When Everything Goes Right (C...

By FoxyLala

32.4K 716 100

Mungkin kalian sering dengar orang berkata, " When everything's goes wrong that goes right." Kayaknya mudah s... More

Part 1 : Vancouver and Him
Part 2 : The Badboy Guy
Part3 : Stuck with Him
Part 4 :Unbelievable
Part 5 : The Truth
Part 6 : His Name
Part 7 : Curious
Part 8 : KM's constellation
Part 9 : Date part 2
Part 10 : His Kindness
Part 11: Secret
Part 12 : Same Name Same Attitude
Part13: No Words
Part 14: Thank You
Part 15 : Please
Part 16 : How?
Part 17 : Reality
Part 18 : Dinner

Part 9 : Date -part1-

1.3K 31 1
By FoxyLala

(sorry for any misspelling words)          

  “Jealous much?” tanyaku padanya.

            “Not really.”

            “So? Kalo misalnya aku bilang besok lusa aku jalan sama KM?”

            Kevin melepaskan genggamannya dariku. “kemana?”

            “Like you care.”

            “Oke terserah, aku juga lusa ada acara kok.”

            “So?”

            Aku meninggalakan Kevin di ruang tamu. Dia aneh banget hari ini. Sedikit-sedikit care, sedikit-sedikit cuek, hahh I don’t know. Aku nggak peduli Kevin mau tidur di mana, yang kupikirkan sekarang adalah ngajak Cindy belanja baju bareng besok. Dia kan anak cheerleader, so practically dia pasti di undang di acaranya Winny.

            Pulang sekolah, aku menunggu Cindy di dekat pintu gerbang sekolah. Dia bersedia menemaniku. Yey, aku sih cerita kalo aku jadi datenya KM dan Cindy, yah bisa di bilang ratu gossip, mau tau semua detailnya.

            “So, dia ngajak kamu nge-date? KM?”tanya Cindy sambil menyetir.

            “Yep. Kamu tau nggak sih Cin? Dia ngajak nge datenya lucu banget. Dia takut kalo aku nganggep nge date itu artinya kita berdua otomatis jadian.”

            “Dia emang gitu, gugupan.”

            “Aku bingung harus pake baju apa. Hmm, emang tema acaranya gimana? Aku bahkan nggak tahu siapa itu Winny.”

            “Winny itu partu sober. Partynya dia gak kayak orang indo kalo ulang tahun. We drink and get drunk. Tapi aku gak pernah sampe mabuk sih. Biasanya di pojok-pojok ruangan banyak pasangan yang…. kissing maybe?”

            “Iuhhhhh…. orang sini gila apa sampe begituan?”

            “Tradisi beb.”

            “Owkay, tapi aneh banget menurutku.”

            “Here we are.” Kami sampai Westfield Vancouer Mall. Cindy memakirkan mobilnya di area parkir luar. Toko pertama yang kita kunjungi adalah sebuah butik remaja. Aku dan Cindy memilih-milih baju.

            “What do you think?” Cindy mengangkat salah satu baju merah dan terlihat ketat.

            “Kamu harus coba, Cin. Biar aku bisa lihat itu cocok buat kamu atau tidak.”

            “Owkay!”

            Cindy menuju fitting room sementara aku belum mendapatkan apapun. Aku berusaha mencari baju yang sesuai dengan seleraku. Aku mulai memilah-milah lagi baju yang lain. Hmm.. too sexy, too short, and this! Baju panjang dan tidak terbuka.

            Cindy keluar dari fitting room sambil mengenakan baju merah tersebut. Terbuka di bagian punggung. It’s really fit too her.

            “Bagus banget, Cin. Kamu harus beli itu baju!”

            “Thanks. Pertama lihat baju ini, hmmm baju ini terlihat sangat bagus. Kamu nggak nyoba?”

            “Ini maunya. Tungguin ya.”

            “Oke.”

            Aku mengganti bajuku dan melihat diriku di cermin. Hmm… biasa banget, tapi di antara baju yang lain, baju ini terlihat normal.

            “Fani, kamu kelihatan kayak biarawati tahu nggak?”

            “You think?”

            “Ini party Fan, nggak banget deh kamu pake baju kayak gitu.”

            Cindy memilah baju lagi dan mengambil 5 pasang baju. “Cin, ini sexy banget, gak mau ahh.”

            “Daripada baju mu itu? I’m your bff, dan aku nggak mau kamu di tertawain gara-gara pake baju ini.”

            “Oke deh aku cobain.”

            Aku mencoba baju satu persatu dan akhirnya Cindy bilang kalo baju yang aku pakai sekarang itu bagus.

            “Warna hitamnya cocok buat kamu!”

            “Ini pendek, Cin”

            “Nggak biasa aja.”

            Baju itu berpotongan Sabrina dan terbuka di bagian punggung. Bisa dibilang mini dress. Hah, kayaknya emang Cindy suka yang terbuka di punggung.

            “Beli aja daripada nggak dapet?”

            “Oke lah.”

            Setelah membayar baju itu, kita memutuskan makan siang di foodcourt. Aku terus memikirkan acara besok. Jalan sama KM? Nggak tahu kenapa aku excited banget.

            “Beneran baju itu cocok buat aku?”tanyaku cemas.

            “Nggak usah bingung deh, baju itu cocok kok.”

            “Hmmm… I have to make a good impression for him.”

            “For him? Kevin M? Kamu suka sama dia?”

            “Ya nggak lah, cuma aku nggak mau jadi datenya yang malu-malu in.”

            “Nggak bakal malu-maluin kok.”

            Cindy melanjutkan makannya sementara aku melihat toko Fred Perry dari kejauhan. Fred Perry, hmmm… Kevin. “Cin, gimana kalo setelah ini kita ke toko itu?” kataku sambil menunjuk toko Fred Perry.

            “Mau ngapain?”

            “Liat-liat lah.”

            Setelah selesai makan, kami berdua menuju toko tersebut. Aku langsung mencari-cari jaket yang mungkin persis bahkan sama dengan jaket mirip Kevin.

            “Kamu sebenarnya mau ngapain ke sini?”tanya Cindy heran.

            “Mau nyari jaket Kevin. Mungkin aja nemu kan?”

            “Okeh, aku bantuin.”

            Cindy tiba-tiba berseru,”Oh God, kamu nggak bakal percaya, Fan.” Aku berjalan menuju Cindy dan melihat jaket mirip dengan milik Kevin. “Oh man!” seruku senang.

            “Aku harus beli ini!” kataku girang. Aku membelinya tanpa berpikir panjang. Mau mahal ato apalah, yang penting Kevin senang dan tentunya, menjauh dariku.

            Cindy mengantarku pulang dan aku masuk ke dalam rumah. Kevin kayaknya nggak di dalam rumah, so it’s a good news. Aku mandi membereskan belanjaanku. Sebenarnya sih tadi aku nggak belanja baju aja, aku juga belanja sepatu, make up, aksesoris. Buang-buang banyak uang di satu hari? Kalo Dad tahu dia akan marah besar.

            Setelah mandi aku memutuskan untuk mengerjakan anatomy project. Aku udah nggak pedulu kevin mau kerja ato nggak, yang penting kerjaanku bagus, nilai nggak merah.

            “Udah selesai kerjanya?” tanya Kevin mengagetkanku.

            “Loh kamu kok bisa disini?” tanyaku kaget dan oh ya.. “Hah, aku lupa kalo kamu punya kunci duplikat.”

            “Jadi artinya yang mengerjakan semua kerjaan ini, kamu dong?”

            “Nggak apa-apa, yang penting selesai. Kalo nunggu kamu, ntar malah kayak kemarin. Nggak selesai.” Aku membereskan buku-buku ku dan mengembalikannya ke kamar. Aku keluar kamar dan melihat Kevin sedang menatapku.

            “Ngapain kamu lihat-lihat?”

            Kevin mengalihkan pandangannya , “nothing.”

            Aku menuju dapur dan memutuskan untuk memasak mie instan. “Kamu nggak masakin buat aku?”       

            “Nggak.” jawabku dingin.

            “Come on, masakin dong.” Aku mematikan panciku dan berbalik ke arahnya.

            “Kamu itu sebenernya ada apa sih? Kamu aneh hari ini.”         

            “Aneh gimana?”

            “Semua! Kadang baik, kadang jahat, cuek, perhatian, kamu mau apa?”

            “Aku mau kamu nggak jalan sama si Mono itu.”

            “Kenapa? Kamu nggak suka? Kamu ada hak apa emangnya? Dia itu baik, Vin. Jangan merasa diri paling baik padahal aslinya nggak,” kataku berusaha menghandle emosiku.

            “Karena aku nggak suka lihatnya,” kata Kevin terus terang.

            “Terus peduliku apa?”

            Kevin hanya diam saja. “Lagipula, besok aku udah janjian buat ke party-nya Winny bareng KM. Dia mengajakku dan kamu nggak ada hak untuk ikut campur.”

            “Kamu besok ke Winny bareng KM? I was about to ask you too.”

            “Hah, ask me to become your date? Sorry ya, kalo kamu ngajak pun aku bakal nolak. Satu hal lagi, semakin kamu nggak seneng lihat aku jalan sama dia, itu bagus soalnya kamu bakal ninggalin aku dan aku akhirnya hidup bahagia.”

            Kevin tampak ingin membalas perkataanku tapi dia menahannya. Bagus, nggak ada perdebatan. “I’m just trying to protect you,”katanya akhirnya.

            “Protect me? From what? From him? Bullshit.” Aku berlari masuk, mengunci kamar dan melempar diriku ke atas tempat tidur. Is he crazy? Dia gila ato apa sih? Dia itu yang berbahaya bukan KM. Seenaknya nuduh. Aku memutuskan untuk tidur dan melupakan apa yang dikatakan Kevin.

            “Fani!” teriak Kevin dari luar kamar. Aku  hanya diam. “Fan!” Nggak peduli dia mau teriak sampai gimana, tetep aja aku nggak peduli.

            “Fan! Mungkin kamu udah tidur ato pura-pura tidur. Aku nggak peduli kamu inget aku ato nggak karena aku selalu ingat sama kamu. Kita sahabatan dari kecil dan akhirnya aku bisa ketemu kamu, itu sudah membuatku senang.”

            Sahabatan? Dari kecil? Bohong banget. “Aku nggak ingin kamu jalan sama dia, dia itu berbahaya.” Setelah itu tidak ada suaranya lagi. Dasar cowok gila.

***

            Cindy membantuku berdandan malam ini. Dia udah kayak pakar kecantikan. Dia me make-up I ku dan sekarang dia mulai menata rambutku.

            “Gimana kalo digerai aja, biar lebih kelihatan keren, and sexy?”goda Cindy.

            “Apa sih Cin? Kamu bisa aja deh.”

            “Biar KM suka sama kamu.” Cindy mengambil catok kluntung dan mulai mengkluntung rambutku.

            “Dia itu cuma temen Cin.”

            “Bakalnya nggak. Kamu kan partner dancenya dia, pasti ada chemistry lain dong.”

            “Nggak, suer!”

            Aku menatap diriku di kaca danaku terlihat berbeda. “Kayak bukan aku.” Cindy menatap diriku di kaca dan berkata, “kamu kelihatan cantik, Fan.”

            “Kamu juga kok Cin.” Aku melihat Cindy mengenakan baju merah dengan rambut di bun diatas. Kayak 80’s, dia kelihatan vintage dan itu keren.

            Bel rumahku berbunyi, aku meninggalkan Cindy di kamar dan melihat layar CCTV. James? Ngapain dia disini? Ooopss, dia datenya Cindy?

            “May I help you ,sir?” tanyaku.

            “Is Cindy here?” tanyanya. Nah betul kan mau jemput Cindy.

            “Wait.”

            Aku berlari menuju kamar dan melihat Cindy membereskan perlengkapan. “Who?”

            “Your date, Cindy.”

            “James?”

            “Ya siapa lagi?” Cindy tersenyum dan berjalan turun menuju keluar. James tampak senang melihat Cindy malam ini.

            “Perelngakapannya-“

            “Don’t worry, aku beresin nanti. Sana pergi, bye.”

            “Thanks.”

            James menggandeng tangan Cindy dan mereka pergi. Aku berjalan ke atas dan membereskan sisa-sia perlengkapan yang ada. Beberapa menit kemudian aku mendengar suara bel. Aku kembali turun dan membuka pintu. KM dengan jas hitamnya dan itu membuatnya semakin keren+ganteng.

            “You look beautiful, Fan.”

            “Thanks.”

            “Ini buat kamu.” Kevin handle me a bouquet of flowers. “Wow, thank you so much. And you look amazing too ,Vin.”

            Kita pun sama-sama diam dan itu awkward banget. “Hmm… shall we go now?” tanyanya akhirnya.

            “Okay.”

            Dia menggandeng tanganku dan membukakan pintu mobil untukku. What a gentleman. Dia pun masuk dan kita pun berkendara menuju rumah Winny.

AUTHOR’S NOTE:

Hei, so far so good? I hope you guys enjoy it. Hmm… voting nih, aku berpikir untuk membuat novel cerita lain nih. Menurut kalian enaknya tentang masa depan atau fantasy?

Continue Reading

You'll Also Like

2.8M 159K 40
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
5.6M 238K 56
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
30.3M 1.6M 58
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 2 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
5M 920K 50
was #1 in angst [part 22-end privated] ❝masih berpikir jaemin vakum karena cedera? you are totally wrong.❞▫not an au Started on August 19th 2017 #4 1...