When Everything Goes Right (C...

By FoxyLala

32.4K 716 100

Mungkin kalian sering dengar orang berkata, " When everything's goes wrong that goes right." Kayaknya mudah s... More

Part 1 : Vancouver and Him
Part 2 : The Badboy Guy
Part3 : Stuck with Him
Part 4 :Unbelievable
Part 5 : The Truth
Part 6 : His Name
Part 7 : Curious
Part 9 : Date -part1-
Part 9 : Date part 2
Part 10 : His Kindness
Part 11: Secret
Part 12 : Same Name Same Attitude
Part13: No Words
Part 14: Thank You
Part 15 : Please
Part 16 : How?
Part 17 : Reality
Part 18 : Dinner

Part 8 : KM's constellation

1.4K 35 3
By FoxyLala

(sorry for any misspellings)

            Keesokan harinya, aku terbangun di atas ranjang, sendirian. Aku berjalan keluar dari kamar tidur dan mendapati Kevin sedang memasak omelette. Wow, dapur bersih!

            “Kamu yang bersih-bersih dapur? Gila,” kataku terperangah.

            “Aku nggak tega kalo kamu bersihin semua ini, lagipula kamu kan tinggal sendirian,”katanya sambil memindahkan omelette dan ham ke piring.

            “Good, punya rasa responsible juga ya kamu.” Hari ini hari Kamis, dan school starts at 8 a.m. Aku makan dengan terburu-buru dan itu membuat Kevin heran.

            “Pelan-pelan dong,” katanya. Pelan-pelan? ini udah jam 7, aku bisa ketinggalan kereta.

            “Pelan-pelan? Aku bisa ketinggalan kereta.”

            “Sini aku anter.”

            “Ih, nggak mau.”

            Aku naik ke kamar, mandi dan mengganti pakaianku. Well, hari ini ada dance class, seneng banget bisa ketemu KM. Aku kembali dan Kevin sudah memanasi mobilnya. Dia memakai baju daddyku. Untung aja baju daddy gak old-fashioned, jadi cocok-cocok aja kalo di pakai sama Kevin.

            Kami berdua terdiam dengan awkwardnya di mobil. Btw, aku masih penasaran dengan maksudnya kemarin saat malam sebelum tidur.

            “Waktu kemarin, apa maksud kamu kita pernah tidur bareng?” tanyaku nyentak.

            “Slow aja kali, aku kan bercanda. Kamu sih nggak bisa diem, aku kemarin ngantuk kali. Tapi emang akhirnya kita tidur bareng satu ranjang kok.” Jedierrrr…. tidur satu ranjang. Oh My God, itu alesan kenapa aku bangun di RANJANG!?

            “Kamu ngapain aku kemarin hahhh??” tanyaku panik. I broke my dad’s promise

            “Hah? Maksudnya?”

            “Kok… tadi pagi aku sudah di ranjang?” tanyaku panik dan takut. “Damn you, Kevin!”

            “Eh, nyumpahin orang lagi. Kamu emang gak inget apa kemarin?”

            “Kemarin?”

            Kevin menceritakan kejadian kemarin. Aku mengigau pada saat tidur. Aku mengigau memanggil Daddy berulang-ulang. Kevin yang terganggu akhirnya terbangun.

            “Duhh… ribut aja.” Kevin mendekatiku dan menyenggol-nyenggol lenganku. Aku malah berteriak Daddy semakin keras.

            “Nih anak emang kangen Daddynya banget ya.” “Stupid, bangun!”

Aku  setengah terbangun ato gimana, aku berjalan memeluk Kevin erat. Kevin hampir jatuh karena gerakanku yang tiba-tiba.

            “Wangi Daddy,” kataku pelan. Kevin ingin melepaskan pelukanku, tapi aku malah memeluknya erat di leher.

            “Eh…ehhh… aku bisa mati ntar.” Kevin menggendongku dan menaruhku di ranjang. Aku masih dalam posisi memeluknya. Jadi mau tidak mau Kevin tidur di sebelahku.

(END FLASHBACK)

            “Yahh.. tapi kan aku tahu diri dong. Jadi setelah kamu udah reda dari penyakit Miss Daddy so much-mu itu, aku tidur di sofa,” jelas Kevin.

            “Sungguhan? Kamu nggak ngarang-ngarang kan??” Kayaknya emang rasa percayaku ke Kevin udah abis.

            “Kalo nggak percaya ya udah. Up to you, madam.”

            Habis, aku bener-bener nggak inget kejadian kemarin. “Thanks,” kataku kepada Kevin.

            “For what?”

            “Ya, mau nemenin aku sendirian di rumah, bersihin dapur, masak buat breakfast.”

            “Yeah, emang seharusnya kamu berterima kasih sama aku. Aku emang orang baik kok.” Tuh kan, GR nya kumat!

            “Hih dasar.”

            Sesampainya di sekolah aku langsung turun. Aku berniat lari secepat mungkin dari mobil Kevin. Takut kena gossip sering jalan sama Kevin.

            “Oke bye, thanks, no need to say ‘your welcome’.” Aku berlari menuju kelas Dance tanpa memperdulikan Kevin lagi.

            Kelas Dance sudah di penuhi anak, untung saja aku sudah mengganti kostumku sebelumnya. 15 menit kemudian, kelas di mulai. I’m ready for this.

            “I’m not going to do it wrong again,”kataku pada KM.

            “Yeah, of course not. Aku tahu kamu bisa.”

            Hari ini first trial, tiap pasangan diuji untuk menari di depan Ms.Keyla. Well, I’m not really ready, tapi aku sudah berlatih sedikit gerakan sebelumnya bersama KM di kelas kemarin.

            “Wow, Cindy selalu aja bagus,” kataku terpana dengan gerakan Waltz Cindy. Sad Waltz Dance. Ekspresi Cindy selalu menunjukkan apa yang ingin di sampaikan kepada audience.

            “Nah, we can do it also.” KM melingkarkan tangannya di bahuku. Yep, moga-moga aja aku bisa.

            “Ms. Gray and Mr.Monoceros,” panggil Ms.Keyla. Jantungku mulai berdegup kencang. I can do it!

            “Just focus, okay?” sahut KM.

            Kita pun menarikan beberapa gerakan. Awalnya sih fine-fine aja. You know, tarian di awal selalu mudah. Saat sampai pada bagian intinya, dimana aku berlari dan KM menggendongku ke atas, I slip and as you know it, I fall.

            “Ooowwhhh!” teriakku keras.

            “Are you okay?”tanya KM dengan nada khawatirnya.

            “Fine, maybe?”

            KM membantuku berdiri. Ms.Keyla terlihat cemas, “you okay Ms.Gray?”

            “I’m fine Ms.”

            No! I screw it up! “Next, Ms.Wisky and Mr.Green!”

            KM mendudukkanku di ujung ruangan dan Cindy menghampiriku. “Don’t ask me, Cin. I’m fine.” Aku tidak ingin Cindy cemas. Tapi emang aku nggak apa-apa kok. Hanya ada sakit di tangan, ya kalian tahu kan, sakit saat jatuh? Tapi nggak ada yang fatal kok.

            “Are you sure?”tanya Cindy.

            “Yep.”

            “Owkay.” Cindy pun kembali dan melihat performance yang tersisa.

            KM pun memeriksa tanganku da nada memar kecil. “I’m sorry. Bodo banget aku nggak mengangkatmu dengan baik.”

            “Bukan salahmu lagi. Kamu tahu kan? Nervous, tangan berkeringat. Hahahaha…” Berusaha mencairkan suasana, aku malah tertawa karena kebodohanku sendiri.

            “Hmm… Jadi kita batal latihannya?”

            “Why? Aku nggak separah itu kali. Jangan batalin dong. Kita harus jadi pasangan keren saat Homecoming Ball!”

            “Okay, jadi di rumahmu kan?”

            “Ja-“ Pikiranku melayang dimana kejadian terburuk akan terjadi. Gimana kalo pas aku latihan, terus si Kevin dateng? Nggak lucu banget. Oke, aku kan bisa aja nggak bukain dia pintu, tapi kalo besoknya dia nanya-nanyain aku? ‘Heh, kenapa aku nggak dibukain pintu, Stupid?’ Duh, nggak deh. Bisa-bisa aku di apa-apain ntar.

            “Jadinya di rumahmu aja, gimana?”

            “Why?”tanya KM bingung.

            “Yah, ruangan yang aku bilang yang ada satu kaca di sisi dinding? Ruangan itu ternyata kotor banget. belum sempet aku beresin.”

            “Okay, no prob. Pulang bareng aja sama aku, biar kita langsung latihan.”

            “Sure!”

            Seluruh kegiatan di sekolah berjalan dengan baik. Cindy dengan cheerios nya dan Kevin, hah, dia kayaknya nggak capek-capeknya gangguin orang. Masa pas di kantin dia tiba-tiba meluk aku dan bawa aku ke temen-temen nya, ngaku-ngaku kalo dia pacarku? Big no.

            Rumah di hadapanku tampak besar, berbeda dengan rumahku yang tampak sama dengan rumah di sebelahnya dan sebelah dan sebelahnya lagi. Ini sih kompleks rumah mewah di Vancouver.

            “Wow, keluarga kamu pasti suka keliling dunia ya?” Aku mengatakannya karena di ruang tamu aku melihat begitu banyak bendera-bendera dunia. Ruangan itu berarsitektur reinasans.

            “Nope, papaku adalah diplomat, so, dia yang sering ke luar negeri.”

            “That’s amazing.” Aku melihat koleksi buku-buku tua di ruang tamunya. “Kamu bahkan punya buku ini.” Aku mengambil buku itu dan membaca judulnya. “Peterborough Chronicle, ini kan buku tahun 1150! Old english literature from Anglo-Saxon Chronicle. It’s like belongs to Museum.”

            “Itu replica, Fan, bukan yang asli. Yang asli masih ada kok di museumnya. Kita latihan di atas sekarang?” Aku menutup lemari kaca buku-buku lama itu. “Ok.”

            Kami pun naik menuju satu ruangan yang cukup besar. Mungkin ruang ini memang di desain untuk olahraga atau latihan semacamnya karena terdapat kaca di berbagai sisi dan beberapa alat gym seperti treadmill dan lainnya.

            Setelah aku mengganti bajuku dengan baju latihan. KM menyalakan lagu berjudul “So Close” by Jon Mclaughlin, lagu soundtrack enchanted.

            Kami memutuskan untuk mengambil beberapa gerakan di film itu. Aku berputar dan KM memegang tanganku di atas kepalanya lalu menaruhnya di leher. Dengan pelan dia menyanyikan sedikit dari bagian lagunya dan itu membuatku sedikit tertawa. Dengan gaya walts kami menggeser tubuh ke kanan dan ke kiri. Dan this  is it, gerakan di mana aku berlari dan KM menggendongku berputar. Aku tahu kalo hal ini akan berhasil. And we did it!

            “Oh my God, aku bisa!” seruku sambil memeluknya. “I’m not that bad.”

            “Aku kan sudah bilang kalo kamu bisa.”

            “Kamu teman yang baik, Vin.”

            “Thank you for saying that,” kata KM tersenyum. Selesai latihan, aku pun mengganti bajuku dan kevin mengajakku berkeliling rumahnya. Dari semua ruangan ada satu ruangan yang membuatku terpana. Ruang miliknya.

            “Wow, kamu memang suka astronomi ya?” Ruangan itu dipenuhi buku, replica planet dan dinding ruangan yang bergambar rasi bintang.

            “Sini aku tunjukin sesuatu.” KM menyuruhku duduk. Dia mematikan lampu dan seketika itu juga ruangan gelap dipenuhi cahaya-cahaya kecil rasi bintang.

            “It’s really amazing!” kataku impressed and excited. KM duduk di sebelahku sambil menunjuk salah satu rasi bintang di langit-langit.

            “Itu Gemini’s constellation, Aries, Ara, Crux . Aku tahu kalo aneh banget ada orang yang-“ aku memotong penjelasannya.

            “Nggak ada yang aneh Vin. Ini keren banget. Mereka yang bilang ini aneh itu karena mereka nggak tahu betapa kerennya hal ini.”

            “Yah kamu tahu kan, banyak orang yang menganggap astronomi itu klub nggak berguna? Basket bahkan lebih kelihatan hebat.”      

            “Hei, sesuatu akan terlihat hebat kalo kamu emang punya passion di bidang itu. Ini gila, ruangan ini begitu bagus.”

            “Thanks. Hmm… kalo itu milikku.” Kevin menunjuk salah satu rasi bintang yang tampak terhimpit antara rasi zodiac. “Itu Monoceros, Orion’s origin. Kakekku sangat menyukai Orion karena melambangkan kesatria dan Monoceros adalah unicorn putih.”

            “Papa selalu menganggap kakekku aneh. Papa selalu menganggap bahwa ilmu perbintangan seperti ini tidak dapat menghasilkan uang, hanya kesenangan belaka. Yah, papa, dia memang nggak suka ilmu beginian. Mungkin memang darah kakek masih mengalir di tubuhku, malah kesenangannya akan semua ini menurun padaku.”

            “Your grandfather must be proud of you. Disaat semua bilang ini tidak ada gunanya, kamu tetap mempertahankannya.”

            “Thanks anyway.”

            KM menyalakan lampunya lagi. Aku beranjak dari tempat duduk dan melihat ke sekeliling lagi. Ada 3 teleskop besar dan 1 tampak sangat tua.

            “Hei, Fani.”

            “Hm?”

            “Kamu tahu nggak kalo lusa besok, Winny salah satu anak cheerleader akan ngadain birthday party di rumahnya?”

            “Hmm, I don’t know. Aku nggak kenal Winny.”

            “Dia sahabatku dari kelas astronomi juga dan dia ngadain partynya besar-besaran.”          

            “So?”

            “Hmmm… Will you be my date for that night? Maksudku, you know, jadi teman kencan semalam, bukan berarti kita pacaran—“

            “I get it. I’m going with you, okay?” Sometimes, paniknya dia itu lucu banget. Aku tahulah kalo maksudnya date itu bukan otomatis aku pacaran sama dia.

            “Okay, thanks.”

            “Ow, it’s already late, I should go home now.”

            “Aku antar kamu.”

            Rumahku terlihat sepi dan… anehnya lampu rumah nyala. Emang ada orang di rumah?

            “See you soon, bro.”

            “Okay.”

            Aku masuk ke dalam rumah dan mendapati pintu rumah tidak dikunci. Hah? Masa pencuri sih? Mana ada pencuri, nyuri barang dengan keadaan rumah terang begini?

            Aku melihat ruang tamu dan ternyata ada Kevin di dalem.

            “Kamu? Kok bisa masuk sih? Perasaan aku kunci deh ini rumah.”

            Kevin mengangkat tangannya dan menunjukkan kunci rumahku. Kok bisa? Aku membuka tasku dan aku menemukan kunciku. Duplikat.

            “Why you do this to me?”

            “What?”

            “Menguntitku? Membuatku tampak memalukan di depan teman-temanmu? Membuat nilaku jelek? Nilai F di semester pertama?” tanyaku frustasi.

            “Aku nggak melakukan itu.”

            “Masih nggak masu ngaku juga? Kamu ngapain duplikat-duplikat segala?”

            “Hmm… terserah aku kan?”

            “Keluar! Keluar kamu sekarang!”

            “Nope, kamu nggak bisa mengusirku.”

            Aku nggak tahan lagi sama Kevin. Bastard! Aku mengambil bantal di ruang tamu dan melemparkan kepadanya. Aku nggak mau Kevin ada di sini.

            “Santai dong.” Nada tenangnya membuatku semakin muak.     

            “Tenang-tenang! Aku nggak bisa tenang kalo kamu masi ada di sini!”

            Aku berjalan kearahnya dan memukulnya sekuat tenaga. Dia memegang tanganku dan mengunciku sehingga aku tidak bisa lagi bergerak.

            “Sebenarnya kamu mau apa? Hah?”tanyaku dengan nada tajam.

            “Aku nggak ingin kamu jalan sama si Monoceros itu.”

            “Monoceros? Kamu kok bisa tahu dia?”

            “Stupid question, aku bersekolah di tempat ini lebih lama dari kamu.”

            "Kamu kok bisa tahu aku jalan sama dia?" Oh God, aku lupa ada CCTV.

            “So? Terserah aku dong aku mau sama siapa. Kamu nggak bisa ngatur hidup aku.”

            Kevin menghela napasnya dan berbisik pelan, “aku nggak mau dia mendapatkanmu." 

AUTHOR’S NOTE :

Keep comment guys and voting. Don’t forget to follow my sister at instagram ig: stefanieviia, she’s my cast in my novel and she’s my inspiration! Hope she can do her National exam well.

Continue Reading

You'll Also Like

MARSELANA By kiaa

Teen Fiction

1.7M 60.6K 27
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
30.4M 1.7M 65
SUDAH TERSEDIA DI GRAMEDIA - (Penerbitan oleh Grasindo)- DIJADIKAN SERIES DI APLIKASI VIDIO ! My Nerd Girl Season 3 SUDAH TAYANG di VIDIO! https:...
1.6M 117K 47
Aneta Almeera. Seorang penulis novel terkenal yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwanya...
579K 22.5K 35
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...