, Shei. Kok keliatan sedih gitu? Ke sini dong sama kakak."

Sheila meneruskan langkah, mencoba mengabaikan seruan-seruan tak penting itu. Namun, ternyata mereka malah mengikutinya.

"Jutek amat jadi cewek. Liat kakak dong, kakak juga gak kalah ganteng dari Aland."

"Malah lebih ganteng loh! Lee Min Ho juga lewat!"

"Bisa diem nggak?" ketus Sheila galak, sudah tidak tahan dengan ocehan yang menghambat tiap langkahnya.

Mereka awalnya diam, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Galak amat, jadi gemes."

"Jadi pengin pacarin!"

"Kalo putus dari Aland, ke kita aja ya."

"Kalian bisa diem gak?"

Sheila menoleh dan menatap Agatha yang sedang berkacak pinggang, mata kakak kelasnya itu menyorot tajam. "Yakin kalian mau gangguin dia? Mau dihajar sama Aland?"

"Dia gak ada, Tha."

Agatha mendekati salah satu dari mereka yang berbicara tadi, lalu menoyor kepalanya dengan telunjuk. "Oke, siap-siap aja lo babak belur setelah ini."

Setelah berdeham sebal, mereka akhirnya pergi dengan gerutuan-gerutuan tak terima.

"Makasih, Kak," ucap Sheila tulus.

Agatha tersenyum, mengangguk dan berlalu. Memeluk lengan Arkan di ujung koridor.

Sheila menghela napas pelan, lalu melanjutkan langkahnya kembali.

Ia memberanikan diri untuk masuk ke dalam kelas Aland, menghampiri Aland yang tengah memejam dengan pipi menempel pada meja.

"Ma-maaf, aku ada perlu sama Aland."

Kedua teman Aland diam, mereka menatap Sheila sejenak sebelum pergi dari sana.

Sheila berdeham, duduk di tempat Alfa tadi, menatap Aland yang tak bergerak.

"Aland, kamu udah makan atau belum? Aku bawain ro-"

Ucapan Sheila terhenti saat Aland menegakkan tubuh. "Gue gak butuh."

Dari sanalah Sheila tahu. Tahu bahwa hubungannya sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja.

***

Ada yang suka chapter ini? BEHAHAHA.

Untuk about them : Sheila dipublish kayaknya besok, berhubung saya mau nulis versi lain dari cerita Sheiland dan Artha.

(Itu kode!)

Yap, Sheiland dan Artha akan....

Tebak sendiri ya wkwkwkwk.

Ok, see you:))

Continue Reading

You'll Also Like

SAMUEL By Itakrn

Teen Fiction

19M 2.3M 38
[Sudah Terbit + Part Masih Lengkap] Baby El, panggilan kesayangan dari Azura untuk Samuel. Namanya Samuel Erlangga. Laki-laki tampan dengan segala ke...
15M 210K 8
Sudah terbit
ALGRAFI By Liana

Teen Fiction

32.7M 2.6M 71
[SEGERA DI FILMKAN] Berawal dari keinginan bocah laki-laki berusia 7 tahun bernama Algrafi Zayyan Danadyaksa yang merasa harus melindungi sahabat kec...