Sheiland (SUDAH TERBIT)

By BayuPermana31

26.9M 1.1M 116K

[TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA] 'Tentang lara yang lebur dalam tawa.' Bagi Shei... More

• TRAILER(+) •
Aland Alano Navvare
Sheila Andrina
• Sheiland #1 •
• Sheiland #2 •
• Sheiland #3 •
• Sheiland #4 •
• Sheiland #5 •
• Sheiland #6 •
• Sheiland #7 •
• Sheiland #8 •
• Sheiland #9 •
• Sheiland #10 •
• Sheiland #17 •
• Sheiland #18 •
• Sheiland #19 •
• Sheiland #20 •
• Let's Ask Sheila's Troublemaker Cast! •
• Answer •
• Sheiland #26 •
• Sheiland #27 •
• Sheiland #28 •
• Sheiland #29 •
• Sheiland #30 •
• Sheiland #41 •
• Sheiland #42 •
• About Them : Sheila Andrina •
• Sheiland #43 •
• Sheiland #44 •
• Sheiland #45 •
• Sheiland #46 •
• Sheiland #47 •
• Sheiland #48 •
• Sheiland #49 •
• CAST SHEILAND •
• AUTHOR'S NOTE & QUESTION •
• Aland-Arkan #01 •
• Aland-Arkan #02 •
• VOTE COVER SHEILAND! •
• PERTANYAAN PENTING •
• INTIP VERSI NOVEL SHEILAND •
• GIVEAWAY NOVEL SHEILAND •
• INFO PRE ORDER •
• PENGUMUMAN UNPUBLISH •
PRE ORDER DIBUKA!
BENUA & ASIA

• Sheiland #16 •

372K 29.5K 1.4K
By BayuPermana31

"Shei, ada pacar kamu di bawah tuh." Ibu Sheila mengetuk pintu, baru kemudian masuk ketika tidak ada respon dari anaknya itu.

Sheila masih tidur dengan posisi menyamping, rambutnya yang acak-acakan tampak menutupi wajah dan terlihat menyeramkan. Seperti kuntilanak yang baru minum obat batuk gara-gara terlalu sering tertawa menakuti orang-orang. Kualat.

Vira mengguncang bahu anaknya itu beberapa kali, tetapi tidak ada respon apapun. Sheila tetap pulas dalam tidurnya, mungkin sedang bermimpi mendapatkan penghargaan kecantikan. Tidak-tidak, Vira menggeleng. Kalau mimpi menjadi penyebab Sheila belum bangun juga, maka mimpi itu pasti berupa Sheila yang mendapat kupon makan gratis selama lima tahun penuh.

"Shei, Sheila. Ada pacar kamu yang ganteng itu di bawah, yang nganterin kamu pulang kemarin. Shei, bangun."

Baru pada percobaan ketiga Sheila membuka matanya yang tampak merah, ia batuk ketika mendapati wajah ibunya sangat dekat bahkan berhadap-hadapan dengan wajahnya sendiri.

"Anak perawan itu pamali bangun siang! Bangun, pacar kamu udah di bawah, katanya mau jalan dan udah janjian. Ayo cepet siap-siap."

Sheila duduk, mengucek mata dengan linglung dan menguap lebar. Tubuhnya sedikit menggigil dan kepalanya terasa pening, rasanya juga lemas ketika bergerak turun dari tempat tidur.

"Kalian emang mau ke mana, Shei?"

Sheila yang sedang menguap pun menoleh dengan mulut yang masih terbuka lebar. "Nggak tau, kayaknya jalan-jalan aja."

"Ya udah. Mama ke bawah dulu, sekalian mau ngasih air minum ke pacar kamu."

Sheila mengangguk-angguk, baru kemudian mendesah ketika pintu kamar ditutup.

***

"Shei."

"Hmm."

"Kamu kok keliatan kayak lemes gitu? Sakit ya?" tanya Aland ketika mereka berdua masuk ke dalam mobil.

Aland memerhatikan Sheila dengan pandangan cemas. Keningnya berlipat-lipat, merupakan kebiasaan cowok itu jika dalam benaknya sedang mempertanyakan sesuatu.

Sheila mengerjapkan mata berkali-kali, memiringkan kepala dengan gaya menggemaskan lalu menggeleng pelan. "Enggak."

Aland melajukan mobilnya menjauhi halaman rumah Sheila, berdeham dan masih menatap pacarnya itu dengan sorot tidak yakin. "Beneran? Kalo sakit ngomong aja ke aku, Shei. Kita bisa batalin jalan kita hari ini."

Sheila langsung menggeleng. "Ih enggak, aku sehat-sehat aja kok."

"Beneran?"

"Iya."

"Tapi kalo ngerasa sakit nanti ngomong aja ke aku ya?"

Sheila mengangguk, mengacungkan jempol dan tersenyum lebar.

Aland terkekeh, mengelus puncak kepala Sheila dari samping lalu kembali fokus menyetir.

Sheila mencoba mencari posisi bersandar yang paling nyaman, karena duduk tegak malah membuat kepala berdenyut-denyut. Setelah dirasanya menemukan posisi ternyaman itu, Sheila menoleh dan memerhatikan Aland yang tampak, ups koreksi, selalu terlihat tampan. Hari ini Aland memakai kaus putih polos yang dibalut jaket hitam, lalu celana berwarna hitam serupa. Tak lupa 'jambul' yang ditata sedemikian rupa hingga mengekspos dahi Aland yang mulus.

Sedangkan Sheila memakai sweater rajut berwarna putih bercorak gambar beruang cokelat, lalu celana panjang yang juga berwarna senada dengan sweater yang ia pakai.

"Kamu mau ke mana dulu? Taman atau mall?"

"Emang ke mall mau ngapain?"

"Ya siapa tahu kamu pengen beli sesuatu, aku beliin."

"Oh iya ada."

"Apa​?"

"Ikat rambut."

Aland menoleh sebentar dengan salah satu alis terangkat naik. Ikat rambut? Benda sesederhana itu?

"Cuma ikat rambut doang, Shei?"

"Cat kuku yang bling-bling, mumpung aku lagi PMS."

"Apa hubungannya sama PMS?"

"Kalo lagi nggak PMS, nggak boleh make, nanti nggak sah pas beribadah."

Aland tertawa. "Ada lagi?"

"Udah."

"Kok udah?"

"Emangnya harus banyak ya?"

"Kirain kamu mau minta beliin barang-barang kayak parfum mahal, kosmetik atau apa gitu. Mungkin tas atau apa aja."

Sheila menggeleng. "Nggak ah, aku nggak mau jadi cewek matre."

"Tapi aku nggak keberatan loh diporotin kamu."

"Aland, mending uangnya kamu simpen buat biaya hidup kita nanti, oke?"

Aland kembali tertawa. "Iya, sayang."

Beberapa saat kemudian mobil Aland sampai di parkiran sebuah mall ternama, untung saja masih ada tempat kosong sehingga Aland tidak perlu pusing mencari.

Sheila menunduk malu-malu ketika Aland langsung menggenggam tangannya begitu masuk ke dalam ​bangunan berlantai empat itu. Tetapi Aland menoleh ketika menyadari sesuatu, tangan Sheila terasa lebih hangat bahkan cenderung panas dari sebelumnya.

"Shei."

"Hmm."

"Kamu beneran nggak papa?"

Aland menghentikan langkah, menempelkan punggung tangan kanannya ke dahi Sheila. Ia cukup terkejut ketika mendapati bahwa suhu tubuh Sheila bisa dibilang cukup panas.

"Beneran," balas Sheila.

"Tapi badan kamu panas, Shei."

"Aku nggak papa kok, serius."

"Nggak bohong kan?"

"Nggak."

Aland mengembuskan napas perlahan. "Oke."

Tempat pertama yang mereka datangi adalah toko aksesoris perempuan, Aland yang tidak mengerti sedikitpun hanya melihat-lihat dengan pandangan tidak tertarik. Sedangkan Sheila langsung menghampiri rak yang menyediakan berbagai jenis hingga ukuran ikat rambut.

Sheila mengambil satu dengan asal, berwarna biru putih tanpa aksen apapun, Aland sempat menawarinya membeli selusin yang serupa tetapi cewek itu langsung menolak. Terlalu berlebihan.

Beralih ke cat kuku, Sheila mengambil yang berwarna bening tetapi ada sesuatu yang ia dan kedua sahabatnya sebut dengan 'bling-bling'. Tetapi tanpa sepengetahuannya, Aland juga membeli yang berwarna merah muda serta merah menyala.

Aland tetap memaksa ketika Sheila langsung mengajaknya pergi ke taman padahal mereka baru keluar dari toko aksesoris itu, ia berusaha membujuk Sheila untuk mau ditraktirnya membeli sesuatu. Tetapi cewek itu menolak, keukeuh.

Aland pun menyerah, kembali menggenggam tangan Sheila menuju sebuah taman yang untungnya berada dekat dengan bangunan mall. Letaknya ada di seberang jalan sehingga Aland tidak perlu repot-repot memikirkan tempat parkir.

Panas terik matahari mulai terasa menyengat, Sheila bahkan memicingkan mata karena merasa silau. Melihat itu, Aland berdecak pelan. "Tuh kan, dibilangin tadi beli kacamata malah nolak."

Sheila mendelik. "Gimana aku nggak nolak kalo kamu nawarin kacamata minus."

Aland nyengir. "Kan bisa minta kacamata biasa."

"Nggak ah, takut ngerepotin."

"Aland Alano Navvare bersedia direpotin jodoh dunia akhiratnya yaitu Sheila Andrina."

"Pret." Sheila mendengus, tetapi sedetik kemudian ia tertawa.

"Panas-panas gini kayaknya enak minum yang dingin-dingin. Mau jus nggak Shei?" tawar Aland sembari menunjuk seorang penjual berbagai jenis minuman, mulai dari air mineral hingga minuman bersoda.

"Boleh."

Mereka berdua pun menghampiri si penjual tersebut, yang ternyata seorang laki-laki berusia sekitar dua puluh lima tahunan.

"Jus jeruknya dua."

"Siap, Bang."

Sheila duduk dengan kepala yang bersandar di bahu Aland, kepalanya mulai merasa pusing lagi.

Aland mengusap lembut puncak kepala Sheila, tetapi wajahnya langsung mengeras ketika mendapati si penjual minuman sedang memperhatikan pacarnya itu. "Biasa aja woi ngeliatin pacar guenya."

Sontak gertakan Aland membuatnya kikuk, buru-buru menyelesaikan pekerjaan dan menyerahkan dua cup minuman, yang langsung disambut Aland masih dengan wajah yang terlihat galak.

"Shei, minum nih."

Sheila duduk tegak kembali, menerima minuman itu dan meminumnya sedikit. Tetapi ia langsung terbatuk-batuk dan memegangi kepalanya yang pusing.

"Shei? Kamu kenapa?"

Aland mendelik kembali ke arah penjual minuman. "Lo ngeracunin minuman pacar gue ya?!"

"Eng-nggak, bang! Saya jualan jujur!"

Aland meletakkan minuman yang baru dibeli beserta selembar uang sepuluh ribu begitu saja, ia segera menggendong Sheila yang sudah tampak pucat menuju mobil.

Sial, Aland merutuki dirinya sendiri yang tidak memaksa Sheila saja untuk beristirahat.

***

Guys, doain MPBB semoga cepet open PO ya.

Btw saya enggak bisa update yang lain cepet-cepet, masih ngerasa pusing dan lemes. Jadi​ ditunggu aja update-an berikutnya.

Ok, see you.

Continue Reading

You'll Also Like

27.4M 2.4M 70
Heaven Higher Favian. Namanya berartikan surga, tampangnya juga sangat surgawi. Tapi sial, kelakuannya tak mencerminkan sebagai penghuni surga. Cowo...
10.2M 773K 56
Alika Syakilla, gadis polos dan ceroboh yang terpaksa tinggal di rumah keluarga Devin karena sebuah perjodohan. Devin Arya Mahesa, sepupu jauh sekali...
8.6M 800K 64
📌SUDAH TERBIT DI GLORIOUS PUBLISHER📌 TERSEDIA DI SHOPEE [FOLLOW AKUN WP KU SEBELUM MEMBACA] AWAS BAPER! JANGAN LUPA VOTE AND COMMENT SETIAP ...
15M 210K 8
Sudah terbit