Our Story - ChanSoo

By dear612

26.7K 2.8K 510

kumpulan fanfic oneshot hasil gabut seharian semua tentang ChanSoo ❤️ dan hanya ChanSoo ❤️ More

A Gamers
Where is love by Theworldwithkaisoo
Will You Marry Me?
You Always In My Heart
The Deepest Regret
Pria Bertopi Hitam
The End
Untitled
Lose
Bunga

A Gamers (sequel)

2.9K 351 95
By dear612



Hai hai, aku datang lagi. Kepikiran terus sama fanfic pertama yang ku buat, aku kok ngerasa jahat banget ya sama chansoo, so here im. Semoga kali ini endingnya memuaskan yaa..maaf juga untuk typo yang berserakkan..aku tunggu kritik dan sarannya..terimakasihh..selamat membaca ❤


A Gamers (sequel)

Kyungsoo sedang duduk dengan nyaman di kursi first class-nya menatap ke arah luar jendela pesawat. Ia sedang dalam perjalanannya menuju Jepang, bukan untuk liburan tapi untuk menghadiri event dan tournament game terbesar di Asia. Ia bersama tim-nya yang beranggotakan 5 orang termasuk dirinya. Mengikuti event besar seperti ini bukan yang pertama kalinya bagi Kyungsoo tapi ada perasaan tak tenang dalam hatinya.

"Kau sedang memikirkan apa? Jangan terlalu serius Kyungsoo-ya, bawa santai saja seperti biasanya."

"Tak ada hyung. Aku hanya sedikit ragu dengan kerjasama tim kita."

"Tidak ada yang perlu kau ragukan. Kita telah berlatih bersama sebulan ini, kekompakan kita juga meningkat. Aku yakin kita akan membawa piala juara satu seperti biasanya." Ucap Xiumin yakin.

"Tapi anak-anak zaman sekarang lebih ligat dari kita hyung. Aku merasa sudah terlalu tua."

"Tenang saja, tidak akan ada yang menyadari umur kita sudah di atas 30 tahun. Apa lagi dengan porsi badan kita yang imut-imut ini." Ucap Xiumin seraya tertawa kecil.

Kyungsoo mengalihkan pandangan matanya dan memandang Xiumin. "Kau saja yang sudah tua hyung, aku tidak. Dan badanku tidak imut hyung, itu hanya berlaku untukmu. Aku pria dewasa yang elegan." Ucap Kyungsoo dengan nada sombong mengejek.

Kyungsoo adalah seorang Clan Master, ketua clan (sekumpulan gamers dalam satu game yang sama) yang sangat terkenal di Korea Selatan. Skill-nya tidak perlu diragukan lagi, setiap musuh yang ia jumpai akan hancur kepalanya (dalam game FPS, menembak kepala akan membuat karakter musuh cepat mati, memerlukan 1-2 hit untuk mematikan musuh. Sedangkan menembak badan memerlukan 3-5 hit).

Dalam game tersebut, tidak ada yang tidak mengenal Kyungsoo, nick-nya bahkan sangat terkenal, bagaimana tidak terkenal jika Kyungsoo sering muncul dalam majalah gaming bahkan koran lokal sekalipun karena berhasil membawa piala juara satu atau dua pada ajang tournament internasional.

.

.

.

Kesokan Harinya Di Jepang...

Kyungsoo sedang melihat-lihat vanue tempat berlangsungnya Tokyo Game Show. Vanue tempat berlangsungnya Tokyo Game Show belum resmi di buka, hanya orang-orang tertentu yang memiliki akses untuk masuk.

Matanya melirik kanan kiri melihat stand gaming, banyak pengembang game yang akan berpartisipasi seraya mengenalkan game keluaran terbaru.

Matanya tak sengaja menangkap bayangan seseorang, sosok tinggi di sudut ruangan sedang berbicara pria yang lebih kecil. Ia memang sering melihat sekilas bayangan sosok pria tinggi yang ia rindukan, tapi bayangan kali ini terlihat lebih nyata. Kyungsoo mengerjap-ngerjapkan matanya, takut ini hanya halisuniasinya saja, karena ia sedang tidak memakai kacamatanya.

Pria itu memakai kemeja lengan panjang berwarna biru dongker, yang dibagian lengannya di gulung sedikit ke atas, terkesan maskulin. Kemeja yang ia kenakan membentuk porsi badannya yang terlihat sedikit berotot. Wajahnya terlihat semakin dewasa. Dengan rambut yang di tata ke atas.

Pria itu menyadari Kyungsoo sedang melihatnya dan menatap balik ke arah Kyungsoo. Kyungsoo hanya bisa diam terpaku, otaknya tidak bisa berpikir secara normal, jantungnya mulai berdetak cepat, nafasnya mulai terasa berat. Waktu terasa melambat, perlahan keadaan yang ramai terasa begitu sepi dan berubah menjadi gelap, menyisakan Kyungsoo dan pria itu yang diterangi lampu yang menyorotnya. Ia masih terpaku menatap pria itu, begitu juga sebaliknya. Ada rasa sesak dalam hatinya, ia begitu ingin menghampiri sosok yang begitu ia rindukan, memeluknya dan tak ingin melepaskannya.

"Kau disini rupanya. Aku berkeliling mencarimu. Bagan pertandingan sudah keluar, kita akan bertanding melawan tim dari Malaysia." Ucap Xiumin yang telah berada disamping Kyungsoo, namun ia hanya diam, masih terpaku ditempatnya. Xiumin pun menepuk pundaknya dan membalikan kesadarannya. Kyungsoo mengalihkan perhatiannya kepada Xiumin. Beruntung Xiumin tidak menyadari kehadiran pria itu, akan panjang urusannya jika Xiumin menyapanya. Mereka bertiga adalah teman satu kampus dengan jurusan yang berbeda.

"Ah maaf hyung. Kau bicara apa tadi hyung?"

"Bagan pertandingan sudah keluar, kita akan bertanding melawan tim dari Malaysia. Anak-anak mencarimu ingin membahas strategi untuk nanti. Mereka memang terlihat baru, tapi jangan menyepelehkan mereka. Aku mendengar salah satu dari tim mereka memiliki skill yang menyamaimu." Kata Xiumin panjang lebar.

Kyungsoo hanya mendengar sekilas, otaknya masih belum berfungsi secara normal. Pria itu menari-nari dalam sel-sel otaknya. Ia hanya diam dan tak menanggapi perkataan Xiumin.

Xiumin pun terlihat sedikit kesal sehingga ia menarik Kyungsoo menghampiri rekan-rekannya yang lain.

"Pelan-pelan hyung." Ucap Kyungsoo datar.

"Mereka sudah menunggumu dari tadi. Sudah jangan ribut, ikut saja." Kata Xiumin seraya menambah kecepatan langkahnya dan tangan kanannya masih menarik Kyungsoo.

Mereka tiba di ruangan yang telah disiapkan oleh promotor. Ruang yang dilengkapi peralatan gaming lengkap. Masing-masing tim perwakilan mendapat ruang khusus untuk berlatih. Mereka bebas menggunakan semua peralatan gaming yang telah disediakan.

"Hyung, sini lihat." Panggil Sehun. Ia adalah salah satu anggota tim Kyungsoo.

Sehun memperlihatkan video rekaman saat tournamen babak penyisihan pertandingan antar Malaysia. Merekapun membahas strategi dan pembagian penjagaan kawasan. Mereka menandai beberapa anggota tim musuh yang dianggap cukup berbahaya, Kyungsoo yang berperan sebagai ketua harus dengan sigap memberi arahan kepada timnya.

Saat mereka melakukan pemanasan dalam game. Kyungsoo mendapat pesan dari gamenya yang berisi: "[GM] CYKS™: good luck Kyungsoo." Kyungsoo sontak terdiam. Ia mencoba untuk fokus terhadap pertandingan yang menantinya, nama Korea Selatan berada di tangannya.

.

.

.

Babak Final Pertandingan...

Kyungsoo dan tim-nya sedang berada di ruangan mereka. Tim Kyungsoo berhasil memenangkan 3 babak pertandingan, setelah 4 jam bertanding, sekarang adalah waktu istirahat sebelum pertandingan final. Kyungsoo masih berusaha menjaga fokusnya. Ia tak ingin melakukan kesalahan fatal yang menyebabkan kekalahan.

"Cara bermainmu nampak beda hari ini Kyungsoo-ya, ada apa?" Kata Xiumin seraya menyodorkan Kyungsoo segelas air putih.

Kyungsoo mengambil gelas tersebut dan berkata, "Benarkah? Aku hanya mencoba lebih serius."

Tiba-tiba saja Lay, salah satu anggota tim Kyungsoo masuk dengan tergesah-gesah. "Hyung, Sehun sepertinya tidak bisa melanjutkan pertandingan. Sehun terlihat sangat pucat hyung. Bagaimana ini?" kata lay panik.

"Kenapa anak itu? Bukankah tadi dia baik-baik saja? Dimana dia?" Ucap Xiumin dengan nada cemas.

"Kamar mandi di ujung lorong hyung." Mereka bersama berjalan menuju kamar mandi tempat Sehun berada. Ketika masuk kedalam kamar mandi, terlihat Sehun sedang memegang perutnya terduduk lemas seraya di atas closet duduk yang tertutup.

"Kau kenapa Sehunnie?" Ucap Kyungsoo dengan nada lembutnya.

"Perutku sakit hyung." Ucap Sehun lemah.

"Kau makan apa tadi? Kan sudah ku bilang, jangan makan sembarangan sebelum pertandingan berakhir," Ucap Xiumin dengan kesal. "Bantu aku membawanya keruangan kita."

Segera mereka memapah Sehun ke ruangan khusus tim-nya. Di ujung lorong terlihat pria itu sedang berjalan kearah mereka. Kyungsoo sebisa mungkin bersikap biasa saja, berusaha menyembunyikan detak jantungnya seperti ingin keluar dari sarangnya. Langkah demi langkah membuat mereka berpapasan. Pria itu berhenti dan menatap Kyungsoo.

"Anggota tim-mu kenapa Kyungsoo?"

"Dia sakit perut." Jawab Kyungsoo seadanya.

"Kenapa kau bisa disini, Chanyeol?" tanya Xiumin.

"Perusahaanku salah satu promotor event ini hyung."

"Bisakah kita membawa Sehun keruangan kita terlebih dahulu? Setelah itu berbicaralah kalian sampai puas." Ucap Kyungsoo dingin.

"Mari ku bantu." Ia mengambil posisi Kyungsoo dan memapah Sehun menuju ruangan mereka.

Setelah sampai di ruangan mereka, mereka nemempatkan Sehun di kursi sofa. Pria itu berjalan sedikit kearah pintu dan menelepon seseorang. Tak berapa lama datang seorang pria bertubuh kecil. "Ada apa Channie?" Tanya pria yang bertubuh kecil tersebut.

"Kau punya kenalan dokter di sini? Tolong panggilkan dokter. Aku rasa salah satu anggota tim Kyungsoo tidak dapat melanjutkan pertandingan."

"Bukankan mereka tidak membawa anggota cadangan? Bagaimana pertandingan akan berjalan, tentu bukan hal mudah jika empat orang melawan lima orang."

Kyungsoo hanya mendengar pembicaraan mereka tanpa bermaksud sedikitpun menyela. Ini adalah kesalahannya tidak membawa anggota cadangan.

Chanyeol berjalan kearah Xiumin. "Hyung, tim-mu tidak membawa anggota cadangan?"

Xiumin hanya menatap kearah Kyungsoo seakan meminta pertanggungjawaban.

"Kami tidak membawa anggota cadangan." Ucap Kyungsoo pelan. Fokusnya masih kepada Sehun yang tengah terbaring lemah.

"Kenapa?" Kali ini giliran pria yang bertubuh kecil yang bertanya.

"Aku sempat berdebat dengan Kyungsoo mengenai masalah ini. Dia tak ingin memberatkan promotor, dia berkata kalian terlalu memanjakan kami dengan memberi tiket pesawat first class dan kamar untuk masing-masing anggota. Dia merasa telah memberatkan kalian dan juga dia berpikir semuanya akan berjalan dengan lancar. Dan sekarang lihatlah, dia bahkan tak tau apa yang harus dia lakukan." Ucap Xiumin dengan nada kesal.

"Maafkan aku hyung." Ucap Kyungsoo pelan dengan nada menyesal.

"Bisakah aku menggantikannya?" Chanyeol menatap Kyungsoo.

"Kau gila?" Ucap Kyungsoo dengan nada kaget seraya mengalihkan pandangannya menatap Chanyeol.

"Tentu saja tidak. Aku tau, aku tak akan bisa menyamai kemampuan kalian tapi kenapa tidak dicoba, dari pada kalian berempat harus melawan mereka berlima."

"Tapi bagaimana jika tim musuh mengetahuinya Channie? Mereka pasti akan mengajukan protes dan otomatis tim Kyungsoo akan didiskualifikasi." Kali ini pria bertubuh kecil yang berbicara.

"Kau tenang saja Baekhyun, aku sedari tadi tidak banyak menampakkan wajahku di depan publik dan aku akan mengatur beberapa anggotaku untuk mengurusnya." Chanyeol menatap pria yang bertubuh kecil tersebut, pria itu bernama Baekhyun.

"Terserah kau saja. Asal kalau sesuatu terjadi, jangan panggil aku." Kata Baekhyun sedikit kesal.

"Baiklah, serahkan semuanya padaku." Chanyeol kemudian menatap Kyungsoo dan Xiumin. "jadi....bolehkan aku menjadi anggota cadanganmu?"

Xiumin hanya bisa menatap Kyungsoo seakan meminta persetujuan Kyungsoo. "Aku rasa tidak ada salahnya, kau dulu juga pernah mengajari Chanyeol kan?" Kata Xiumin.

"Tapi hyung..." Kyungsoo berpikir sejenak, ini adalah sesuatu yang besar bagi Kyungsoo, pertandingan ini menyangkut nama clan-nya juga nama negaranya dan jangan lupakan hadiah besar yang menanti juara satu 10.000 USD. Tapi jika yang menggantikan Sehun adalah Chanyeol, ia tak yakin, bukan karena tidak yakin Chanyeol dapat bermain baik atau buruk, namun ia tidak yakin otaknya yang nanti tidak akan fokus terhadap game didepannya. "Baiklah, jadilah anggota candangan kami." Ucap Kyungsoo pelan seraya menatap lantai. Apapun yang terjadi, ia berharap ia tak akan menyesali keputusannya.

.

.

.

Malam Berikutnya...

Kyungsoo dan tim-nya sedang duduk dengan meja bulat di hadapannya menunggu Chanyeol. Ia berkata ia ingin mentraktir anggota tim Kyungsoo untuk kemenangannya. Awalnya Kyungsoo menolak dengan tegas, tapi anggota tim-nya terus memohon-mohon padanya yang membuat ia tidak enak hati. Dan sinilah Kyungsoo berakhir berada disalah satu restoran sushi mewah dengan ruangan private.

Dan jangan lupakan bahwa bantuan dari Chanyeol. Kemampuannya memang tidak bisa menyamai Sehun, tapi cukup untuk memback-up dari belakang. Kalian tidak tau saja bahwa dalam game Kyungsoo mati-matian menjaga Chanyeol agar ia tidak mati sia-sia.

Tak berapa lama Chanyeol datang bersama Baekhyun. "Hi.. Sudah lama menunggu? Maaf telah lama menunggu." Ucap Chanyeol sopan.

"Ah maaf kemarin belum sempat memperkenalkan diri. Perkenalkan, saya Baekhyun, teman Chanyeol dan juga salah satu promotor event. Kalian boleh memanggilku hyung atau dengan namaku, dan tidak perlu merasa segan, teman Chanyeol adalah temanku juga." Baekhyun memamerkan senyum dari bibir tipisnya. Mereka pun saling memperkenalkan diri.

Pesanan mereka mulai menghiasi meja yang kosong. Satu per satu pelayan mulai menghidangkan pesanan. Sedari tadi Kyungsoo menjaga pandangannya, ia takut tidak dapat mengontrol matanya untuk tidak melihat Chanyeol.

"Bagaimana kabar istrimu, Chanyeol?" Ucap Xiumin tiba-tiba yang terasa bagai petir di siang bolong untuk Kyungsoo. Membuat seisi ruangan menatap Chanyeol termasuk Baekhyun dengan ekspresi yang tidak bisa di artikan

"Yah begitulah hyung." Ucap Chanyeol singkat.

"Kyungsoo, bagaimana kau bisa bermain sehebat itu? Aku kagum dengan cara bermainmu." Kata Baekhyun mengalihkan topik pembicaraan.

Kyungsoo memamerkan senyum tulusnya tanpa berniat menjawab pertanyaan Baekhyun. Ia sedikit penasaran tentang keluarga kecil Chanyeol, apakah dia bahagia dengan keluarga kecilnya? Apakah dia sudah mempunyai anak? Kyungsoo sangat ingin tau, tapi tidak mungkin ia yang menannyakannya.

"Bagaimana dia tidak hebat hyung, Kyungsoo hyung sudah bermain game sejak 11 tahun yang lalu." Timpal Lay.

"11 tahun? Wah aku takjub." Ucap Baekhyun.

Mereka melanjutkan makan malam dengan obrolan ringan, penuh dengan canda tawa. Tapi tidak bagi Kyungsoo, dia terlihat sedikit menghindar.

.

.

.

Dua Hari Kemudian...

Kyungsoo sedang berada dalam pesawat menunggu keberangkatan menuju Seoul. Ia duduk terpisah dari tim-nya. Merasa bosan Kyungsoo memasang headset di telingganya memutar lagu dalam playlistnya, menutup matanya, bibir tebalnya sibuk menyandungkan nyanyian tanpa suara. Kyungsoo merasakan ada seseorang menempati tempat kosong disebelahnya, tapi itu tidak membuat dia membuka mata. Hidungnya menangkap aroma parfum khas Chanyeol, tapi ia berpikir, Chanyeol bukanlah satu-satunya orang yang akan memakai parfum tersebut.

Saat pramugari berkata akan lepas landas, Kyungsoo membuka matanya dan melepaskan headset-nya. Saat ia ingin memasang sabuk pengaman, ia menangkap bayangan Chanyeol di sudut matanya yang membuatnya reflek mengalihkan pandangan ke sosok disampingnya. Chanyeol pun mengalihkan pandangannya pada Kyungsoo serta membuat gestur hai dengan tangannya, membuat Kyungsoo membelalakan matanya tapi sedetik kemudian Kyungsoo bersikap biasa saja.

Sial, kenapa harus Chanyeol yang duduk disampingnya? Kyungsoo menggerutu dalam hati.

Selama dalam perjalanan, Kyungsoo menutup matanya mencoba tidur, lebih tepatnya berpura-pura tidur, menyembunyikan kegusaran hatinya. Tanpa ia sadari, Chanyeol menatap Kyungsoo yang terlelap, mengamati setiap inci wajah Kyungsoo.

.

Ketika sampai di Bandara Internasional Seoul, Kyungsoo sudah berkumpul bersama tim-nya yang lain. Kemudian Chanyeol datang menghampiri mereka.

"Kalian pulang naik apa?" Tanya Chanyeol.

"Kami akan memanggil taxi." Jawab Xiumin singkat.

"Bagaimana kalau aku yang mengantarkan?" Kata Chanyeol lagi.

"Ah jangan hyung, rumah kami berbeda arah." Tolak Sehun sopan.

"Tidak apa. Aku juga sedang tidak banyak kerja. Bagaimana?" Chanyeol menatap Xiumin.

"Jangan menatapku seperti itu. Semua tergangung keputusan Kyungsoo." Membuat mereka mengalihkan padangannya pada Kyungsoo.

"Apa? Kenapa aku?" Tanya Kyungsoo kaget.

"Kau ketuanya disini, jadi semua keputusan ada di tanganmu." Kata Xiumin.

"Ini hanya masalah pulang kerumah, kalian bisa menentukan pilihan kalian sendiri. Aku akan pulang sendiri naik taxi." Ucap Kyungsoo datar.

"Tapi apartemenmu jauh Kyungsoo, lebih baik aku antar." Ucap Chanyeol sedikit memaksa.

"Ti..." Ucapan Kyungsoo terpotong oleh perkataan Xiumin, "Chanyeol benar Kyungsoo-ya, tidak ada salahnya dia mengantarkan kita."

"Sebentar hyung, aku ambil mobil dulu, kebetulan aku meninggalkan mobil disini." Ucap Chanyeol seraya pergi meninggalkan mereka.

"Kau kenapa hyung? Aku tidak ingin pulang bersamanya." Wajah Kyungsoo berubah kesal.

"Tidak ada salahnya Kyungsoo-ya, dia hanya mengantar kita pulang. Selesai sampai disana." Kata Xiumin membela diri. "Bukankah kau berteman dekat dengannya dulu?"

"Tapi hyung...." Kyungsoo malas berdebat dengan Xiumin, ia memilih mengalah. Xiumin tidak tau dengan pasti hubungan masalalunya dengan Chanyeol. Xiumin hanya tau Kyungsoo dan Chanyeol pernah terlihat sangat dekat.

.

Kyungsoo memilih duduk di belakang, sedangkan Xiumin duduk di depan, sebelah Chanyeol. Kyungsoo merasa cemas, ia tak tau bagaimana cara menghadapi Chanyeol ketika mereka hanya berdua dalam mobil setelah mengantarkan Xiumin karena letak apartemen Kyungsoo paling jauh diantara anggotanya yang lain. Dan sekarang kecemasannya terjadi. Xiumin baru saja turun dan mengucapkan terimakasih. Kini dalam mobil hanya tersisa Kyungsoo dan Chanyeol.

"Kau tak ingin pindah ke depan?" Tanya Chanyeol seraya melihat kebelakang. Tapi Kyungsoo hanya menatap Chanyeol datar. "Aku bukanlah supir pribadimu, pindahlah kesampingku." Kyungsoo membenarkan perkataan Chanyeol, ia bukan supirnya, akhirnya Kyungsoo turun dari mobil dan pindah duduk di sebelah Chanyeol.

"Bagaimana keadaanmu?" Kata Chanyeol memulai pembicaraan.

"Seperti yang terlihat, aku sangat baik dan sangat bahagia."

"Kau tak ingin menanyakan kabarku?" Tanya Chanyeol ragu.

Kyungsoo diam beberapa detik, kemudian berkata, "Aku yakin kau hidup dengan sangat baik dan bahagia dengan keluarga kecilmu." Kata Kyungsoo membuat Chanyeol menatap Kyungsoo, tapi Kyungsoo tidak membalas tatapan Chanyeol.

"Baiklah jika kau berpikir seperti itu." Lirih Chanyeol pelan.

Tidak lama mereka sampai di apartemen Kyungsoo, Chanyeol tidak perlu sibuk menanyakan alamat Kyungsoo, karena ia tau dengan pasti pria imut itu masih tinggal di apartemen lamanya.

"Terimakasih sudah mengantarkanku." Ucap Kyungsoo seraya membuka pintu mobil.

"Kau tidak menyuruhku masuk?" Kata Chanyeol membuat Kyungsoo kaget dan menatapnya dengan mata bulatnya.

Kyungsoo terdiam, "Kau mau masuk?" Kata Kyungsoo dengan nada ragu.

Tiba-tiba HP Chanyeol berdering. "hallo, ada apa Baekhyun?" ....... "Aku sedang mengantarkan Kyungsoo." ........ "Hanya meluruskan sesuatu." ....... "Ya, aku yakin. Sudah dulu ya Baekkie, nanti aku kabari." Chanyeol pun mengakhiri teleponnya, kemudian melihat Kyungsoo yang sudah berada di luar mobil.

Otak Kyungsoo penuh dengan pertanyaan, apa yang dia maksud dengan 'meluruskan sesuatu' apakah tentang mereka? Ataukah hanya otak Kyungsoo yang terlalu berlebihan.

"Aku boleh masuk?" Tanya Chanyeol ragu.

Kyungsoo hanya mengangguk kecil, ia sendiri tidak tau pasti apa yang ada dalam otaknya, semua hanya mengalir begitu saja.

.

"Duduklah, aku akan ganti baju dulu." Ucap Kyungsoo seraya masuk kedalam kamarnya.

Chanyeol melirik kanan kiri, apartemen yang sudah 10 tahun tak ia datangi, tidak banyak yang berubah. Interiornya masih sama persis dengan 10 tahun yang lalu, hanya kursi yang sedang ia duduki yang berubah, beberapa perlengkapan elektronik dan dapur, mungkin sudah tua termakan waktu.

Kyungsoo duduk sedikit lama di ujung kasurnya, ia terlihat bimbang, apakah ia bermimpi bahwa Chanyeol sedang berada diluar menunggunya, bahkan untuk berkhayal seperti itu pun ia tak berani. Akhirnya Kyungsoo menyudahi lamunannya, memilih mengenakan kaos oblong dan celana basket. Dan tidak lupa menyelaraskan otak dan hatinya agar tidak bersikap berlebihan kepada Chanyeol. Kyungsoo pun keluar dari kamarnya.

"Apartemenmu tidak banyak berubah."

"Ah terimakasih. Aku hanya mempertahankan apa yang membuatku nyaman. Kau mau minum apa?" Kata Kyungsoo seraya berjalan ke arah dapur.

"Apa yang ada, tidak perlu repot-repot."

"Air putih?" Tawar Kyungsoo dengan nada becanda. "Aku buatkan teh saja ya."

Kyungsoo membawa nampan yang berisi dua gelas teh, kemudian meletakkannya salah satu gelas di atas meja dekat Chanyeol. "Minumlah. Maaf aku hanya punya teh untukmu."

"Tidak apa Kyungsoo-ya. Aku juga rindu teh buatanmu." Ucap Chanyeol seraya menyeruput tehnya.

Chanyeol merindukannya? Atau hanya merindukan teh buatannya? Kyungsoo bisa gila memikirkannya. Kyungsoo duduk di kursi sebelah kanan Chanyeol, menatap Chanyeol sekilas kemudian mengalihkan pandangan matanya.

Terdengar suara Chanyeol membuang nafas, "Aku ingin bicara sesuatu Kyungsoo-ya."

Jantung Kyungsoo tiba-tiba berdetak cepat. Kyungsoo hanya menatap Chanyeol seakan berkata 'apa?'

"Aku masih mencintaimu Kyungsoo-ya." Chanyeol menatap kedalam mata Kyungsoo.

"Kau gila? Kau pria beristri. Lebih baik kau pulang Chanyeol, kau terlihat lelah." Ucap Kyungsoo kaget seraya bangkit dari tempat duduknya, melewati Chanyeol.

Chanyeol segera menahan tangan Kyungsoo, yang membuat Kyungsoo terdiam dan semakin terkejut. Detik kemudian Chanyeol menarik tangan Kyungsoo dengan keras membuat Kyungsoo terjatuh di pangkuan Chanyeol. Kyungsoo hanya bisa pasrah, sambil menahan nafas, jantungnya saat ini akan benar-benar keluar dari sarangnya.

Lama mereka saling bertatapan, Chanyeol mulai mendekatkan kepalanya kepada kepala Kyungsoo. Mendekatkan bibirnya pada bibir Kyungsoo, menyatukan bibir mereka, melumatnya dengan lembut. Awalnya Kyungsoo tidak membalas, tapi lama-kelamaan ia mulai terlena, ia merindukan rasa manis bibir Chanyeol selama 10 tahun ini, jadi bolehkah ia berlaku egois sekali ini saja. Tanpa sadar air mata Kyungsoo mulai jatuh, ia tau jika yang ia lakukan ini adalah sebuah kesalahan besar. Chanyeol yang menyadari Kyungsoo menangis, menghentikan ciumannya, kemudian membawa Kyungsoo kedalam pelukannya.

"Sstttttt... Jangan menangis Kyungsoo-ya." Ucap Chanyeol lembut seraya mengelus pundak Kyungsoo.

Kyungsoo tidak membalas perkataan Chanyeol, ia masih terisak. Ini sama sekali tidak ada dalam rencana hidup Kyungsoo, menjadi orang ketiga dalam pernikahan seseorang bahkan jika orang itu Chanyeol sekalipun, ia tak ingin melakukannya. Tapi apa yang ia lakukan sekarang, dengan ini sudah membuat dia menjadi orang ketiga.

Kyungsoo bangkit dari pangkuan Chanyeol. Menghapus jejak air matanya, walau air matanya terus mengalir dan menatap Chanyeol. "Pulanglah dan jangan pernah datang lagi." Ucap Kyungsoo dengan suara parau. Kemudian berjalan ke arah pintu apartemennya, mempersilahkan Chanyeol keluar.

Chanyeol segera bangkit dari tempat duduknya, berjalan ke arah kyungsoo dan memeluk Kyungsoo, tapi Kyungsoo memberontak dalam pelukan Chanyeol.

"Lepaskan aku. Kau sudah gila Chanyeol. Lepas!" Kyungsoo masih berusaha memberontak.

"Akan ku lepaskan, tapi dengarkan aku dulu Kyungsoo-ya. Ini semua tak seperti apa yang kau pikirkan." Saat Kyungsoo mulai tenang, Chanyeol mulai melonggarkan pelukannya. Melihat kedalam mata Kyungsoo.

"Aku sudah bercerai setelah menikah 10 bulan dengannya." Chanyeol berhenti sejenak seperti memikirkan sesuatu, "Aku menikahinya karena sebuah perjanjian. Dia adalah salah satu anak teman ayahku, wanita itu sedang hamil dan yang menghamilinya pergi begitu saja, dan ketika itu perusahaan ayahku sedang berada pada krisis. Ayah perempuan itu menawarkan sebuah perjanjian untuk membantu perusahaan ayahku dan membantu karirku, asal aku menikahi anaknya dan mendaftarkan anak dalam kandungan wanita itu sebagai anakku. Tentu awalnya aku menolak, karna aku masih mencintaimu Kyungsoo-ya. Tapi perusahaan ayahku benar-benar butuh bantuan itu." Chanyeol berhenti sejenak. "Kau nemerima undanganku?" Kyungsoo mengangguk kecil.

"Jika saja kau datang ke pernikahan ku hari itu, aku akan membawamu kabur. Membatalkan pernikahan itu." Ucap Chanyeol.

Kyungsoo masih terdiam, ia tak percaya apa yang barusan ia dengan, kemudian ia berkata, "Tapi kau bisa meminta bantuan perusahaanku Chanyeol-ah."

"Kita telah lama berpisah, lalu aku dengan tidak tau malunya datang kembali padamu untuk memintamu menolong perusahaan ayahku? Aku rasa jika kau jadi aku, kau juga tak akan melakukannya."

Kyungsoo membenarkan ucapan Chanyeol. Itu terlalu memalukan untuk dilakukan. Mereka diam untuk waktu yang cukup lama.

Chanyeol merogoh sakunya, kemudian berkata, "Maukah kau menikah denganku?" Ucap Chanyeol seraya mengeluarkan cincin dalam sakunya, mundur beberapa langkah dan berjongkok(?).

Sontak Kyungsoo kaget, "Kau melamarku dalam keadaan seperti ini?" Ucap Kyungsoo tak percaya.

"Aku telah menantikan waktu ini begitu lama." Kyungsoo hanya terdiam, kemudian Chanyeol berkata, "Aku tak ingin kehilanganmu lagi Kyungsoo-ya."

Kyungsoo nampak ragu, terlalu banyak yang terjadi hari ini. Air matanya masih mengalir, otaknya bahkan belum memproses semua kejadian yang terjadi. Jika ini mimpi, ia berharap tidak ada yang membangunkannya. Kyungsoo pun mengangguk pelan.

"Benarkan? Kau menerimaku?" Tanpa menunggu jawaban Kyungsoo, Chanyeol meraih tangan Kyungsoo dan memakaikan cincin di jari manisnya. Chanyeol pun memeluk Kyungsoo, Kyungsoo tentu saja langsung membalas pelukan Chanyeol, ia rindu hangatnya badan Chanyeol, rindu semua milik Chanyeol.

.

.

.

.

.

Sepuluh Tahun Kemudian...

Jam menunjukan pukul 7 malam. Chanyeol sedang berbaring sambil memeluk Kyungsoo di kasur mereka yang empuk. Udara dingin di luar membuat mereka enggan melakukan aktifitas di luar ruangan padahal ini masih terlalu dini untuk tidur.

"Chanyeol-ah." Panggil Kyungsoo.

"Hm?"

"Aku menyembunyikan sesuatu darimu." Ucap Kyungsoo pelan. Chanyeol kaget dan merenggangkan pelukannya dan menatap Kyungsoo meminta penjelasan.

"Sebenarnya 17 tahun lalu ..." Kyungsoo nampak ragu melanjutkan perkataanya, ia diam untuk waktu yang lama.

"Apa? Apa yang kau sembunyikan dari aku? Jangan membuatku penasaran Kyungsoo-ya." Ucap Chanyeol tidak sabar.

"Sebenarnya, aku datang ke pernikahanmu 17 tahun lalu."

"Kau datang? Tapi aku tak melihatmu. Benarkah kau datang?" Chanyeol ragu.

"Ya, aku datang. Aku bahkan melihatmu turun dari mobil pengantinmu."

"Tapi mengapa aku tak melihatmu?"

"Aku tidak masuk, hanya berdiri dipohon tua dekat gereja."

"Kenapa tidak masuk? Seandainya kau masuk, mungkin ini adalah tahun ke 17 kita bersama."

"Kau pikir aku sekuat itu mendengar kau mengucapkan janji suci pada orang lain di depanku?"

"Ah maaf Kyungsoo-ya, aku tak berpikir sejauh itu."

"Aku bisa menangis histeris dan pingsan di sana."

"Benarkah? Sayang sekali hal itu tidak terjadi." Ucap Chanyeol dengan nada mengejek.

"Kau memang terlalu tega padaku."

"Ah maafkan aku sayang." Chanyeol kembali mengeratkan pelukannya seraya mencium sekilas kepala Kyungsoo.

"Maaf untuk 10 tahun yang kita lewati sia-sia. Seandainya aku lebih cepat menemuimu, pasti semua akan berbeda."

"Tidak-tidak. Jangan berkata seperti itu. Aku yang bersalah saat bersamamu. Maafkan aku." Kyungsoo diam sejenak, "Mari jadikan 10 tahun kedepan dengan penuh kebahagiaan, 10 tahun kedepan lagi, 10 tahun kedepan lagi, 10 ta..." Kyungsoo tak melanjutkan perkataanya karena Chanyeol telah membekam bibir Kyungsoo dengan lumatan lembut.

END

Ahhhhh akhirnya selesai jugaaaa..Maaf kalo ceritanya kurang manis, kadar kemanisan dalam otakku sudah habis atau mungkin ketika Tuhan ketika menciptakan ku lupa kasih yang manis-manis jadi yah beginilah saya T,T

Sebenarnya aku pengen sedikit curhat. Fanfic pertama ku kayak nya gaje banget ya, aku masih mikir, kalian ngerti ga sih sama jalan ceritanya? Maaf jika membinggungkan..Dan semoga fanfic kali ini ga segaje fanfic ku yg pertama..semoga tidak terlalu ngedrama..oh ya, maaf aku ga ngejelasin siapa aja tim nya Kyungsoo, karna aku juga ga tau mau bawa anggota exo yang mana aja dalam tim Kyungsoo, jadi anggap aja tim-nya Kyungsoo, Xiumin, Sehun, lay dan satu lagi anggota bayangan karena dalam tournament game di haruskan 5 vs 5..dan aku masih butuh kritik dan sarannya, di tunggu ya..makasihhh...

Continue Reading

You'll Also Like

318K 26.2K 37
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
56K 5K 45
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
306K 23.4K 107
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
233K 34.9K 63
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...