Stuck In Lust [On Going]

By AidaLong

71.6K 5K 586

STUCK SERIES 2 Agni Abimanyu Baskhara, Laki-laki yang sangat menghormati perempuan, kerena cintanya yang begi... More

[0] Payment (author)
[1] Pasal 11 (author)
[2] Menghilang (author)
[3] Taste of you (Juwita)
[4] Missing You (author)
[5] I didn't know that I was starving 'til I tasted you (Author)
[6] Lie to you (Juwita)
[7] it's just about lust (agni)
[8] Confession (author)
[9] Fun Game (Author)
[11] Changed (author)
[12] Die (Author)
[13] Touch (author)
[14] Move (author)

[10] Crazy Over You (Author)

4K 262 53
By AidaLong

"Keberadaan Nona Juwita sudah kami temukan, Sir." Ucapam Hans mengundang senyum merekah laki-laki itu.

Sam memeluk asistennya itu, kali ini ia tidak mempermasalahkan baju nyentik yang digunakan Hans. Tidak peduli hijau neon dan hot pink sangat tidak cocok dengan cuaca panas Jakarta. Akhirnya waktu yang ia tunggu-tunggu datang juga.

Akhirnya ia bisa menemukan keberadaan gadisnya, calon istrinya setelah bertahun-tahun gadis itu meningkalkannya hanya karena sebuah kesalah pahaman tak berdasar.

"Dimana dia Hans?"

"Dia berada di Jakarta, Sir." Sam menepuk kepalanya kemudian mengerang. Ia merasa telah dipermainkan oleh asistennya ini.

"Saya belum selesai bicara, Sir." Hans menyeringai geli melihat tatapan membunuh yang dikeluarkan bos-nya.

"Kau mempermainkanku, Hans?" Sam mengertakan giginya menahan amarah.

"No, Sir." Hans menggeleng sebelum Sam benar-bemar menembakan isi pistol yang sedang laki-laki itu todongkan padanya.

"Nona Juwita berada di kelapa gading,"

"Dan kau kira kelapa gading se sempit kamar mandimu, Hans?"

"Tepatnya dirumah Agni Abimanyu Baskhara. Jaksa muda dengan karir cerah."

"Laki-laki?" bisik Sam tidak percaya.

"Yes, Sir." Hans mengangguk menjawab pertanyaan Sam, "Laki-laki berusia 32 tahun. 3 tahun lebih tua dari Nona Juwita dan satu tahun dibawah Anda, Sir." tambahnya tanpa menyadari rahang Sam sudah mengetat tanda laki-laki itu diselumuti amarah tak terbendung.

"Aku akan membunuh laki-laki itu." Sam berdiri dengan amarah memuncak sampai ke ubun-ubun kepalanya. Langkah tegas dan cepat mengantarkan Sam keluar ruangannya.

"Apa yang kau lakukan, Hans?" Sam mendelik kesal saat tangannya dicengkram oleh Hans. Laki-laki itu menghalangi kepergian Sam.

"Anda belum boleh mendatangi Nona Juwita, Sir."

"Tapi, kenapa?"

"Tuan besar memerintahkan anda untuk menjemput Nona Joana."

"Memangnya wanita itu ada dimana?"

"Di ruang introgasi. Besok pukul 06.00 pagi Nona akan dijatuhi hukuman mati. Tuan besar bilang, kita masih membutuhkan dia."

"Kita? Enak saja! Hanya Ayah yang membutuhkan bajingan itu. Aku sih tidak." Sam menggerutu tidak suka. Selalu saja Joana menjadi alasan ia tidak bisa dipertemukan dengan Juwita.

"Walaupun begitu, tuan sudah memerintahkan anda untuk menjempun, Nona Joana, Sir."

"Kapan?"

"Nanti malam rencananya akan dilakukan penyerangan ke beberapa kantor polisi sebagai peringatan bahwa kita bukan kelompok lemah seperti kelompok Egorger."

"Ayah angkat Juwita dan Joana?"

"Yes, sir."

"Yang katanya dijatuhi hukuman mati di Indonesia?" Sam kembali bertanya tidak yakin. Ia mengingat masa lalu dimana, Joana dan Juwita di perebutkan oleh dua kelompok. Sebenarnya hanya Joana yang diinginkan oleh kelompok-kelompok itu. Juwita hanya bonus.

Ia juga tidak mengerti kapan tepatnya Joana bergabung dengan kelompok ayahnya. Yang ia tahu pasti, Joana merupakan tambang emas yang menghasilkan banyak uang dengan praktik ilegal Ayahnya.

Sam sangat mengingat kemurkaan Ayahnya saat mengetahui Joana bukan lagi bagian dari kelompoknya, karena gadis itu sudah bergabung dengan kelompok Egorger. Salah satu saingan terberat Ayahnya. Ayahnya bahkan sempat memaksanya putus dengan Juwita dan berrunangan dengan Joana yang tentunya ia tolak mentah-mentah.

Joana dan Juwita memang saudara kembar. Wajah mereka tidak ada bedanya sedikitpun. Terlebih kedua gadis itu memiliki sifat tertutup dan tidak mudah bergaul membuat mereka berdua terkesan sombong dan misterius.

Hanya saja, setiap berdekatan dengan Joana, Sam merasa sesak. Ia merasa ketakutan yang tidak jelas penyebabnya. Bahkan ia merasa sangat takut sampai-sampai hatinya terus saja berdebar lebih cepat saat berdua dengan gadis itu. Sungguh berbeda ketika ia bersama Juwita. Gadis itu membuatnya merasa nyaman, merasakan ketentraman yang tidak bisa ia dapatkan selama hidupnya.

"Yes, Sir."

Jawaban itu cukum membuat Sam mendesahkan napas lelah. Misinya kali ini bukanlah misi menyelamatkan Joana tapi menculik gadis itu dan membawanya kembali ke kelompoknya.

Jelas saja ia berkeringat dingin. Joana adalah salah satu pembunuh bayaran yang amat terkenal di dunianya. Terlebih gadis itu tidak memiliki empati sedikitpun. Tua-muda, laki-perempuan, bahkan bayi sekalipun bisa ia bunun tanpa rasa kasihan sedikitpun. Namun, bukan hanya itu kelebihan yang ia miliki.

Menurut Sam, Joana merupakan titisan tuhan. Gadis itu bisa membunuh dengan kecepatan cahaya, tapi juga bisa menghidupkan orang mati sekalipun. Ini benar, Sam tidak melebih-lebihkan.

Diusianya yang ke 14 tahun, Joana sudah menjadi seorang spesialis bedah thorax kardiovaskuler. Ayahnyalah bukti nyata kemampuan briliant gadis itu dibidang medis. Ayahnya memiliki kelainan jantung yang diperkirakan tidak mampu bertahan lama. Hanya 6 bulan. Namun, semenjak ditangani gadis itu sudah 14 tahun berlalu dan ayahnya masih hidup sampai saat ini. Tidak satupun pasiennya yang meninggal di meja operasi. Kecuali...kecuali orang-orang yang ia curi jantungnya.

"Jadi aku harus menculik iblis itu?" Sam masih berusaha menolak perintah ayahnya.

"Yes, Sir. Gadis itu harus berada di depan ayah anda besok pagi." Hans mengangguk menatap, "Dalam keadaan hidup dan tidak kurang satupun. Bila perlu...anda harus mengorbankan nyawa anda untuk menyelamatkan Nona Joana."

"Ck...siapa sebenarnya anak kandung laki-laki brengsek itu. Selalu saja Joana menjadi prioritas utama...baiklah persiapkan nanti malam. Kita hancurkan kepolisian Indonesia."

-----

"Ughh...fuck...hhh!" Agni menahan desahan yang memaksa keluar dari bibirnya. Berusaha mengalihkan perhatiannya dari payudara Jiwita yang bergoncang naik turun seirama dengan gerakan pinggul gadis itu. Memompa kejantanan Agni agar keluar masuk dari miliknya. Memberi kenikmatan baik untuk Agni maupun dirinya sendiri.

Shit! Shit! Sialan! Mengapa Juwita sangat mahir? batin Agni berkecamuk. Menahan agar ia tidak keluar terlebih dahulu. Ia tidak ingin kalah dari wanita satu itu.

Agni menahan pinggul Juwita agar gadis itu berhenti bergerak. Mengeram kesal saat melihat seringai menyebalkan yang dipamerkan oleh gadis itu.

"Kenapa tuan perjaka? Apakah kau akan segera keluar? Ini baru beberapa menit." ejek Juwita.

"Diam!" bentak Agni sambil membalik posisinya. Kini ia yang berada diatas menggantikan Juwita.

"Kau terlalu percaya diri dengan pengalamanmu yang tidak seberapa. Akan kutunjukan yang lebih hebat lagi." janji Agni sebelum melumat bibir Juwita. Saat gadis itu terlena, Agni menggigitnya keras. Membuat Juwita menjerit kesakitan.

"Suaramu woman! Kau tidak ingin semua orang tahu apa yang kita lakukan bukan?"

Juwita mengerang saat lagi-lagi Agni menggigit lehernya, bahunya, bahkan payudaranya keras. Beberapa diantara gigitannya membuat Juwita berdarah. Juwita menutup mulutnya dengan kedua tangan. Menahan diri agar tidak menjerit...nikmat.

Nikmat?

Iya... Juwita tahu ia memiliki kelainan seksual. Dimana ia akan lebih merasa bergairah saat pasangannya memperlakukan ia dengan kasar. Semakin kasar pasangannya semakin ia merasakan kenikmatan yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata.

"Kau semakin rapat, woman!" Agni ikut mengerang dan mempercrpat gerakannya. Sementara Juwita menggerakan pinggulnya mencari kepuasannya sendiri. Juwita dan Agni...sama-sama lupa bahwa mereka sedang bertaruh.

"Ughh....shit!" maki Agni saat merasakan milik Juwita semakin rapat mencengkram miliknya. Menandakan gadis itu akan keluar sebentar lagi.

"Bersamaan Juwita!" perintah Agni yang hanya dijawab anggukan oleh Juwita. Agni meraih tengkuk gadis itu melumat penuh nafsu sementara ia semakin mempercepat gerakannya.

"Panggil namaku Juwita," perintah Agni saat merasakan milik gadis itu mulai berkedut bersamaan dengan miliknya

"Agni....hhh!" Juwita mengikuti perintah Agni saat mereka sampai pada puncaknya.

Juwita jatuh tertidur sementara, Agni mengatur napasnya. Ia tidak ingin menjadi laki-laki brengsek dengan meninggalkan gadis itu tidur di lantai. Agni memunguti satu persatu pakaian Juwita kemudian memakaikannya pada gadis itu. Setelah selesai ia memakai bajunya sendiri.

Ia mencoba membangunkan Juwita dengan beberapa kali lumatan pada bibir dan leher gadis itu tapi Juwita tidak kunjung sadar.

Agni mendesah lelah sebelum memindahkan Juwita keatas sofa didekat meja kerjanya.

"S~am..." Agni mengepalkan kedua tangannya merasakan amarah yang tidak jelas asal usulnya. Ia tidak mencintai Juwita, menyukainya saja tidak pernah terbayangkan oleh Agni. Tapi, ia merasa kesal saat selalu saja nama laki-laki itu yang Juwita panggil dalam tidurnya. Tidak peduli baru saja Agni memberikan kepuasan pada gadis itu.

TBC

Continue Reading

You'll Also Like

232K 36.5K 24
DRUNK DIAL verb past tense: drunk dialed; past participle: drunk dialed: make a phone call to (someone) while drunk, typically one that is embarrassi...
3.4M 83.5K 40
Keinginan Diana untuk merebut tunangan sahabat nya, harus berakhir kegagalan. Karena bukan nya berhasil menjebak tunangan dari sahabat nya, Diana ma...
1.5M 66.9K 41
"Jalang sepertimu tidak pantas menjadi istriku, apalagi sampai melahirkan keturunanku!" Bella hanya menganggap angin lalu ucapan suaminya, ia sudah...
127K 14.2K 48
I can smile because we're together, i can cry because it's you. So what can't i do? - smile flower