NAVILLERA [SELESAI]

By Amandapcleo_

2.4M 153K 110K

Parallel Universe dari Falling For A Gangsta | ๐——๐—ฎ๐—ฝ๐—ฎ๐˜ ๐—ฑ๐—ถ๐—ฏ๐—ฎ๐—ฐ๐—ฎ ๐˜๐—ฒ๐—ฟ๐—ฝ๐—ถ๐˜€๐—ฎ๐—ต Ini bukan cerita dala... More

Navillera
Prolog
|Part 1: Big Enemy
|Part 2: Marked
|Part 3: Gossip & Manipulative Girl
| Part 4: Two Sociopath
| Part 5: Deal With The Devil
| Part 6: Frenemy
| Part 8: Be Your 911
| Part 9: Illegal Things
| Part 10: Before They Break Up
| Part 11: Pretty Karma
| Part 12: The Planning
| Part 13: Puppy Kiss
| Part 14: Into the 54
| Part 15: Video Call Date
| Part 16: ๐ƒ&๐‚elatti
| Part 17: Kill Me Heal Me
| Part 18: Once Upon a Time
| Part 19: Lighter & Candy Birthday
| Part 20: Favorite Crime
| Part 21: His Character
| Part 22: Masquerade Ball
| Part 23: Domino Effect
| Part 24: All She Want
| Part 25: The Clouds in His Room
| Part 26: Type of Relationship-Toxic
| Part 27: Drama Queen
| Part 28: Love Her More Than Ever
| Part 29: Body Talk
| Part 30: Tattoo, Butterflies, and Hickey
| Part 31: Speeds 210 mph
| Part 32: Mistake Like You
| Part 33: How To Get Money?
INFO PENTINGโ€ผ๏ธ
| Part 34: Seven Sins Above The Sky
| Part 35: Hi, Backstabber!
| Part 36: Clyde & Bonnie (49 Days)
| Part 37: The Devil's Hours (49 Days)
| Part 38: My Ride Or Die
| Part 39: Ce Sera Notre Petit Secret
| Part 40: Rich Kid Problems
| Part 41: Pretty Little Lies
| Part 42: All Of Us Is Lying
| Part 43: Extracurricular
| Part 44: His Annabelle
| Part 45: Ramen, Beer, and Deep Talk
Part 46: Two Butterflies
Part 47: Melbourne (END)
Epilog
Hola at Me!
After Drunk Text

| Part 7: Mr. & Mrs. Possessive

53.8K 4.1K 1.2K
By Amandapcleo_

a.n: Maaf banget banget banget updatenya ngaret kuadrat. Aku ganti pakai 5K kata, semoga kalian nggak marah 🧚🏻‍♀️💘

Jangan lupa kalau cerita ini punya rate 15+ [harsh words, sensitive topic, smoking, skin-ship, kissing, ect].

Dirasa nyaman dengan genre Young Adult silakan singgah, jika kurang cocok bisa stop baca dari pada nanti wasting time. Terima kasih.

Now playing: The Boy Is Mine 🤍 🎶

🦋🦋🦋

Sea memang selalu tertarik menyelami hal gila yang memacu adrenalin, tetapi kali ini tak begitu-lantaran Argaiska Domani jelas tidak termasuk di dalam hal gila yang akan dirinya selami.

Menyadari bagaimana cerdiknya cowok itu menarik ulur dengan cara paling sialan mendebarkan, Sea berpikir untuk memasang perisai paling kuat saat bersama Gaska. Berpikir jika dirinya akan mudah terkena serangan jantung jika tidak melakukannya.

Ini perihal Gaska yang terus menerus tersenyum setelah mengatakan dirinya lucu, lantas berubah menyebalkan dengan berjalan mendahuluinya ketika mereka sampai di lokasi pemotretan. Bersikap acuh dan keras, sampai muncul lah Daniella Dìaz di hadapan mereka.

Tahu apa yang Gaska langsung lakukan?

Berbalik arah untuk menghampiri dan menggandeng jemarinya. "Jangan jauh-jauh dari gue!" katanya.

Sea spontan mendesis tajam. Merasa dipermainkan. Mendadak gadis itu bisa melihat rupa dan sifat alamiahnya dari dalam diri Gaska. Yups! Bermuka dua.

"Kamu dateng sama Gaska?" Daniella tidak bisa menyembunyikan binar kejut sekaligus bahagia melihat sosok Gaska datang sambil menggeratkan tautan jemarinya pada Sea.

Wanita dengan plaid blazer itu kini menghampiri Gaska serta Sea, meninggalkan percakapannya bersama beberapa crew serta fotografer. "Wow! Kejutan sekali lihat kamu di sini Gaska?"

"Iya tante, sengaja buat anterin Sea." Daniella otomatis tersenyum, sesaat merasa tersanjung dengan perlakuan Gaska terhadap putrinya.

Bukan apa-apa, pasalnya wanita itu tahu betul jika sebelumnya baik Sea maupun Gaska memiliki hubungan yang dingin. Keduanya masih terlalu asing untuk saling menerima.

"Terima kasih ya, Gaska ... sudah mau anterin Sea ke lokasi."

Mendengar itu, Gaska tersenyum. "Iya tante."

"Sea, langsung prepare ya sebentar lagi giliran kamu untuk photoshoot," toleh Daniella yang membuat Sea mengangguk patuh dan bergegas ke ruang make up.

Sebelum itu, Sea itu menoleh ke arah Gaska. Melempar senyum manis palsu, yang beruntungnya sukses membuat atensi Danielle tertarik. "I gotta go. See you."

"See you, beautiful."

Bingo!

Daniella yang berada di antara keduanya langsung reflek menaikkan sebelah alisnya. Namun jelas, wanita itu tak memiliki prasangka apapun selain kemungkinan jika dua remaja ini berakhir akrab setelah bruch minggu lalu.

"Gaska, kamu mau tunggu di sini dulu?"

"Iya, nunggu Sea." Bohong! Padahal doi pengen pulang aja.

Daniella tersenyum. "Okay, tapi tante tinggal ya. Masih banyak pekerjaan." Wanita itu menoleh ke arah crew dan beberapa pramusaji.

"Kalau perlu apapun, langsung bilang ke mereka. Kamu udah makan?"

"Sudah tante."

"Sekali lagi terima kasih ya," papar Daniella sambil mengusap lengan Gaska, sebelum berlalu.

Menyusul langkah Sea sampai ke salah satu meja rias yang dipenuhi make up dengan harga selangit seperti Mary Kay & L'Oreal. Daniella sesaat memandang pantulan wajah cantik putrinya melalui cermin.

"Sejak kapan kalian jadi deket gini?"

"Maksudnya?" Sea pura-pura tak mengerti selama beberapa saat. "Oh, sama Gaska?"

"Kak Gaska, dia 3 bulan lebih tua dari kamu. Dia bakal jadi kakak kamu," bisik Daniella mengoreksi ucapan putrinya. "Mama nggak tahu kalau kalian udah sedeket itu."

Sea tersenyum. "Kita deket kok, Mah. Deket banget."

"Mama seneng dengernya. Jangan terlalu dingin dan sinis lagi sama Gaska, ya?" Pintanya tak sadar bagai boomerang.

Jeda,

"Mama seneng kalian deket, cuma jangan biarin dia sembarangan gandeng tangan kamu, sayang." Tiba-tiba saja Daniella mengambil antiseptik dari laci meja rias, lantas menyemprotkannya di telapak tangan Sea.

Ah! Daniella dan sikap protektifnya. Wanita anggun itu lantas berlalu.

Sambil meninjau make up serta kesiapan Sea dan model lainnya, Daniella juga bolak-balik memeriksa kostum agar sesuai dengan permintaan pemilik tender yang tengah bekerja sama dengan brand perhiasannya.

Sampailah pada akhir dari fitting pakaian yang akan Sea kenakan, semua dibantu oleh para crew perempuan dengan pengawasan Daniella.

"Kamu udah minum vitamin, kan?" Sea menoleh ke arah mamanya, lantas mengangguk sebagai respon. "Udah."

"Jangan sampai telat minum ya, mama nggak mau kejadian bulan lalu terulang lagi."

"Iya."

"Kayaknya kamu perlu pakai korset, biar dada kamu kelihatan lebih berisi." Perkataan Daniella itu langsung membuat crew tata busana menjalankan tugasnya, memasangkan lilitan elastis yang lagi-lagi akan membuat Sea kesulitan bernapas.

Serius! Sea benci menggunakannya. Namun gadis itu tak berniat menolak, memutuskan tetap diam dengan tatap lurus ke arah cermin. Sea bisa saja menyuarakan penolakannya, hanya saja ia tahu jika mamanya akan tidak senang.

"Rambut kamu udah mulai panjang, besok minta stylish rambut di salon mama untuk rapihin ya, sayang."

Sea kembali mengangguk ketika usapan lembut Daniella menyapu pundaknya. "Iya."

Daniella meninjau dan memberi penilaian pada pakaian yang Sea kenakan untuk terakhir kali. Memastikan jika potongan gaun itu melekat dan menyempurnakan lekuk tubuh putrinya.

"Perfect!" Baru lah semua crew di dalam sana bisa bernafas legah. Izin berlalu dan meninggalkan presensi Sea bersama Daniella di ruang fit.

"Anak mama cantik sekali." Sea tersenyum mendengar pujian itu, belum lagi mamanya langsung mengangkat kamera ponsel dan memotret putrinya sebagai dokumentasi.

"Bulan depan, tanggal 19 jangan lupa kalau kamu ada jadwal pemotretan untuk brand ini lagi."

Sea mangangguk. "Aku nggak lupa."

"Pastiin teratur minum vitaminnya, kamu nggak boleh menstruasi di tanggal 19 & 20, jadi pastiin untuk minum vitamin secara teratur," Wanita itu sengaja menurunkan suaranya.

"Iya ... tapi sebelum itu mama janji bakal jenguk papa, kan?" balas Sea dengan tatap penuh harap.

"Of course, sweety." Daniella tersenyum. "Mama masih banyak pekerjaan, kamu pastiin semua aman sebelum masuk ke studio."

Lagi dan lagi Sea mengangguk. "Okay." Seolah hanya itu yang bisa dirinya katakan.

Lantasnya Daniella berlalu, membuat Sea menghembuskan napasnya melalui mulut. Gadis itu reflek menyentuh dadanya yang terasa sangat sesak.

"Fuck!" Sea mengumpati korset yang selalu sukses membuat dirinya merasa sekarat. Belum lagi keberadaan botol vitamin yang dirinya temukan di meja make upnya setelah ia keluar dari ruang fit.

Gadis itu tahu jika itu dari mamanya.

Sea tersenyum getir dan memutuskan duduk di depan meja rias untuk meminum vitaminnya. Sesaat mengabaikan fakta jika dirinya akan menelan pil KB yang akan menghentikan menstruasi, alih-alih menjaga metabolisme tubuhnya.

Bahkan kinerja tubuhnya saja harus Daniella yang mengatur. Iya, segila itu hidup Sea.

Namun kata mamanya, gila adalah bagian dari cara manusia untuk terlihat sempurna. Dan sejak kecil Sea mempercayai dan menyukai dongeng buatan mamanya.

Mungkin bagi orang-orang, Sirena Raquelle Paradhipta seperti tengah berada di dalam dunia fantasi, hidupnya mirip boneka-impian semua gadis pada umumnya. Tanpa tahu jika Sea dipermak sedemikian rupa.

Dipaksa cantik dan sempurna. Kira-kira sampai kapan dia bisa tahan?

🦋🦋🦋

3 PM |

Gaska masih belum mengalihkan tatap dari presensi Sea yang tengah berpose dibawah lighting studio & kilat blitz, bahkan ketika alunan samar lagu 2U dari David Guetta & Justin bieber telah terhenti sejak tadi.

Cowok itu membasahi bibir bawahnya, cukup sadar jika seluruh impulsnya telah ditarik habis-habisan oleh Sea. Damn it! Gaska beberapa kali mengalihkan pandang, tetapi kembali berakhir menjatuhkan tatap kepada Sea.

Okay, Gaska akui jika kali ini, hanya saat ini, dirinya mengakui fakta jika Sea terlihat lumayan. Apalagi saat gadis itu tengah menatap lensa kamera dengan tatap tajam, penuh percaya diri, sialan menarik perhatian berkat netra abu-abunya.

Gezz! Jantung Gaska berdebar ketika Sea mendapati dirinya tengah memperhatikan gadis itu. Samar-samar bisa dirinya tangkap, jika Sea langsung mengerlingkan mata ke arahnya.

Sudah jelas jika ekspresi genit itu berhasil memancing Gaska. Iya, memancing emosi maksudnya. Tidak ada kompromi.

"Gue boleh duduk di sini?" Tiba-tiba saja suara seorang gadis terdengar.

Gaska reflek mendongak sambil menyipitkan kedua mata, mencoba mengingat-ingat nama gadis berambut panjang yang diikat menjadi satu itu. Namun percuma, dirinya tidak ingat, tetapi Gaska yakini jika gadis itu adalah teman sekelasnya.

"Terserah," hardiknya tanpa peduli.

Mendengar itu, Agatha langsung mengambil tempat di sebelah Gaska. "Lo mau minum?"

"Ada beer?" Cowok itu menoleh sekilas, membuat netra coklatnya bertabrakan dengan milik Agatha.

"Sorry Gaska, tapi di sini nggak ada minuman alkohol. Lo mau coffee atau yang lain?"

"Nggak perlu."

"Gue tadi lihat lo dateng bareng Sea. Kalian beneran deket ya?"

"Iya." Gaska menjawabnya tanpa menoleh. Cowok itu tak mengalihkan pandangan di depan mereka.

Seolah Sirena Raquelle Paradhipta adalah objek paling menarik, setidaknya untuk saat ini.

"Jadi gosipnya bener?" Agatha bertanya dengan hati-hati. "'Maksudnya lo sama Sea, kalian pacaran ya?"

"Kelihatannya aja gimana?" Oh, shit! Tanpa beer, mungkin Gaska sudah mabuk duluan karena secara tak langsung membenarkan asumsi tersebut.

Agatha tersenyum canggung. "Kelihatannya sih, iya. Congrats! Kalian serasi."

"Btw, sejak kapan lo sama Sea-"

"Bisa tolong diem?" Gaska menoleh dengan tatapan bosan ke arah Agatha. "Gue nggak suka ditanya-tanya."

Agatha langsung mengulum bibirnya, rapat-rapat. "Sorry." Ia menunduk diam, menyesap minuman cup-nya sebelum mendapati Gaska mengeluarkan bungkus rokok dari saku jeans.

"Sorry Gaska, di sini area bebas rokok."

Gaska berdecak sambil memasukkan kembali pemantik apinya ke dalam saku. "Payah!"

"Mau kemana?" tanya Agatha melihat Gaska beranjak dari sampingnya.

"Ngerokok. Mau ikut?"

Gadis itu reflek menggeleng. "Nggak." Lantas, tanpa memberi respon lebih, lawan bicaranya itu berlalu dengan rokok yang masih terselip di antara bibirnya.

Menyisakan tatap sendu saat punggung tegap itu mulai menjauh dari radarnya. Agatha merenung, singkat sekali pikirnya. Padahal tadi itu percakapan pertama mereka di luar area sekolah.

Argaiska Domani memang terlampau jauh untuk Agatha sejak awal. Dan sekarang rasanya semakin jauh karena sudah ada Sea. Agatha menolehkan pandang setelahnya, ke arah sosok cantik yang selalu berhasil menjadi pusat perhatian tanpa perlu repot-repot mencoba.

"Lo selalu beruntung ya, Sea?" lirihnya tersirat rasa kagum.

🦋🦋🦋

Gaska yang tengah bersandar di kap mobil sambil menyulut puntung rokok ketiga-nya dengan tenang, langsung menegakkan punggung, membuang benda dengan kandungan nikotin itu ke tanah, lantas menginjaknya saat melihat orang-orang yang didominasi para gadis keluar dari studio.

Jika tidak salah mereka adalah model yang bekerja sama dengan Daniella. Sebenarnya ia bisa saja melanjutkan kegiatan merokoknya, tetapi terdapat rasa was-was jika Daniella melihatnya. Dirinya cukup peduli dengan citra baik yang mana secara tak langsung bersangkutan dengan ayahnya.

Sementara di sisi lain, Sea muncul tanpa diharapkan. Mulanya gadis itu berjalan dengan langkah kecil untuk menghampiri Gaska, tetapi saat menyadari banyak tatap nakal dari gadis lain yang diarahkan untuk pacar palsunya-nadi Sea terpacu gila-gilaan.

Dirinya tidak suka itu.

Seolah mereka cukup cantik untuk bisa menarik perhatian pacarnya. Untuk pertama kalinya, fakta jika Gaska cukup tampan, menarik dengan mobil mewahnya, serta memikat dibalik wajah yang terkesan cuek, sukses membuat Sea menggeram kesal.

Detik selanjutnya Sea melebarkan langkah, sengaja berlari dan berhambur ke tubuh Gaska. Gadis itu bahkan mengalungkan lengan ke leher cowok itu tanpa aba.

Gaska yang tak memprediksi kehadiran Sea jelas terkejut, langkahnya bahkan sedikit terhuyung ke kab mobil. Reflek, sebelah lengan kokohnya langsung melingkar sempurna di pinggang ramping Sea.

"Hei, pretty boy!" sapa Sea sambil mendongak ke arah Gaska yang sedikit lebih tinggi darinya. Tersenyum manis, sedikit menggoda.

Berharap cukup menyadarkan gadis-gadis di sekitar keduanya, jika cowok ini adalah miliknya. Tidak ada kompromi dengan hal itu.

"Kok lo bau rokok, sih?" Usapan lembut dari jemari Sea pada bagian belakang kepalanya, langsung membuat Gaska tubuh cowok itu meremang.

Beruntung akal sehatnya berhasil kembali dengan cepat. Didorongnya tubuh Sea dengan pelan, dirinya langsung sengaja menciptakan jarak. "Sembarangan lo sentuh-sentuh gue, pelecehan!" julid Gaska sewot sendiri.

"Sttt ... dari pada berisik mending lo anter gue!" perintah Sea sambil meletakkan telunjuk di depan bibir Gaska.

Cowok itu langsung menepisnya. "Mau gue anter ke neraka jahanam?"

"Maksud gue anter pulang, freak!"

"Ogah, cewek mesum lo! Lain kali nggak usah peluk-peluk gue sembarangan, risih gue sama lo!"

Gaska Nampak sekali kesal dengan tingkah Sea yang tiba-tiba seenaknya memeluk dirinya. Di tempat umum pula.

"Lo aja bales pelukan gue."

Gaska mendengus. "Itu reflek, gue hampir jatuh gara-gara lo."

"Cuma hampir, kan? Lagi pula kalau lo emang nggak ada niat anterin dan nungguin gue ngapain masih di sini?"

Gaska menyeringai, tak ramah. "Dasar kepedean. Gue disini cuma numpang ngerokok, pulang sendiri lo!"

"Jangan galak-galak. Lo itu pacar gue, jadi harus selalu siap anterin gue!"

"Lo balik aja sendiri, lagian gue ada acara dan nggak bakal lewat jalan rumah lo."

"Yaudah, gue ikut lo aja."

"Nggak ada! Lo itu nggak diajak."

"Gue pokoknya ikut. Kalau nggak gue bilangin perbuatan tidak menyenangkan lo ini ke Om Agra. Oh! Gue juga bakal bilang kalau lo masih suka ngerokok."

Jemari Gaska terkepal di sisi tubuh. "Satu-satunya bakat lo itu cepu doang ya?"

"Iya, tapi bakat yang paling gue banggain itu bikin Argaiska Domani selalu nurut sama ucapan gue."

Hell! Perang hampir saja mulai setelahnya, beruntungnya Daniella muncul dari balik keluar studio bersama asistennya. Dan Gaska menangkap itu dari ujung matanya.

"Lo beneran mau ikut gue?" lontar Gaska tiba-tiba menahan tubuh Sea dengan menyentuh kedua pundaknya.

Sea tak langsung menjawab, justru menaikkan sebelah alisnya. Menghantarkan tatap penuh tanya dari sorot matanya. Tahu jika selama Gaska bersikap baik dan sopan, pasti ada maunya. Ah! Sangat mirip dengan tingkah lakunya sendiri.

"Ada nyokap lo," papar Gaska yang sukses membuat Sea reflek menyeringai. Belum lagi saat ini Gaska menarik langkah, berjalan ke sisi mobil untuk membukakan pintu untuk Sea.

Astaga! Cowok ini pintar bermain peran.

"Aaaa so sweet," gumam Sea pura-pura tersipu.

Sumpah, Gaska pengen nonjok muka Sea--yang demi apapun sok imut banget, anjing!

"Buruan masuk!" geramnya sambil tersenyum paksa.

Mengikuti permainan Gaska, Sea pun memilih mendekat dan menurut masuk ke mobil.

"Mama gue ngeliatin kita?"

"Iya," jawab Gaska sebelum menutup pintu mobil dengan hati-hati dan berjalan mengitari mobil untuk masuk ke bangku kemudi.

Dirinya menyeringai kecil, menikmati bagaimana kilat dan pancar penuh tanya dari tatapan Daniella dari ujung matanya. Yeah, wanita itu tengah mengawasi mereka dari kejauhan. Ini sesuai prediksi dan rencana.

"Kita mau kemana?" Sea menoleh ketika Gaska menyalakan mesin mobilnya.

"Club. Gue pengen liat pertunjukan striptis. Pole dance or porn karaoke, maybe?" Cowok itu sengaja menurunkan suaranya diakhir kalimat.

Reflek gadis itu memutar bola matanya. Yakin jika itu hanya bualan yang digunakan Gaska untuk membuatnya merengek ketakutan dan minta turun di tengah jalan. "Serius, idiot!"

Gaska langsung berdecak, kecewa. Lupa jika Sea bukan tipikal gadis penakut dan mudah dibodohi. "Gue bakal anter lo pulang, tapi kalau semisal ayah gue tanya-tanya soal gue, bilang aja ke rumah Rico atau Dirga."

"Oh?" sahut Sea dengan tatap mencela. "Ternyata lo tukang bohong ya, Gaska?"

"Ngaca!"

"Gue nggak pernah bohong kalau lagi sama nyokap gue," kilah Sea berterus terang.

"Sebentar lagi juga bakalan jadi tukang bohong," ramal Gaska, bertepatan dengan masuknya notifikasi pesan dari ponsel Sea.

MAMA |
Sea, minta tolong ke Gaska kalau anterin kamu jangan ngebut-ngebut. Juga pastiin sampai rumah sebelum magrib.

Mama ada kerjaan mendadak, kemungkinan bakalan lembur. Take care, jangan lupa pakai sabuk pengaman~

Sekali lagi, dirinya mendapatkan pesan dari Daniella.

MAMA |
Kabarin mama kalau kamu udah sampai rumah ya, sayang.

Sea terdiam sesaat. Jemarinya tertahan di atas layar ponselnya yang masih menyala, mendadak merasa tertarik dengan ucapan Gaska beberapa detik lalu.

"Gaska, lo masih pengen ke club buat lihat pertunjukkan striptis?"

"Kenapa? Tertarik liat pole dance?" Gaska menyeringai. "Atau lo yang mau tari-"

BUG!

"Anjing!"

"Kalau ngomong dijaga!" pungkas Sea setelah memukul wajah Gaska dengan tas.

"Gue belum selesai ngomong!" protes Gaska dengan wajah terkejut selepas merasakan ngilu di pangkal hidung.

"Gue udah bisa nebak kalimat apa yang bakal meluncur dari mulut sampah lo. Serius, lo mau kemana?"

"Gue mau ikut balapan," jawab Gaska jutek sambil menyentuh hidungnya. Memastikan dirinya tidak mimisan.

"Balapan liar?"

"Cuma balapan, nggak pakai liar."

"Ilegal?" tuntut Sea.

"Semua hal ilegal bisa jadi legal kalau lo duit yang cukup."

Cukup banyak, maksud Gaska.

"Kenapa tanya-tanya?" Gaska melirik Sea dengan sorot curiga. "Jangan berpikir buat ikut, karena gue nggak tertarik ngajak cewek."

"Kenapa? Lo nggak suka cewek?"

"Suka, kecuali kalau ceweknya itu lo." Sea langsung mencibir. "Selera lo rendah!"

"Iya, kayak harga diri lo."

BUG!

"Anjing!" Sekali lagi Sea menghantamkan tasnya kuat-kuat ke wajah Gaska. Ah, cowok itu belum mimisan. Mengecewakan.

"Nggak peduli, intinya gue ikut."

"Intinya lo nggak boleh ikut."

"Ikut pokoknya!"

"Nggak pokoknya!" Menyadari jika sejak tadi Gaska hanya meniru sebelum memutar balikkan ucapannya, Sea menyeringai jahil.

"Ikut, Gaska!"

"Nggak, Sea!"

"Ikut sayang."

"Nggak say-" Gaska reflek terdiam.

Fuck!

Ia lantas menoleh ke arah Sea yang sudah dipastikan tengah menahan senyum mengejeknya. "Tadi nggak apa?" goda gadis itu.

"Nggak say-ton nirojim!" elak Gaska yang sukses membuat tawa Sea langsung meledak.

"Nggak lucu!" ketus Gaska super galak.

"Ada yang lucu."

"Apa? Jangan bilang kalau gue yang lucu, nyolong gombalan lo!"

"Dih, geer! Bukan lo kali, tapi gue yang lucu. Bukannya lo yang bilang gitu tadi, wlee!" sahut gadis itu sambil menjulurkan lidahnya kepada Gaska.

Sial!

"Udah, lah. Turun aja lo!" Lah? Si bon cabe mulai emosi.

Sea menggeleng sembari mengeratkan sabuk pengamannya ketika Gaska menghentikan mobilnya ke tepi jalan. "Nggak mau!"

"Turun!" paksa Gaska sambil mencoba melepaskan sabuk pengaman dari tubuh Sea, tetapi gadis itu menahannya dengan mendorong wajah Gaska menggunakan tas.

"Turun nggak lo?"

"Terus gue pulangnya gimana, Oon?"

"Naik jet atau kuda juga bodo amat, pokoknya lo turun, Oon!"

"Nggak mau! Lo tega banget jadi cowok, mau gue putusin?" ancam Sea yang membuat Gaska mendengus.

"Yaudah, ayo putus!"

"Okay, kita putus!" tukas Sea keras-keras di depan wajah Gaska.

"Okay!" angguk Gaska menerima keputusan itu dengan senang hati.

"Inget ya ... di sini gue yang putusin lo. Bukan lo yang putusin gue!"

"Gue yang putusin lo, dasar cewek mesum!" desis Gaska sambil menyentil dahi Sea. "Aw!" Gadis itu meringis dibuatnya.

BUG!

"Anjing!" Pukulan ketiga dari tas Sea mendarat sempurna ke wajah Gaska.

"Lo yang mesum, hobinya nonton pole dance. Dasar otak kotor!" Tak tinggal diam, Gaska membalas dengan langsung melepas jaket kulitnya dan melemparnya ke wajah Sea.

"AW! KASAR!"

Nice, mereka ribut sampai itu mobil goyang-goyang. Sampai pada menit keenam, tiba-tiba saja terdengar ketukan dari luar kaca mobilnya.

Gaska yang lagi dijambak sama Sea otomatis menoleh, begitupun dengan Sea yang langsung terkesiap mendapati seorang polisi berdiri di luar sisi mobilnya. Jadilah ia membebaskan Gaska dari serangannya, begitupun dengan Gaska yang langsung melepaskan kerah gaun Sea.

Perasaan mereka sih udah nggak tenang, apalagi waktu polisi itu memberi interupsi untuk menurunkan kaca mobilnya.

"Ada apa ya, pak?" tanya Gaska dengan ekspresi wajah bingung. Shit! Penampilannya beneran mirip gembel gara-gara Sea mengacak-acak rambutnya.

Tak lama polisi itu sedikit menunduk, melemparkan tatap peringatan tajam sekaligus mencela ke arah dua remaja itu secara bergantian. "Selamat sore! Bisa tolong turun dari mobil?"

"Ini ada masalah apa ya, pak?" selidik Sea sambil merapikan pakaiannya yang jadi sedikit kusut akibat ulah Gaska.

"MASIH SEMPAT BERTANYA?" Polisi itu melotot galak, kembali memberi instruksi tegas untuk Sea dan Gaska agar mereka segera turun.

"Ini pelanggaran asusila!" kata polisi dengan tegas.

"Pelanggaran asusila gimana, pak? Kita nggak ngapa-ngapain," balas Gaska yang sudah dulu keluar dari mobil.

"DUSTA!" Buset! Suara polisi dengan kumis tebal itu langsung menggelegar di sepanjang jalanan. "Sekarang isi data diri kalian!"

Ekspresi Gaska dan Sea berubah jadi serius dan panik. Soalnya nggak lucu dong, kalau polisi ini mengira mereka sedang...

"Kalian sedang berbuat mesum, kan?"

Polisi itu tiba-tiba menunjuk ke arah Gaska. "Pakai jaket kamu! Biar apa pamer-pamer lengan begitu?"

Karena panik dan bingung pun, Gaska menurut. Sekalipun dirinya juga langsung menjelaskan dengan sabar. "Bapak salah paham ini-"

"Halah! Jangan kira saya tidak tahu, mobil kamu ini goyang-goyang sejak tadi saya perhatian," sela polisi itu tak terima denial.

"Dan kalian ini bukan remaja pertama yang udah ketangkap basah masih tidak mau mengaku."

"Sekarang ikut saya ke kantor polisi!" Muka Gaska maupun Sea langsung berubah cengo.

What. The. Fuck.

🦋🦋🦋

PART. 2

"Semua gara-gara ini cewek, pakai acara ngajak berantem." Suara Gaska terdengar, seperti yang bisa ditebak ... mencari keributan.

"What?! Harusnya gue yang marah, karena kelakuan lo yang mau turunin gue di jalan tadi. Lo sadar nggak sih, kalau ini namanya karma instan!" cibir Sea enggan disalahkan.

"Karma? Ini namanya sial dan itu asalnya dari lo, Setan!"

"Dih? Yang pembawa sial itu mobil kuning lo itu, si bumblebee! Gampang banget goyang-goyang, dasar murahan!"

Ditempatnya Gaska menggeram kesal, merasa tak terima jika mobilnya direndahkan. "Wah! Ngajak ribut lagi lo-"

Sementara itu, Bagya yang sejak tadi berjalan diantara keduanya mulai menghela napas. Wajah pria ber-jas itu nampak stress dan tertekan. "Sttt ... sudah-sudah! Ini masih di area kantor polisi, nanti kalian ditangkap lagi mau?"

"Nggak!" sahut Gaska dan Sea sama-sama ketus.

Di sisi lain, mungkin Sea selayaknya berterima kasih kepada baby sitter Gaska yang bernama Bagya. Pria itu berhasil membantu mereka keluar dari kantor polisi ketika jam menunjuk angka 5 di sore yang mendung itu.

Ini beneran konyol! Bisa-bisanya Sea dan Gaska nyaris masuk penjara karena dugaan seperti itu. Mimpi apa mereka semalam?

Seolah itu belum cukup membuat gadis itu merasa sial, lantasnya masuk sebuah notifikasi pesan. Layaknya peringatan keras, Sea merasa was-was jika itu dari mamanya. Pasalnya ini tak terasa benar, sepatutnya dirinya harus berada di rumah, bukan tempat parkir di kantor polisi seperti sekarang.

Namun Sea salah, itu bukan dari mamanya-melainkan Darla. Perawat papanya. Sayangnya, pesan itu lebih bikin Sea was-was.

DARLA |
Papa kamu kambuh lagi, bisa tolong dateng buat bantu tenangin?

Langkah Sea langsung berhenti ditempat. Bagya menjadi orang pertama yang sadar dan menoleh. "Ada apa, Sea?" tanya Bagya dengan hati-hati.

"Bisa tolong anterin saya ke rumah sakit?" pinta Sea dengan suara tercekat. Gaska bahkan sampai menoleh saat mendengarnya.

Sesaat terkejut dengan ekspresi panik dari air wajah gadis itu. "Dih! Lo sakit?" tanya Gaska sengaja menekan rasa ingin tahunya dengan nada mengejek.

"Bukan urusan lo," jawab Sea kelewat cepat.

Gaska kali ini memutuskan mendekat, ketika Bagya mulai mengeluarkan kunci mobil dan berniat mengantar putri Daniella itu. Sea yang nampak panik hendak berjalan ke arah mobil Bagya, akan tetapi lengannya terasa ditahan tiba-tiba oleh seseorang.

Tentu saja, Gaska.

"Biar gue aja yang anter dia, Bro! Lo balik ke kantor aja, tolong jangan bilang ayah soal yang tadi. Thanks!" ujar Gaska panjang lebar sambil menarik Sea masuk ke dalam mobilnya.

Di sisi lain, Bagya yang heran dengan kelakuan dua remaja itu mengerjap. Bukan apa-apa nih, soalnya beberapa detik lalu aja mereka adu mulut kayak lagi debat ... eh sekarang begitu.

Pria itu menghendikkan bahu. "Dasar darah muda. Darahnya para remaja."

🦋🦋🦋

Sesampainya di rumah sakit, Sea langsung melepas sabuk pengamannya. "Lo bisa langsung balik, thanks udah anterin gue!" tukasnya sebelum keluar dan berlari dengan langkah tergesa, masuk ke rumah sakit.

Seharusnya yang Gaska lakukan adalah bersikap tak acuh dan menginjak pedal gasnya kuat-kuat. Bergegas ke arena balap sesuai rencananya. Akan tetapi, "Fuck!"

Cowok itu justru langsung keluar mobil, berlari untuk mengekor langkah Sea yang belum jauh dari pandangannya. Tidak-tidak, ini bukan perlakuan istimewa atau semacamnya-dirinya hanya merasa bertanggung jawab karena ucapan Daniella tadi.

Yeah, wanita itu beneran percaya kalau Gaska akan menjaga putri manjanya.

Jika diingat-ingat pula, setahunya Sea itu tidak punya teman. Bahkan satu pun tidak ada, jadi yang jadi pertanyaan adalah siapa yang ingin gadis itu temui di rumah sakit rujukan seperti ini?

Ting!

Pintu lift hampir saja tertutup, tetapi Gaska sudah dulu menyelip masuk ketika Sea tertuntuk fokus menatap layar ponselnya dengan wajah pias. Omong-omong, Hanya ada mereka berdua di dalam lift itu.

"Lo ngapain di sini? Bukannya udah gue suruh lo pulang?" tanya Sea dengan alis menukik naik, setelah mengangkat pandangnya pada Gaska.

"Terserah gue, ini kan tempat umum." Gaska menaikkan bahunya seolah tak acuh.

"Serius, lo nggak boleh di sini!" Sea mendorong bahu Gaska untuk menjauh darinya. Namun, bukannya mengindahkan permintaannya dengan serius, Gaska justru kembali mengikis jarak dan meletakkan punggung tangannya di kening Sea.

"Lo sakit?"

Tubuh Sea mematung sesaat, gadis itu tak lama menepis tangan Gaska dari keningnya saat pintu lift akhirnya terbuka. "Gue nggak sakit. Just go away, okay?"

"Please... " imbuh Sea sebelum kembali menarik langkah lebar dan tergesanya untuk sampai di ruang rawat milik papanya.

Samar-samar suara keributan terdengar di lorong yang penuh sergapan aroma antiseptik dan obat-obatan itu. Sea semakin mempercepat langkah, masuk ke dalam salah satu ruangan dengan segala kekacauannya. Papanya mengamuk dan para perawat mencoba menenangkannya, lagi.

Sea langsung mendekat, para perawat langsung memberi tempat untuknya. Seperti yang biasanya terjadi. "Hei, dad! Just calm down, okay?" Suara gadis itu terdengar sedikit bergetar.

Dari ujung matanya Sea bisa melihat salah satu perawat menangis. Prediksi gadis itu, papanya mengamuk dan menyerang perawat itu sebelumnya. Sementara itu Sea masih mencoba menenangkan papanya, sesaat abai kendati amukan itu justru berpindah kepadanya.

"WANITA JALANG ITU MAU RACUNIN PAPA, SEA! DIA MASUKIN SESUATU KE MAKANAN PAPA!" Pria itu berteriak dengan wajah memerah, kedua tangan ringkihnya tanpa sadar mencengkram erat pergelangan tangan Sea.

"Sttt ... relax. Itu vitamin, okay?"

"KAMU NGGAK PERCAYA SAMA PAPA?!" bentaknya yang langsung membuat Sea menggeleng, merasa ketakutan.

"Sea percaya. Papa tolong tenang, okay?" Kedua mata Sea mulai memanas ketika tatapan papanya kian menajam, begitupun rasa panas dan perih pada jengkal kulit tangannya.

Saat ini papanya hanya fokus kepada Sea. Perhatiannya berhasil dialihkan. Perawat lain khususnya Darla, lantasnya membantu menjauhkan Sea dari papanya saat obat bius berhasil disuntikkan ke lengan pria itu.

Tubuh Sea masih bergetar saat papanya masih meracau dan mengumpati banyak hal dengan posisi berbaring.

Tiba-tiba saja Darla mengusap pundaknya. "Sea?" panggilnya seperti biasa, memastikan gadis itu baik-baik saja. "You okay?"

Sea lantasnya akan tersenyum. Seolah hal seperti tadi bukan lah sesuatu yang mengejutkan untuknya. Lagi pula yang tadi itu bukan apa-apa, Sea pernah menghadapi emosi papanya yang lebih parah sejak dulu.

Seolah memori tentang pria itu hanyalah saat dirinya menenangkan ledakan emosi papanya yang tiba-tiba berubah drastis. "I'm fine."

Darla membalas senyum pias itu dengan usapan lembut. "Tunggu diluar dulu ya, papa kamu perlu diperiksa."

"Thanks, kak!" ucap Sea lantas berjalan perlahan ke arah pintu keluar. Sesekali dirinya menoleh untuk memastikan keadaan papanya.

Sementara di sisi lain, kemunculan Argaiska Domani diambang celah pintu yang terbuka langsung membuat Sea menghentikan langkahnya.

Keduanya sama-sama diam setelah bersitatap selama beberapa saat. Lantasnya, Sea menjadi orang pertama yang memutuskannya. Menghindari sosok jangkung itu, dan menutup pintu ruang rawat papanya dengan sebelah tangan.

"Bukannya gue udah minta lo buat pergi?" Suara Sea mengalun dengan tenang. Seolah tak bisa menunjukkan emosi lebih dengan keadaannya saat ini.

Gaska masih diam. Kalanya situasi barusan bukan sesuatu yang biasa cowok itu hadapi. Nampak sekali jika dirinya bingung, terkejut, dan hanya bisa memaku di tempat seperti orang bodoh.

Gaska memperhatikan Sea yang sejak tadi belum bergerak seinci pun dari pijakannya.

Gadis itu tidak menangis, hanya menatap ruangan yang sudah tertutup itu dengan tatapan sendu dan kalut. Tatap tajam dari kedua netra coklat Gaska lantas berakhir pada luka cakar yang Sea dapat di kedua pergelangan tangannya yang memerah.

Untuk pertama kalinya, Argaiska Domani melihat bagaimana kacaunya Sea dalam radar paling dekat.

"Are you okay?" Dari sekian banyak pertanyaan yang berputar di kepala Gaska, hanya kalimat retoris itu yang bisa berhasil lolos dari bibirnya.

Hening, belum ada jawaban dari Sea.

Lantas, entah apa yang membuat Gaska mendekat ke arah Sea, menarik lengan dari tubuh kaku itu untuk duduk di bangku dekat mereka.

"He'll be fine."

"No. He's not fine," lirih Sea dengan suara bergetar, sialan ketakutan dan khawatir dalam setiap helaan nafasnya yang mulai tak beraturan.

Tiba-tiba saja, Sea merasakan genggaman hangat merambati sela jemarinya. Ketika menoleh, dirinya menemukan tatapan tak terbaca dari Gaska. Cowok itu masih senantiasa diam, bahkan ketika Sea mulai menyandarkan kepala ke bahu Gaska.

"Are you crying?" tanya Gaska memecah hening sambil sedikit menunduk pada Sea.

"You wanna see me crying?"

Sea bisa merasakan tubuh Gaska bergerak kecil. Tanpa melihat, dirinya tahu jika cowok itu tengah menggeleng. "Kenapa? Biasanya lo seneng lihat gue kacau."

"Kali ini nggak."

Gaska mengambil sedikit jeda,

"Tapi kalau lo mau nangis, bakal gue jagain."

"Bakal jagain atau ejekin?"

"Jagain, freak!"

Sea berdecak, sekalipun dadanya berdesir nyaman ketika akhirnya ada seseorang yang mengatakannya. "Males."

"Nangis aja! Gue tutup mata, jadi nggak bakal lihat lo nangis."

Hening.

"Your heart's beating fast right now. Are you nervous?" celetuk Sea tiba-tiba.

"Iya, soalnya lagi ditempelin setan," balasnya mencoba mencairkan suasana. Kedua mata cowok itu masih tertutup rapat, sekalipun Gaska tak berpikir jika Sea akan menangis walau gadis itu mau.

"Sialan!" Merasakan Sea berangsur menjauh, refleksi Gaska bekerja cepat. "Bercanda," katanya sambil membawa kepala Sea untuk bersandar di pundaknya lagi.

Detik kembali berlalu dalam senyap.

Di tempatnya Sea menunduk, memperhatikan bagaimana jemarinya berada di genggaman Gaska. Merasakan bagaimana ibu jari cowok itu mengusap kulit tangannya dengan lembut. Ajaibnya, itu bisa membuatnya merasa lebih baik.

Ini sudah hampir pukul 7 malam, dan Sea bersumpah jika semua termasuk dalam larangan besar dari Daniella tak sepantasnya ia langgar. Menjenguk papanya secara diam-diam, bergandengan dengan Gaska, dan belum pulang saat periode waktu magrib sudah lama berlalu.

Sejujurnya ia penasaran dengan pelanggaran lain yang belum pernah ia coba.

"Gaska?"

"Hm?" Cowok itu menurunkan pandang, mencoba melihat wajah Sea dari posisinya. Sayangnya gadis itu masih menunduk, jadi Gaska hanya bisa memandangi bulu mata lentik milik Sea dalam jarak dekat.

"Jangan cerita ke siapa-siapa tentang ini, ya? Terutama mama gue."

-TBC🦋

Capek banget sama Gaska & Sea. Couple chaotic, tidak ramah 😩💘

Gimana part ini??????????

Tebak-tebak, berapa kali kata "PUTUS" muncul di part ini?

List panggilan kesayangan Gaska & Sea. Favorite kalian yang mana?

1. Freak
2. Idiot
3. Oon
4. Mesum

Kita lihat besok muncul kata santun dan ramah apa lagi dari pasangan ini 🙂

NEXT? Jangan lupa VOTE + 1K komen sini...

Spam NAVILLERA biar hafal judul cerita ini!

Spam emoji 💙 untuk meramaikan cerita ini!
Terima kasih.

•••

1.

Fyi: Anak-anak dari orang tua otoriter lebih cenderung menjadi pengganggu atau dikenal istilah bullying.

In my opinion, ini sifatnya subjektif. Balik lagi ke karakter personal & lingkungan di luar rumah juga. Namun untuk penokohan Sea, otoriter dari strict mom memiliki dampak besar pada kepribadian dia. [Sea belajar dari cara Daniella yang mendidik dia untuk selalu patuh].

2.

Fyi: Sea harus minum vitamin aka kontrasepsi/ pil KB kombinasi untuk mencegah menstruasi biar nggak ganggu jadwal pemotretan dia:)

Asdfghjkl aku harap toxic otoriter dari orang tua cuma ada di fiksi.

3.

Anyway, see you~!

Continue Reading

You'll Also Like

174K 10.6K 49
[BEBERAPA PART DI PRIVATE ACAK, FOLLOW UNTUK MEMBACA] Biarlah kita menjadi kenangan. Kenangan yg selalu tersimpan rapat di dalam hati. Terima kasih s...
2.5K 237 22
Aquila terjebak di antara dua orang laki-laki yang membutuhkannya, satu di antara mereka adalah orang yang pernah begitu dicintainya namun menjadi or...
19K 420 5
Ini bukan cerita incest, dilahirkan dari rahim yang berbeda dan Papa yang berbeda. Tapi keduanya tidak tahu bahwa mereka sebenarnya bukan saudara sed...
3M 258K 69
TELAH DIBUKUKAN "Ini perasaan gue yang pacarnya, kenapa berasa jadi selingkuhan dah?" -Obelia Andara (End) Published on 18-11-2021 End on 04-07-2022 ...