The Mirror (END)

Autorstwa Aurelia_nwh91

7.5K 1.1K 679

Cermin itu, sebuah media terbukanya ruang komunikasi dengan mereka yang tak kasat mata. Tersimpan begitu saja... Więcej

Prologue
Chapter 1 (Cermin)
Chapter 2 (Dia)
Chapter 3 (Gerbang Dialog)
Chapter 4 (Perjanjian)
Chapter 5 (Bencana)
Chapter 6 (Dilemma)
Chapter 7 (Masa Lalu)
Chapter 9 (Mianhae)
Chapter 10 (Confession)
Bukan Update
Chapter 11 (Petunjuk)
Chapter 12 (Another Suspect)
Chapter 13 (The Way to Find You)
Chapter 14 (Fakta)
Chapter 15 (Sacrifice)
Chapter 16 (Kilas Balik)
Chapter 17 (Let It Go)
Chapter 18 (Akhir dari Segalanya)
Voting New FF
Epilogue
Announcement
PENTING!!!!
Bonus Chapter (Us)

Chapter 8 (Tragedi)

286 49 35
Autorstwa Aurelia_nwh91

Happy Reading
😇😇😇
***

Area Parkir Universitas Seoul
08.48 KST

"Sampai bertemu lagi nanti, Cho Rong-ssi." Woo Hyun melambaikan tangannya, saat keduanya harus berpisah di ujung lorong. Woo Hyun harus segera mengurus berkas di ruangan senat, sementara Cho Rong harus naik ke lantai tiga untuk masuk ke kelas.

Sepanjang jalan, Cho Rong hanya bisa tersenyum. Pipinya memerah saat kembali mengingat dengan siapa ia tadi datang ke kampus.

Tiba-tiba,

Grep

Bruk

Tubuh Cho Rong terhempas ke dinding berwarna putih. Membuat kepala dan punggungnya terasa sakit karena benturan itu.

Seorang gadis cantik kini tengah memandang Cho Rong kesal. "Gadis penggoda," ujar gadis itu, tepat di hapan Cho Rong. Sementara teman sang gadis tengah mengacak-acak isi tas Cho Rong dan menumpahkan semua isinya ke lantai toilet.

"Ya! Apa yang kau lakukan?" Cho Rong berusaha untuk mengambil kembali barang-barang miliknya, namun cengkraman gadis di hadapannya itu sangat keras.

"Kau pikir, kau itu siapa? Berani sekali tebar pesona dengan Woo Hyun Oppa!" seru gadis itu ketus.

Kening Cho Rong mengernyit. "O... Oppa?"

Gadis itu melepaskan cengkramannya, lalu melipat kedua lengannya di atas dada sambil menatap Cho Rong sinis. "Ya, aku Son Na Eun, kekasihnya Woo Hyun Oppa!"

Cho Rong meneguk salivanya kasar. "Kekasih? Jadi, selama ini, Woo Hyun Sunbae sudah memiliki kekasih?" Cho Rong membatin.

"Wae? Kau terkejut?" Gadis itu, Son Na Eun, manarik keras rambut Cho Rong ke belakang. Hingga kepala Cho Rong menengadah ke atas. "Aku peringatkan padamu, jangan pernah muncul di hadapan Woo Hyun Oppa lagi, atau kau tanggung sendiri akibatnya!" ancam Na Eun emosi.

"Eoh, Na Eun-ah, lihat cermin ini!" Sahabatnya Na Eun, Kim Nam Joo, menemukan sebuah cermin dari dalam tas Cho Rong.

Itu cermin terkutuk.

Cho Rong berusaha untuk meraih cermin tersebut, namun Nam Joo menghalanginya. "Andwae! Kau tidak boleh menggunakan cermin itu!" teriak Cho Rong.

Tak mau ambil pusing, Na Eun menatap pantulan wajahnya sendiri di sana. "Ah, yeppeuda!" serunya sambil merapikan bandana merah muda yang bertengger di kepalanya.

Tiba-tiba,

"Aakkk!"

Prang

Na Eun melempar jauh-jauh cermin tersebut, begitu melihat pantulan wajah yang jelas-jelas bukan dirinya.

"Waegeurae?" Nam Joo melepaskan pegangannya pada Cho Rong. Menghamburkan dirinya pada Na Eun yang terlihat begitu syok dengan wajah pucat pasi dan sudah jatuh terduduk di lantai toilet.

"Nam Joo-ya, hantu!!! Ada hantu!" teriak Na Eun panik. Ia sungguh sangat ketakutan. Pikirannya seakan kosong. Ledakan tawa terus menggema dalam pikirannya.

Seperti hilang akal. Na Eun menjerit keras, lalu berlari keluar. Hingga yang terakhir Nam Joo lihat adalah Na Eun yang terjun langsung ke bawah lewat jendela.

"Na Eun-ah!!!" jeritnya keras.

Melihat kejadian itu, Cho Rong hanya bisa terdiam. Kedua lututnya lemas. Lagi-lagi sesuatu yang buruk terjadi karena cermin itu.

Ini bencana.

***

Pukul 10.21 KST

Area TKP tengah dipadati beberapa penghuni kampus yang penasaran akan kejadian yang dialami Na Eun.

Para polisi masih sibuk berjaga di area garis polisi. Sementara jasad Na Eun sendiri sudah dibawa ke rumah sakit.

Nam Joo dan Cho Rong kini tengah berada di ruang senat. Bersama Woo Hyun, kepala kampus, serta dua orang polisi yang akan meminta kesaksian atas insiden tersebut.

Kedua tangan Cho Rong dan Nam Joo sama-sama bergetar. Mereka ketakutan dan syok. Tubuh keduanya sudah dipenuhi peluh.

"Bisa kalian ceritakan kronologisnya?" tanya salah satu polisi.

Nam Joo bungkam. Kedua maniknya bergerak gusar, yang akhirnya memaksa Cho Rong untuk buka suara. "Kami bertiga sedang mengobrol di toilet. Tiba-tiba Na Eun Sunbae berteriak keras, lalu berlari hingga akhirnya jatuh ke bawah lewat jendela," jelasnya sedikit terbata.

Sang polisi hanya mengangguk, lalu mencatat sesuatu di buku laporannya. Mereka tidak bertanya lebih jauh karena CCTV yang berada di dekat toilet tersebut membuktikan kalau Na Eun benar-benar melompat langsung dari jendela.

"Apa ada masalah di antara kalian?" tanya kepala kampus.

Nam Joo menggeleng cepat. "Animnida."

Kalau mereka tau tentang kejadian sebelum Na Eun jatuh, Nam Joo bisa terlibat dalam masalah besar.

Mendapat tatapan sinis dari Nam Joo, Cho Rong hanya bisa mengangguk pasrah. Lagi pula ia tidak ingin terlibat masalah pebih jauh lagi.

Sedang Woo Hyun, sang ketua senat hanya bisa menghembuskan napasnya berat. Ia tau ada sesuatu antara Cho Rong dengan Nam Joo. Namun ia lebih memilih bungkam. Ia tidak ingin membuat suasana menjadi lebih keruh.

"Baiklah, kalau begitu, saya permisi."

Dua orang petugas itu undur diri. Sang kepala kampuspun ikut undur diri menemani kedua polisi tersebut.

Woo Hyun mendudukkan bokongnya di atas kursi yang tadi di duduki dua polisi itu. Tepat di hadapan Cho Rong dan Nam Joo. "Katakan yang sebenarnya padaku. Ada apa di antara kalian?"

"Bukankah sudah kami katakan tadi. Tidak ada apa-apa di antara kami!" Nam Joo mulai kesal.

"Cho Rong-ssi, katakan yang sebenarnya padaku."

Cho Rong menarik napasnya dalam. "Nam Joo Sunbae benar. Kami hanya sedang mengobrol di toilet."

"Benarkah? Lalu, kenapa kalian saling berteriak saat tengah di toilet?"

Keduanya langsung bungkam. Mereka sama sekali tidak tau kalau Woo Hyun mengetahui soal teriakan itu.

"Kalian diam, berarti ada yang tidak beres di antara kalian. Cerita, atau aku akan menyelidiki sendiri dan mengadukannya pada kepala kampus!" ancam Woo Hyun. Menyunggingkan smirk-nya. Membuat Cho Rong dan Nam Joo semakin bungkam.

Kedua gadis itu saling pandang. Nam Joo masih menatap Cho Rong sinis. Sebagai hobae, Cho Rong tidak bisa berkutik. "Anieyo, Sunbae. Semuanya baik-baik saja," ujar Cho Rong cepat. "Saya harus kembali ke kelas. Permisi."

Tanpa menunggu persetujuan Woo Hyun, Cho Rong pergi begitu saja, setelah memberi hormat pada laki-laki itu. Masa bodo jika ia di cap buruk oleh Woo Hyun. Kenyataannya, ia masih belum bisa menerima atas apa yang baru saja terjadi. Laki-laki yang selama ini ia kagumi ternyata sudah memiliki seorang kekasih. Dan parahnya lagi, kekasihnya meninggal karena ulahnya sendiri. Meski secara tidak langsung, Cho Rong lah yang patut disalahkan karena membawa cermin sialan itu.

Chorong menekan perasaannya dalam-dalam. Berusaha sekuat tenaga agar air matanya tidak tumpah selama perjalanannya menuju kelas.

Sepanjang mata kuliah berlangsung, Cho Rong hanya bisa diam. Memandang tanpa minat hamparan rumput hijau yang ada di sampingnya, lewat jendela. Membuat Professor Jang kesal di buatnya.

"Park Cho Rong-ssi!"

Cho Rong masih diam. Seolah hanya ada dirinya sendiri di dalam ruang kelas.

Plak

Pulpen milik Professor Jang berhasil mendarat mulus di kepala Cho Rong yang saat itu duduk di kursi paling ujung.

"Yak! Mwohaneungeoya?!" Cho Rong yang terkejut, refleks membentak dan berteriak. Tidak sadar di mana posisinya sekarang.

"Apa saya mengganggu aktifitas mu?"

"Ah-- Ahhh, animnida, Gyeosu-nim. Jeoseonghamnida." Cho Rong segera membungkukkan tubuhnya meminta maaf.

Wajah Professor Jang sudah mulai memerah.

Ia kesal.

Sangat.

"Ppalli naka!" teriaknya keras. Diiringi tawa para mahasiswa yang lain. Membuat Cho Rong menahan malu setengah mati, lalu berjalan keluar kelas sambil menutup wajahnya.

"Sial."

***

Woo Hyun masih menahan Nam Joo di dalam ruang senat. "Kau masih tidak ingin buka mulut?"

Nam Joo masih bungkam. Ia tidak ingin terlibat masalah lebih jauh lagi. Sekalipun itu menyangkut sahabatnya yang sudah tiada.

"Kau membuatku frustasi. Keluar lah. Aku akan menyelidikinya sendiri."

Nam Joo keluar dari ruang senat begitu saja. Meninggalkan Woo Hyun di sana sendirian.

Dari jauh, ia melihat sosok Cho Rong tengah menuruni anak tangga. Ia segera mempercepat langkahnya mendekati gadis itu.

"Cho Rong-ah!"

Merasa terpanggil, Cho Rong menolehkan pandangannya. Rasanya ingin lari, namun kedua kaki sialan itu mengkhianatinya. Ia hanya bisa diam terpaku sambil memperhatikan Nam Joo yang berjalan semakin mendekat ke arahnya.

Dengan raut kesal, Nam Joo segera menarik Cho Rong ke dalam ruangan perpustakaan yang berada tak jauh dari tangga. Perlakuannya yang kasar membuat Cho Rong meringis saat bahunya terantup ujung lemari buku super besar.

"Akh--" Cho Rong memegangi bahunya yang sakit.

"Ku peringatkan padamu, jangan pernah beri tau siapapun tentang apa yang sudah aku dan Na Eun lakukan tadi pagi. Kalau kau buka mulut, aku pastikan mulutmu itu akan aku robek!" ancam Nam Joo kesal. Menunjuk-nunjukkan jarinya tepat di wajah Cho Rong. Lalu gadis itu pergi begitu saja.

Cho Rong menghembuskan napasnya berat, lalu jatuh terduduk di lantai. Hatinya sakit. Sangat.

Kenapa masalah seolah tak kunjung berhenti datang kepadanya. Ia merindukan ketenangan. Sangat.

Airmata nampaknya tak kuasa lagi Cho Rong bendung. Gadis itu menangis tersedu sambil memeluk kedua lututnya.

Tanpa Cho Rong sadari, ada Ho Won di sana. Tengah berdiri di sisi lain rak tempat Cho Rong bersandar. Tatapannya sendu. Ia ingin membantu gadis itu, namun perasaan bersalah masih terus menghantuinya. Sekalipun Cho Rong tidak pernah mengatakan hal itu secara langsung padanya. Ho Won cukup sadar diri.

"Mianhae, Cho Rong-ah."

***


Huhft, apa ini?
Kenapa tiba-tiba aku nangis?
Sumpah, rasanya ada yang ganjel di hati pas ngetik nama Mas Ho Won di sana.
Dada dede nyesek, mas.

Hemmm,
Aku minta maaf yang sedalam-dalamnya karena lama nggak update cerita baru.

Cukup cuap-cuapnya.

Aku tunggu vomment kalian, yeoreobun...

Salam,
Aurelia
06 September 2017

Czytaj Dalej

To Też Polubisz

1M 87K 30
Mark dan Jeno kakak beradik yang baru saja berusia 8 dan 7 tahun yang hidup di panti asuhan sejak kecil. Di usia yang masih kecil itu mereka berdua m...
6.3M 485K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
13.3M 1M 74
Dijodohkan dengan Most Wanted yang notabenenya ketua geng motor disekolah? - Jadilah pembaca yang bijak. Hargai karya penulis dengan Follow semua sos...
8.4M 519K 33
"Tidur sama gue, dengan itu gue percaya lo beneran suka sama gue." Jeyra tidak menyangka jika rasa cintanya pada pria yang ia sukai diam-diam membuat...