• Sheiland #10 •

441K 31.4K 2.3K
                                    

Irene menyelipkan anak rambutnya di telinga, menoleh ke kanan dan ke kiri. Menggerakkan kaki dengan tidak sabar beberapa kali, sempat tersenyum ketika beberapa orang menyapanya.

"Abang kemana, sih?" Irene berkacak pinggang, masih melanjutkan apa yang dilakukannya yakni menoleh kesana-kemari, mencoba mencari kedatangan kakak laki-laki yang selalu terlambat itu.

Kalau bukan abangnya, mungkin Irene sudah 'menimpuk' Izhar dengan sukarela memakai tasnya yang sering agak berat gara-gara buku paket pelajaran yang tebal.

Irene bersandar di pagar sekolah yang berada di sebelah gerbang masuk, dengan tidak sabaran ia membawa ponsel dari saku seragam dan segera memberondong kakaknya dengan pesan yang diakhiri dengan tanda seru.

Abang, di mana?!

Abang!

Woy

Abang ih!

Abang ih, gue udah lumutan nunggu lo di sekolah.

Abang!

A

B

A

N

G

Abang! Baca kek apa kek ya ampun!

Irene mendengus, menyisir rambutnya yang panjang sebahu dengan jari. Panas terik sinar matahari membuatnya kepanasan bahkan sampai berkeringat. Irene berdecak, mengambil tisu dari tas dan menempelkan benda tipis itu di pelipisnya.

Irene menoleh ketika mendengar senandung pelan seorang perempuan, ternyata Sheila yang berjalan dengan tangan memegang tali tas, dia diam di bagian trotoar lain.

Irene mengernyit sesaat, tumben Sheila tidak bersama Aland.

Tiba-tiba terdengar seruan seseorang yang berhasil mengalihkan perhatian Irene, dia mendengus ketika mengetahui siapa yang memanggil namanya tadi.

"Telat lagi? Bagus."

Izhar nyengir, menampakkan ekspresi tidak berdosa yang membuat Irene semakin kesal. "Maaf, biasa macet."

"Basi."

Irene naik ke atas motor, duduk di sana sebelum mengerutkan kening karena Izhar tidak kunjung melajukan motornya kembali.

"Abang? Kok nggak maju-maju? Bensinnya abis?"

Irene mencolek pinggang Izhar, berharap kakaknya itu akan membalas mengapa ia diam saja.

"Bukan, gue baru liat bidadari."

Kerutan yang terpatri di kening Irene semakin dalam, tidak habis pikir dengan kelakuan Izhar.

"Kenapa, sih? Liat apaan? Milea? Ngerasa jadi Iqbal alias Dilan gitu? Jadinya : Kau Milea turun dari  ... apa ya? Surga kayaknya. Surga di hadapanku, eeaaa."

"Bukan lah! Tapi cewek itu."

Irene melayangkan pandangan ke arah perempuan yang ditunjuk Izhar. Eh? Sheila?

"Sheila?" gumam Irene tidak mengerti.

"Lo kenal sama dia?" Suara Izhar terdengar antusias.

"Nggak, sih."

"Terus lo tau nama dia dari mana?"

"Dia pacar cowok yang gue taksir." Izhar menaikkan alis, menatap Irene cukup lama setelahnya.

Sebuah senyuman pun terbentuk di wajah masing-masing.

***

Sheila duduk di kursi di dapur, matanya fokus terarah ke buah-buahan yang sedang ia potong-potong menjadi beberapa bagian. Ada semangka, apel, kiwi hingga anggur. Khusus untuk semangka, Sheila tidak memotongnya menjadi terlalu kecil karena akan ia blender hingga halus.

Sheiland (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang