Himnaeseyo [BTS Fanfiction]

By dhedingdong95

131K 12.6K 3.9K

aku benci..... benci ketika kejadian itu terjadi, semuanya berubah..... kehidupanku..... masa depanku..... se... More

#1: Alasan Untuk Bertahan
#2: Keras Kepala
#3: Kecewa
#4: Curahan Hati
#5: Hal Tak Terduga
#6: Bimbang
#7: Mengubah Takdir?
#8: Sebuah Pilihan
#9: Awal Dari Perjuangan
#10: Selangkah Lebih Maju
#11: Keraguan
[FF SELINGAN - DELSOON]
#12: Kilas Balik
#13: Sebuah Permulaan
#14: Jatuh Bangun
#15: Belum Berakhir (1)
#16: Belum Berakhir (2)
#17: Belum Berakhir (3)
#18: Perasaan Sebenarnya
#20: Teman Lama
#PENGUMUMAN
#21: Pergumulan
#22: Rahasia
#23: Hadiah
#24: Penggemar
#25: Semangat Tanpa Henti
#26: Fanmeeting (1)
G.A.L.A.U
#27: Fanmeeting (2)
#28: Fanmeeting (3)
[SPOILER #29]
#29: Petuah
#30: Buah Dari Penantian
#31: Pengakuan
#32: Perdebatan Kecil
#33: Terbongkar (1)
#34: Terbongkar (2)
#35: Keputusan

#19: Ketakutan (Sendiri)

2.8K 328 116
By dhedingdong95

.
.
.
.
.
"hyung"

"hm?"

"bisakah aku meminta sesuatu"

"ya, taehyungie? katakan saja"

"bisakah kita menginap satu hari lagi di seoul? um........ apakah itu memberatkanmu?"

"boleh aku tahu alasannya?"

"aku ingin pergi ke kantor big hit entertainment"
.

.
.
.
.
.
.
.
January 7th, 2017
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Inside The Car
.
.
.
.
.
.
"apa yang ada di pikiranmu, hn? kenapa tiba-tiba ingin pergi ke kantor big hit?" seokjin membalas perkataan taehyung sembari fokus menyetir.

hening. tak ada jawaban yang terdengar. hanya deru mesinlah yang menghiasi suasana canggung di dalam mobil tersebut.

taehyung belum berniat mengungkapkan alasannya. paling tidak sampai detik ini. ia hanya memandangi kompleks pertokoan yang dilewatinya melalui kaca jendela mobil. um faktanya pemuda itu lebih tertarik dengan warna warni lampu yang menghiasi trotoar kota seoul, daripada menjawab perkataan hyungnya.

lalu bagaimana dengan jimin? ia juga memilih untuk duduk diam, di kursi mobil bagian depan. ia fokuskan pandangannya ke jalanan depan tanpa mengindahkan pembicaraan dua orang lain di sekitarnya. juga karena sesungguhnya, pemuda bermarga park itu belum resmi berbaikan dengan sang sahabat........ hingga sekarang.

eh? bukannya park jimin berniat untuk berbaikan dengan taehyung setelah berakhirnya Music Core? ya. benar. tapi lagi lagi ia harus menunda niat baiknya tersebut, dikarenakan situasi yang tak mendukung. hn entahlah.... sesaat setelah acara musik berakhir banyak hal terjadi, dan semuanya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.
.
.
.
"taehyungie? bagaimana hyung bisa membantumu, jika kau terus merahasiakannya?" seokjin semakin mendesak. ingat. ia tak mau ceroboh dan mengulangi kesalahan yang sama. ia harus tahu langkah apa yang akan diambil sang adik sampai ke akar-akarnya. dengan begitu seokjin bisa memutuskan apakah ia harus mengabulkan permintaan taehyung, atau justru menolaknya.

taehyung masih diam pada posisinya. kepalanya masih ia tolehkan ke arah jendela mobil. bahkan pemuda kim itu tak segan untuk menekan sebuah tombol kecil di dekat pintu, hingga membuat kaca jendela tersebut turun secara perlahan. mengakibatkan wajah pucatnya diterpa angin musim dingin tanpa henti. taehyung pun tak peduli jika wajahnya membeku. toh suhu saat ini tak separah puncak musim dingin bulan lalu. tak disangka, ia malah seenaknya menutup kedua matanya dan menikmati hembusan angin yang terus menerpa wajahnya. hm...... apa yang membuat ia kehilangan akal sehatnya secara tiba-tiba?

"hey! apa yang kau lakukan eoh? ya tuhan....... kau bisa sakit, taehyungie!" seokjin berujar panik, saat tak sengaja ia melihat perilaku sang adik melalui kaca spion di atasnya. dengan buru-buru dokter muda itu menekan salah satu tombol di samping kirinya, bertujuan untuk menaikkan kaca jendela di dekat taehyung. memang, di sekitar kursi kemudi banyak terdapat tombol dimana sang pengemudi bisa mengontrol keseluruhan mobilnya. tak terkecuali tombol untuk mengatur kaca jendela di semua sisi mobil.

"hyung...... aku hanya ingin menghirup udara segar" taehyung berujar lirih dengan nada datar, khas seorang yang sedang frustasi. hm, dari caranya menjawab perkataan seokjin... dokter muda itu sendiri dapat menyimpulkan bahwa ini bukanlah taehyung yang biasanya. pasti ada sesuatu yang sedang disembunyikannya.

"udara segar apanya? angin musim dingin, kau bilang udara segar hn?"

"itu.............."

"jja. katakan apa yang ada di otakmu saat ini. berbagilah padaku mengenai rencana apa saja yang sedang kau susun. jadi aku bisa memutuskan ke arah mana mobil ini akan pergi" seokjin sengaja memotong jawaban taehyung yang menggantung.

"aku ingin menemui jungkook.............. di sana"
.
.
.
.
.
.
.
CKIIIIIIIIT
.
.
.
.
.
.
mobil hyundai hitam itu berhenti tiba-tiba, membuat penumpang di dalamnya refleks mencari pegangan untuk mempertahankan posisi duduk mereka. tak perlu cemas, ini semua karena seokjin sengaja menginjak rem secara mendadak. hhh untung saja posisi mobil berada di tepi jalan, sehingga tak sempat membuat kekacauan diantara pengendara lain.

"..........kau serius?" seokjin menolehkan kepalanya ke belakang, demi memastikan apakah kim taehyung bersungguh-sungguh atau itu hanya candaan semata. tak ketinggalan pula kernyitan di dahi sang dokter tampan, yang semakin memberi kesan bahwa ia tak yakin dengan kalimat adiknya.

jimin yang sedari tadi terdiam juga ikut menolehkan kepalanya sembari memasang wajah tak percaya. ia lebarkan kedua matanya dan tanpa sadar pula bibirnya sudah sedikit menganga. meski ia belum memiliki niat untuk mencampuri pembicaraan kedua saudara kandung itu, tapi jimin cukup dibuat shock dengan rencana utama taehyung. oh astaga... tak sadarkah kim taehyung, dengan apa yang telah ia terima berkat kenekatannya itu eoh? jimin semakin tak mengerti dengan cara berpikir pemuda yang ia sebut sebagai sahabat itu.

"hn, sangat serius" taehyung membalas tatapan seokjin dengan tersenyum santai. tak ada yang tahu gejolak hati pemuda kim itu dibalik senyum tanpa bebannya.

"kau belum menyerah?" seokjin bertanya hati-hati, demi menjaga emosi sang adik yang sewaktu-waktu bisa berubah.

"demi jungkookie, aku akan berjuang" nyatanya....... jawaban singkat taehyung ini berhasil menarik sudut bibir seokjin hingga membentuk senyuman tipis. jangan salah, dibalik senyuman tersebut terselip rasa bangga yang memenuhi hati seokjin.

.

ya. apapun yang terjadi kau tak boleh menyerah, taehyungie. kita harus berjuang demi membangun kembali hubungan keluarga ini.

hyung bangga. sangat bangga padamu. berulang kali kau 'terjatuh' karena jungkook, tapi kau terus mengumpulkan semangat untuk bangkit. adik kesayangan hyung telah mendapat banyak ujian hari ini, tapi tak tahunya kau masih memiliki niat untuk menemui jungkook di kesempatan lain.

jujur, jika hyung berada di posisimu.... hyung tak yakin apakah bisa menjadi sekuat kau. dihina, dicibir, direndahkan.... dan sekarang, dipersulit untuk menemui adik kandungnya. hhhh taehyungie, mari berjuang bersama demi meraih tujuan utama kita. ingatlah, bahwa kau tak sendiri taehyungie...............

.

"bagaimana jika kau diperlakukan secara tak adil seperti tadi?" akhirnya. setelah lama membungkam suaranya, park jimin melontarkan sebuah pertanyaan kilat. entahlah, mungkin satu pertanyaan itu yang mengganggu pikirannya sekarang. lucunya, dalam sekejap ia melupakan hubungan pertemanannya bersama taehyung yang mendingin. asal kalian tahu, seluruh kata-kata itu terucap begitu saja dari mulut jimin.

"aku tak peduli" taehyung menyambarnya dengan cepat.

"bagaimana jika orang lain memperlakukanmu lebih kasar daripada tadi?" taehyung sedikit tersentak. seketika ia memegang plester yang tertempel di pipinya. plester yang dipasang, demi menutupi luka goresan akibat perlakuan kasar seseorang yang tak ia kenal. lihatlah, bahkan orang lain saja berani menyakitinya. perlu diperjelas kembali! bahwa perlakuan itu bukan menyerang psikis saja, tapi mereka berani melukai fisik taehyung. demi tuhan, serendah itukah ia?

ah benar! taehyung lupa bahwa dunia luar semakin kejam. tak ada yang tahu perlakuan macam apa yang akan didapat seorang pemuda cacat, seperti dirinya. banyak yang bersimpati padanya, tapi lebih banyak pihak yang terganggu akan keberadaannya. mungkin di mata orang banyak, kim taehyung hanyalah sebuah parasit yang menyusahkan. jadi...... suatu hal yang wajar, jika orang lain memperlakukannya secara semena-mena. hn baiklah, taehyung berusaha memahami kenyataan ini.

nyatanya taehyung sedikit berpikir. tak seperti sebelumnya, kini ia memerlukan waktu untuk menjawab pertanyaan lanjutan jimin.

".............aku juga tak peduli" saat membuka mulutnya kembali, taehyung merasa ragu. namun ketika ia berhasil menjawab pertanyaan tersebut, tiba-tiba rasa ragu itu berubah menjadi kelegaan di hatinya. entahlah, ia sendiri juga tak mengerti mengapa perubahan emosi itu bisa terjadi dengan sangat cepat.

jimin tak menimpali. ia kembali diam dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. kali ini, ia mendukung rencana taehyung. dimulai dengan ketidakpedulian, taehyung akan menjadi kuat. tak selamanya bersikap acuh merupakan hal yang negatif. itu semua tergantung dari mana kita memandangnya. dan seorang kim taehyung........ memang membutuhkan sikap tersebut untuk melawan kejamnya dunia luar.

"baiklah, kali ini hyung sependapat denganmu" mendengar kalimat tersebut, senyum taehyung semakin melebar. begitu pula dengan jimin. walau ia masih irit berbicara, tapi pemuda park itu tak dapat menyembunyikan mood baik dalam dirinya.

"terima kasih, seokjinie hyung"

.

masih ada banyak jalan menuju ke roma. mungkin satu kalimat itulah yang menjadi pedoman kim taehyung saat ini. ia percaya, bahwa ada banyak cara untuk bertemu dengan jungkook. dengan niat dan tekadnya, dengan bantuan orang-orang di sekelilingnya....... taehyung yakin impiannya dapat terkabul. impian untuk bertemu dengan seorang adik kandung, hahaha lucu sekali bukan?

semua tahu bahwa mood taehyung mudah sekali berubah. melihat situasi seperti ini, dimana taehyung memiliki semangat tinggi untuk mencapai tujuan hidupnya..... baik seokjin ataupun jimin haruslah cerdas dalam menyikapinya. mereka harus terus mendorong taehyung, agar pemuda kim itu selalu mendapatkan kepercayaan dirinya kembali. lebih spesifiknya... agar ia bisa melakukan apapun tanpa dihalangi oleh keterbatasannya, yang seringkali berhasil membuat ia rendah diri.
.
.
.
setelah melakukan pembicaraan dan pergumulan singkat, akhirnya baik seokjin, taehyung, dan juga jimin sukses menentukan langkah lanjutan yang akan mereka ambil. ya. mereka memutuskan untuk tinggal satu hari lebih lama di pusat kota seoul, sesuai keinginan taehyung.

"kau tahu penginapan dekat sini, jimin-ah?" seokjin bertanya sembari berulangkali mengecek GPS yang terpasang di dashboard mobilnya.

"tidak hyung. sekalinya ke seoul, aku sangat jarang menginap di sekitar sini" jimin tersenyum salah tingkah.

"bagaimana denganmu taehyung-ah? kau tahu?" seokjin bertanya kembali.

"tidak hyung. aku tak pernah menjelajahi seoul sebelumnya"

".......hhhh baiklah" seokjin menghela nafas. ia putar balikkan arah mobilnya, dan sukses membuat jimin juga taehyung kebingungan.

"jadi.... kita mau kemana hyung?" taehyung memberanikan diri untuk bertanya. bagaimanapun, ia tahu diri. harusnya pemuda kim itu diam saja, dan menuruti pilihan seokjin. toh taehyung juga tak bisa memberikan rekomendasi. tapi sejujurnya.... taehyung dibuat penasaran, kenapa tiba-tiba arah mobil yang dikemudikan seokjin berbalik setelah mereka menghabiskan waktu hampir satu jam di perjalanan.

"kita akan menginap di hotel yang biasa aku tempati, bila ke seoul bersama rekan-rekan kerjaku" seokjin berujar santai. lantas tangan kanannya sibuk menekan beberapa tombol pada layar di depannya, hingga terdengarlah sebuah lagu pop yang mengalun merdu. mungkin, hal ini seokjin lakukan demi mencairkan suasana yang terkesan masih sedikit canggung.

tak terdengar lagi sahutan dari jimin maupun taehyung. mereka hanya merespon dengan anggukan kecil, lantas menikmati alunan lagu tersebut sebagai hiburan di tengah perjalanan mereka.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Conrad Hotel, Seoul
.
.
.
"h... hyung? kau bilang kita ke penginapan, tapi.... tapi kenapa......... ini?"

mungkin karena lelah, dan terlalu menikmati lagu.... tanpa sadar taehyung tertidur di perjalanan. um mungkin hanya sekitar...... 20 menit?

akan tetapi, ia berhasil tergagap saat terbangun dan mendapati mobil yang ditumpanginya masuk ke dalam lorong mewah. ehhhh? adakah lorong semewah ini? bukankah lorong biasanya memiliki image gelap dan seram? tapi....... hey! lihatlah lampu-lampu yang menggantung dan tembok yang berdiri megah itu! sungguh. taehyung tak habis pikir dimana sebenarnya ia sekarang. hingga tak berselang lama...... mobil itu melewati sebuah dinding di sisi kiri dengan tulisan 'CONRAD SEOUL'.

taehyung mencermati setiap huruf yang tertera di sana, hingga berulang kali ia mengeja lantas membaca tulisan yang sama. conrad? kenapa nama itu terasa tak asing di telinga taehyung? tunggu! tunggu! conrad? con...... rad? hotel conrad yang terkenal itu? haahh benarkah?

taehyung semakin terbelalak. bahkan ia sampai kesulitan menelan salivanya karena tak percaya. benarkah ini hotel conrad? demi apapun itu, taehyung tak pernah berani bermimpi untuk menginjakkan kaki di tempat ini. mengingat harga per malamnya setara dengan harga sewa flatnya selama satu bulan. yang ia tahu, itu untuk ukuran kamar dengan harga yang paling murah. lalu bagaimana dengan yang lainnya? eoh? tapi..........? oh astaga! kim taehyung masih kehilangan kata-katanya.

"bukankah tadi sudah kukatakan? kita akan pergi ke tempat biasa aku menginap bersama rekan-rekan kerjaku, taehyungie" seokjin terkekeh pelan di balik kemudinya.

"tapi ini........"

"jja. sebaiknya kita segera turun" tanpa diperintah seokjin memotong perkataan taehyung yang terkesan menggantung. ia tak mau berlama-lama di sini, karena tubuhnya terus memberontak memintanya segera beristirahat. jika digambarkan... rasanya tubuh dokter muda itu benar-benar lelah, melebihi rasa lelah ketika ia harus bekerja lembur di rumah sakit. terang saja, siapa yang bisa membayangkan bagaimana lelahnya kim seokjin ketika ia harus bangun di pagi-pagi buta, menyetir selama lebih dari tiga jam, menggendong taehyung sambil berlari karena panik, menunggu antrean bersama penggemar JK yang lain selama berjam-jam, berdiri di dalam studio selama satu jam, hhh tak tahu lagi bagaimana penggambaran yang tepat mengenai hal ini.

tak berselang lama, pada akhirnya mereka bertiga telah sampai di basement hotel. tempat dimana seluruh kendaraan pengunjung terparkir di sini. dengan sigap dan tanpa banyak berbicara, jimin turun dari mobil terlebih dulu lalu membawa beberapa ransel miliknya dan juga milik kim bersaudara.

taehyung? ia masih setia pada posisinya. duduk di kursi mobil bagian belakang sembari menunggu bantuan dari dua orang lainnya. kalau sudah begini, hidupnya memang harus bergantung pada orang lain. mau tidak mau, juga suka atau tidak suka.

"kau mau hyung gendong atau duduk di kursi roda, hng?" seokjin mulai menggoda sang adik.

"hyuung!" taehyung merajuk. ia alihkan pandangannya ke arah lain, karena kesal atas perlakuan hyungnya.

"hahaha aku hanya bercanda taehyungie. aaah.. rupanya adik hyung sudah dewasa" seraya melepas seatbelt yang masih terpasang di tubuh taehyung, seokjin sempatkan pula untuk mengacak rambut adiknya pelan.

"kau saja yang sering memanjakanku" jawab taehyung ketus, lantas dibalas tawa kecil dari seokjin.
.
.
.
.
.
.
.
.
Conrad Hotel - Lobby
.
.
.
tanpa berbasa-basi lagi, seokjin, taehyung, dan juga jimin langsung menuju lobby hotel guna memesan kamar untuk bermalam di seoul.

semakin masuk ke dalam hotel, taehyung semakin terkesima dengan pemandangan yang jauh melebihi ekspektasinya. ia bahkan tak bisa menyembunyikan wajah kagumnya. satu hal yang berhasil mencuri perhatian taehyung. tangga besar yang dibangun secara melingkar hingga lantai paling atas, dan menjadi ikon dari hotel ini. hebat sekali. woah ini benar-benar gila.

.

dulu..... aku bahkan tak berani bermimpi untuk tidur di hotel berbintang. tapi sekarang... dengan mudahnya aku bermalam di sini, tentu saja tanpa mengkhawatirkan berapa harganya.

ya benar. aku harus sadar, bahwa kehidupan ini tidaklah sama seperti setahun yang lalu atau beberapa tahun sebelumnya.

berubah...... ya. semuanya berubah dalam sekejap. kini aku menjadi seorang adik dari dokter muda ternama. apapun yang kuinginkan, semuanya dapat terpenuhi. hidupku bergelimang kemewahan setelah aku bersama adikku berjuang di tengah ketidakmampuan. sungguh, ini semua terasa tidak nyata. seharusnya aku senang dengan apa yang kudapat sekarang, tapi...... tetap saja aku tak bisa menikmatinya. hhh alangkah menyenangkannya jika jungkookie ikut bergabung di sini.............

.

"taehyungie, tunggulah di sini bersama jimin. hyung akan mengurus pemesanan kamarnya" tiba-tiba seokjin membuyarkan lamunan taehyung.

"eh? ya hyung" taehyung mengangguk tanda mengiyakan.

lagi-lagi canggung. baik jimin maupun taehyung masih enggan mengeluarkan kalimatnya. mereka berdua masih tenggelam dalam keegoisannya masing-masing. taehyung memilih untuk mendongakkan kepalanya mengarah ke langit-langit, memandangi berbagai lampu hias yang menggantung di sana. sedangkan jimin memilih berdiri di samping taehyung, namun dengan pandangan mata yang terfokus pada layar ponselnya. mereka dekat, tapi terasa jauh. posisi mereka bersebelahan, tapi seolah tak saling mengenal. separah inikah?

jujur. taehyung sangat berharap agar jimin mau menyapanya kembali. bukannya gengsi, akan tetapi kim taehyung takut jika jimin akan mengabaikannya. ia terlalu sering mengecewakannya. taehyung sadar..... karena sifatnya yang sungguh keterlaluan, jimin sampai mendiamkannya seperti ini. selama menjalin pertemanan, mereka tak pernah berselisih hingga serumit ini. sungguh........ taehyung menyesal. andai jimin tak mendiamkannya, andai jimin tak marah padanya, mungkin taehyung bisa berkeluh kesah meminta saran pada sang sahabat tentang semua rencananya. karena situasi semacam ini, benar-benar membuat taehyung tak nyaman untuk melakukan apapun.

dari kejadian ini, setidaknya membuat taehyung tersadar....... bahwa jimin sangatlah berharga. perlu digaris bawahi, kalimat ini bukan sekedar hanya di mulutnya saja. berulang kali taehyung menyebut bahwa jimin sahabat terbaiknya, tapi pada akhirnya ia mengecewakannya. benar. taehyung akui bahwa itu tak hanya sekali atau dua kali terjadi. dulu taehyung berpikir, jika jimin tak akan pernah marah padanya. jimin pasti memaafkan segala tindakan kekanak-kanakannya. apalagi taehyung cacat..... membuat jimin pasti memaklumi segala sifat keras kepalanya. karena kim taehyung membutuhkan perhatian lebih dibanding orang normal pada umumnya. jujur, seperti inilah pemikiran taehyung sebenarnya. egois sekali, kan? perlu kalian tahu, keadaanlah yang membuatnya menjadi seperti ini. tolong, jangan terlalu menyalahkannya.

jadi kesimpulannya, pemikiran taehyung salah total. jimin....... sama sepertinya. jimin juga bisa marah. marah dalam artian sebenarnya. park jimin juga ingin dimengerti. jadi bukan hanya taehyung saja yang bisa menuntut untuk meminta perhatian dari orang lain. dan kim taehyung..... selalu lupa akan hal itu.

"hey! ada apa dengan kalian? kenapa saling diam begitu, eoh? oiya! aku juga sudah mendapatkan kuncinya. kita menginap di satu kamar, tak masalah kan?" seokjin memamerkan sebuah kartu yang akan menjadi kunci kamar mereka nantinya.

taehyung tersenyum dengan sedikit paksaan, lalu mengangguk pelan. begitu pula dengan jimin yang melakukan tindakan serupa.

"hyung, berikan kuncinya padaku. biar aku yang membuka pintunya" seokjin menuruti perkataan jimin. ia berikan kartu tersebut tanpa banyak berkomentar.

setelah mendapat kartu tersebut, jimin langsung berjalan meninggalkan taehyung serta seokjin yang masih mematung. melihat perilaku jimin, ada rasa sakit yang terasa di dada taehyung.

pemuda kim itu tak dapat berbuat banyak selain menatap punggung jimin yang semakin menjauh. sorot mata kim taehyung semakin sendu seakan kehilangan harapannya.

"kau belum berbaikan dengannya?" tanya seokjin pelan. tanpa bertanya pun, dokter muda itu tahu mengenai sumber permasalahan yang berhasil mengubah sorot mata taehyung secara tiba-tiba.

taehyung hanya menunduk lantas menggeleng lemah.

"minta maaflah padanya. itu akan membuat beban di hatimu sedikit berkurang" seokjin mengelus bagian belakang rambut taehyung. setidaknya itu berhasil memberi ketenangan pada taehyung.

"aku takut........."

"apa yang kau takutkan hn?"

"aku takut...... jika nantinya aku akan mengecewakan jimin lagi. lalu ia tak mau menjadi temanku" taehyung menjawabnya dengan jujur.

mendengar jawaban polos dari adiknya, seokjin tersenyum kecil. "tidak akan sejauh itu. ia hanya menginginkanmu untuk bersikap dewasa, taehyungie"

taehyung masih terdiam, mencerna segala pendapat seokjin hyungnya.

"malam ini.... kau harus menyelesaikan masalahmu dengannya. asal kau tahu, jimin hanya perlu sikap dewasamu. hyung yakin, kau bisa mengubah sifat egois dan kekanak-kanakanmu itu"

"hn. aku akan mencobanya. terima kasih hyung" taehyung memberanikan diri untuk menegakkan kepalanya, lantas berusaha tersenyum kembali.
.
.
.
.
.
.
.
Hotel Room
.
.
"hh.. hyung.. k.. kau tidak salah memesan kamar bukan?"

begitu masuk ke dalam ruangan, taehyung semakin terkejut dengan apa yang dipesan oleh seokjin.

kedua mata taehyung lagi-lagi terbelalak lebar. tak henti-hentinya ia mengedarkan pandangan dari sudut ruangan satu ke sudut yang lainnya.

"tidak. ini memang ruangan yang kupesan. kau menyukainya?"

sekuat tenaga taehyung menelan salivanya kembali.

"h..hyu.. hyung... tidakkah ini terlalu berlebihan? ya tuhan. kita hanya menumpang menginap satu malam, bukan berlibur di sini" taehyung berbagi pemikirannya mengenai hotel pilihan sang kakak.

"tidak. tidak sama sekali, taehyungie"

"tapi... kau bisa menyewa sebuah flat sederhana daripada menghamburkan uang untuk menyewa ruangan sebesar dan semewah ini" baiklah, katakan jika taehyung belum beradaptasi dengan lingkungan barunya sekarang. ia masih berpikiran bahwa dirinya adalah orang miskin yang harus hidup serba kekurangan. untuk mengeluarkan sepeser uangpun, ia harus memikirkannya secara matang-matang. jadi... wajar bukan jika ia sangat menyayangkan tindakan hyungnya ini?

"dengar kim taehyung. aku bekerja keras hanya untuk adik-adikku. kau berhak menikmati fasilitas yang kuberi. tak usah berpikiran macam-macam. selama aku mampu, aku akan mencukupi seluruh kebutuhanmu"

.

semua akan terasa sempurna, apabila jungkookie bisa berada di tengah-tengah kami..............

.

"tapi tetap saja--" kalimat taehyung terpotong saat ia melihat wajah seokjin yang menunjukkan senyum serta menatapnya penuh dengan keyakinan.

"baiklah. aku mengerti. terima kasih untuk semuanya hyung" taehyung mencoba untuk memahami segala perubahan alur di hidupnya. mau tidak mau ia juga akan beradaptasi dengan segala kemewahan yang diberikan seokjin hyungnya. bagaimanapun juga, sebenarnya ia tak begitu peduli. ini hanyalah bonus. yang paling penting, jungkook harus bisa kembali berkumpul bersama mereka. yaa seperti itulah bayangan indah yang menghiasi otak taehyung.

seokjin tersenyum kembali sambil mengangguk. lantas ia angkat tubuh kurus taehyung dan mendudukkannya ke sebuah kasur putih berukuran king size yang telah tersedia di sana.

"beristirahatlah. tak apa kan jika kau berbagi kasur dengan jimin?"

"hn. sama sekali tak masalah" taehyung menjawab dengan senyum tipis menghiasi wajahnya.

"........lalu bagaimana denganmu hyung?" jimin yang sedari tadi berdiri membelakangi jendela, ikut menyumbangkan pertanyaannya.

"tak perlu mencemaskanku jimin-ah. aku bisa tidur di sofa. lagipula ukuran sofanya sangat besar" seokjin menjawab dengan tampang meyakinkan.

"tapi--"

"sudah.. sudah.. pergunakan waktu istirahatmu untuk tidur. kita akan makan malam pukul setengah delapan. masih ada waktu sekitar dua jam untuk kalian melepaskan lelah. panggil aku jika kalian membutuhkan sesuatu"

baik jimin maupun taehyung hanya mengangguk kecil tanda mengerti.

namun sesaat kemudian, keheningan kembali terjadi. karena itulah, taehyung menjadi salah tingkah. ia memilih untuk membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, sesekali melirik apa yang sedang dilakukan oleh jimin. sebenarnya ia sangat ingin memulai pembicaraannya, tapi tak tahu kenapa.... lidahnya terasa begitu kelu. hingga pada akhirnya, jimin memutuskan untuk ikut berbaring............ memunggunginya. apa begini rasanya kehilangan teman satu-satunya? sungguh, rasanya seperti kehilangan jungkook untuk kedua kalinya. sama-sama menyakitkan. bedanya, jimin berada di depannya..... tapi jiwanya terasa sangat jauh dari sini. mungkin kalian menganggap apa yang dirasakan taehyung sungguhlah berlebihan, tapi memang begitulah kenyataannya. sakit, tapi ia sendiri tak tahu bagaimana cara menyembuhkannya.

"........chim?"

sunyi. tak ada jawaban yang terdengar. hanya sayup-sayup suara televisilah yang meramaikan kamar super besar itu.

"........jimin?" taehyung semakin memberanikan diri untuk mengajak jimin berbicara. ia rela melawan rasa ketakutannya sendiri, demi berbaikan dengan sang sahabat.

jimin diam. apa ia sudah tidur? ah! tidak mungkin juga ia tidur secepat ini.

"......jimin-ah? kau sudah tidur?" taehyung bertanya lirih. baiklah, jika kali ini jimin kembali tak merespon.... ia menyerah untuk hari ini.

".......hn" terdengar sebuah gumaman pelan, yang dapat dipastikan berasal dari jimin. pemuda park itu belum mengubah posisinya. ia masih bertahan dengan memunggungi taehyung.

park jimin belum tertidur. kedua matanya juga belum sepenuhnya tertutup.

mungkin lebih tepatnya ia sedang memandangi jendela kamar yang tirainya sengaja tak ia tutup. entah apa motivasinya, tapi kedua mata jimin terus menerus melihat ke arah luar tanpa berkedip. memang, pemandangan luar sangatlah indah. karena hotel ini terletak tak jauh dari sungai hangang. dari dalam kamar pun terlihat jelas gemerlap lampu yang memantul di atas air yang tenang. jika memandang lebih jauh lagi, terlihat namsan tower yang berdiri megah di atas perbukitan. indah. indah sekali.

um... tapi sebetulnya bukan itu alasan utama jimin. bisa dikatakan bahwa tindakan itu hanyalah pengalihan dari lamunannya yang telah jauh meninggalkan raganya.

taehyung menghela nafas berat untuk kesekian kalinya.

".......maafkan aku chim" taehyung berujar lirih hingga terdengar seperti bisikan.

jimin masih tak berreaksi. ia sengaja diam, karena ingin tahu sejauh mana taehyung berjuang untuk memperbaiki sifat dan sikapnya.

"kau...... membuatku sadar, bahwa aku tak bisa hidup seorang diri" taehyung terus berujar sambil menggigiti bibirnya karena ragu.

"sangat aneh rasanya, kau mendiamkanku seharian ini........ secara tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang kurang di hidupku. dan ternyata aku sadar, bahwa kau sama pentingnya dengan jungkook" taehyung terus mencurahkan isi hati sejujur-jujurnya. entah respon apa yang akan ia dapat, kini taehyung tak peduli lagi. ia hanya ingin jimin tahu, bahwa pemuda park itu benar-benar berperan penting dalam kehidupan seorang kim taehyung.

"setelah kejadian ini, ada satu ketakutan yang terus menghantuiku. aku sangat takut........ jika kau tak mau berteman denganku lagi. selama ini aku selalu memberikanmu beban.... dan lebih parahnya aku sama sekali tak tahu masalah-masalah pribadimu yang lain. aku jadi semakin berpikir, bahwa aku bukanlah teman yang baik untukmu. selama kita berteman dan selama aku menjadi cacat, jujur.... aku tak pernah tahu kesulitanmu. karena yang kupedulikan....... selalu kepentinganku sendiri" rasa-rasanya taehyung sangat sulit untuk menghirup oksigen di sekelilingnya. beban-beban di dadanya terasa semakin menghimpit hingga ia tak tahu cara bernafas dengan baik. matanya juga mulai memanas menahan air mata, heyyy ada apa ini?

"tapi satu hal yang perlu kau tahu, chim.... kau adalah satu-satunya teman yang kumiliki. kau sudah kuanggap sebagai bagian dari keluargaku. kau bisa menjadi teman, sahabat, atau bahkan hyungku sendiri. kau tahu segala kelebihan dan kekuranganku. semarah apapun kau padaku, kau pasti membelaku saat aku direndahkan orang lain seperti tadi. padahal kau bisa saja bersikap tak peduli atau berpura-pura tak mengenaliku" taehyung menutup kedua matanya, dan semakin menggigit bibirnya hingga sedikit meninggalkan bekas luka.

"dari situlah aku tersadar, chim...... bahwa tak mudah mendapatkan sahabat sebaik kau" dengan niat dan keberanian yang sangat tinggi, pada akhirnya taehyung mengungkapkan kalimat utama yang sebelumnya terus ia pendam.

"maaf. maaf. maaf. maafkan aku. aku tak bisa membayangkan, bagaimana hidupku kelak jika kau tak mau menjadi temanku. sungguh, aku masih membutuhkan nasehatmu. aku juga membutuhkan omelan-omelanmu yang membuatku menjadi manusia lebih baik. kumohon park jimin, teruslah berteman denganku" setelah ditahan sekian lama, isakan tangis itu akhirnya mulai terdengar.

mendengar isakan tersebut, jimin langsung mengubah posisinya. kali ini pandangannya ia alihkan pada langit-langit kamar. jimin sengaja tak memandang wajah taehyung. karena ia paling tidak tega melihat sahabatnya bersedih, lebih-lebih jika itu karena dirinya. hal itu akan membuatnya semakin bersalah.

"satu fakta yang tak bisa dibantah. kau sahabat terbaikku, taehyungie. aku hanya ingin kau merubah sifat keras kepala dan egoismu. itu.... bisa sangat menyakiti perasaan orang lain. biasakan untuk mendengar pendapat orang lain, terlebih jika itu demi kebaikan dirimu sendiri" jimin juga ikut mengungkapkan kalimat yang ia pendam seharian ini, dengan posisi masih memandangi langit-langit kamar.

"........kau memaafkanku?"

"ya. asal kau berjanji tak mengulangi kesalahan ini lagi" jimin mengedarkan jari kelingking kanannya, yang langsung disambar pula oleh kelingking milik taehyung. kedua kelingking tersebut saling mengait, menandakan bahwa hubungan mereka saat ini sudah membaik.

taehyung tersenyum seraya mengangguk. kini senyuman itu tampak tak lagi dipaksakan. senyuman itu berubah menjadi senyum tanpa beban. karena nyatanya satu masalah telah berhasil diselesaikan. beban berat itu setidaknya telah berkurang berkat keberanian taehyung melawan rasa takutnya sendiri. karena terkadang.... pikiran kita sendirilah yang menjadi penghalang terbesar untuk maju melawan rasa takut dari setiap permasalahan. intinya..... jika kau berhasil mengalahkan ketakutan yang diciptakan oleh pikiranmu sendiri, maka kau pasti akan menang melawan permasalahan lain yang jauh lebih besar dan rumit. taehyung....... sangat percaya akan hal itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
gaje banget ihhhh keseeel!
makin ruwet? makin bingung? cuma 4k++ words hihi maafin ya. semoga part lanjutannya cepet, karena bikinnya ngebut. suweeer ingin ku-end in tapi masih sulit menemukan benang merah untuk penghubung ke chap terakhir, karena kumerasa ini makin gajelas hahahaha

chapter kemarin aku sayang banget sama karakternya jungkook. tapi di chapter ini aku jadi sayang sama jimin. wahhh siapa sih biasku sebenarnya?ㅠㅠ

sudahlah, kuhanya menunggu respon kalian dehhh, dan kalau bisa.... sangat dipersilahkan untuk berbagi pikiran mengenai karakter2 di FF ini. aku akan sangat senang dan terbukaaa! byeee, see you next!! and...... thankyouuu!!!

Continue Reading

You'll Also Like

310K 23.7K 108
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
58.9K 5.3K 46
Sebuah cerita Alternate Universe dari tokoh jebolan idol yang banyak di shipper-kan.. Salma-Rony Bercerita mengenai sebuah kasus masa lalu yang diker...
168K 14.3K 25
Ernest Lancer adalah seorang pemuda kuliah yang bertransmigrasi ke tubuh seorang remaja laki-laki bernama Sylvester Dimitri yang diabaikan oleh kelua...
72.7K 7.1K 20
Romance story🤍 Ada moment ada cerita GxG