Sixth Sense

By Yue_aoi

208K 16.8K 1.3K

(Highest Rank #429 in Fanfiction) Haruno Sakura adalah seorang siswi transfer dari sekolah khusus wanita yang... More

Chapter 1
Chapter 2
Chapter 3
Chapter 4
Chapter 5
Chapter 6
Chapter 7
Chapter 8
Chapter 9
Chapter 10
Chapter 11
Chapter 12
Chapter 13
Chapter 14
Chapter 15
Chapter 16
Chapter 17
Chapter 18
Chapter 19
Chapter 21
Chapter 22
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
Chapter 26
Chapter 27
Epilog
Bonus Chapter : Christmas Eve

Chapter 20

5.3K 493 44
By Yue_aoi

Sasuke memeluk lututnya sendiri dengan keringat dingin yang membanjiri tubuhnya serta nafas yang terputus-putus. Tubuhnya gemetar dan ia bahkan tak mendengar dengan jelas suara Itachi yang sejak tadi memanggilnya dengan khawatir.

Ia mengenggam kalung miliknya yang kini telah kembali terpasang di lehernya dan meremasnya pelan. Mendadak ia mendapat penglihatan yang begitu jelas tanpa ia inginkan dan penglihatan itu membuatnya merasa ngeri.

Dalam penglihatannya, Sasuke melihat Sakura yang merasa ketakutan ketika berjalan sendirian di jalanan sepi saat melihat mahluk halus yang ditemui dijalan dan seolah mengikutinya. Salah satu roh berusaha mengejar Sakura dan berusaha menyentuh bahunya, entah untuk apa dan Sakura berusaha menghndarinya. Untuk itu, Sakura berusaha menghindar. Namun ia tak menyadari mobil yang melaju kencang dan gadis itu tertabrak di trotoar dengan tubuh bersimbah darah. Dan pengemudi mobil itu melarikan diri.

Sasuke memejamkan mata, namun ia malah kembali terbayang dengan apa yang dlihatnya. Ia masih memiliki trauma dengan kecelakaan, dan hanya dengan mendengar kata 'celaka' pun ia akan menolak untuk mendengarnya. Dan ia semakin ketakutan dengan 'penglihatan' yang terlihat begitu mirip dengan kecelakaan yang menyebabkan kematian Itachi beberapa tahun yang lalu.

"Sasuke! Kau kenapa?!" ucap Itachi dengan nada setengah berteriak.

"Itachi-nii," ucap Sasuke dengan suara pelan dan nafas yang memburu, "Tolong... jaga Sakura untukku. Pastikan dia baik-baik saja, setidaknya hingga dia sudah terbiasa dengan kemampuannya."

Mata Itachi terbelalak seketika. Ia tak mengerti dengan Sasuke yang tiba-tiba berbicara seperti itu. Padahal sebelumnya ia sendiri yang menyuruh Sasuke untuk menjaga gadis itu dan Sasuke bersedia melakukannya meskipun awalnya lelaki itu agak keberatan.

"Apa maksudmu, Sasuke? Aku sudah memintamu untuk menjaga Sakura, kan?"

Sasuke menggeleng, "Kalau aku bisa melakukannya, aku akan melakukannya sendiri. Kumohon, tolong aku sekali ini saja."

Itachi terperanjat hingga ia memelototi sang adik, memastikan jika orang dihadapannya benar-benar Sasuke, bukan orang lain yang menyamar. Ia tak pernah melihat Sasuke merendahkan diri pada siapapun hingga memohon-mohon dengan wajah memelas dan menangkupkan kedua tangan di depan dada seperti yang dilakukannya saat ini. Sasuke bahkan terlihat sangat serius dan menatapnya lekat-lekat. Jika Sasuke sudah memohon sampai seperti ini, maka Itachi tak bisa menolaknya.

"Memangnya kalian berdua kenapa, sih?" Itachi mengernyitkan dahinya. Ia tak paham dengan Sasuke yang mendadak pulang ke rumah dengan wajah muram tanpa bicara satu katapun. Sasuke bahkan berkata ingin sendirian ketika ia menghampirinya. Sementara ketika ia mengunjungi Sakura, gadis itu juga sangat pendiam, matanya bahkan bengkak dan merah seolah habis menangis dalam waktu lama. Sakura seolah mengelak saat ia ingin menanyakan soal Sasuke.

"Itu bukan urusanmu," jawab Sasuke dengan tajam. "Kalaupun kau tahu apa yang terjadi, jangan salahkan Sakura. Jangan coba-coba berpikir untuk mencelakainya."

"Aku malah semakin penasaran," ujar Itachi sambil mengacak rambut Sasuke. Ia masih bisa melakukannya ketika hanya sekadar menyentuh rambut meski ia sendiri tak bisa merasakan sensasi sentuhan pada rambut Sasuke, "Aku tak pernah berpikir untuk mencelakainya."

"Kau bersedia menolongku, kan?"

Itachi menganggukan kepala. Ia tak memiliki pilhan selain menerima permintaan Sasuke. Ia tak tega menolak ketika Sasuke sudah sampai memohon-mohon seperti ini.

"Ya sudah. Namun kau harus mengatakan padaku mengenai apa yang terjadi padamu tadi. Kau membuatku ketakutan ketika kau tiba-tiba terdiam lama lalu wajahmu pucat dan berkeringat dingin hingga tubuhmu bergetar."

Sasuke menarik nafas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sendiri. Tubuhnya masih sedikit gemetar tanpa bisa ia kendalikan ketika mengingat-ingat penglihatannya.

"Aku melihat Sakura-" gumam Sasuke dengan mata yang menatap dengan tegang dan jantung yang berdebar keras. "Dia meninggal ketika berusaha menghindari mahluk halus yang mengejarnya, karena tertabrak mobil."

Tubuh Sasuke kembali gemetar dan keringat dingin kembali mengalir setelah ia selesai mengatakannya.

Itachi kembali menepuk rambut Sasuke. Ia merasa tersiksa melihat Sasuke yang terlihat menderita tanpa bisa melakukan apapun. Seandainya saja ia bisa menyentuh tubuh Sasuke, ia akan mendekap Sasuke dan menepuk-nepuk bahu lelaki itu. Atau bahkan, ia akan membiarkan Sasuke memeluknya hingga tertidur sekalipun.

"Kau 'melihatnya' lagi?"

Sasuke menganggukan kepala, "Dulu aku hanya 'melihat' sebagian. Namun kini aku 'melihat' seluruhnya. Penglihatan itu sama persis dengan 'penglihatan' yang pernah kau ceritakan padaku dulu."

"Jangan memikirkannya lagi, Sasuke. Sekalipun penglihatan itu adalah 'takdir', kita bisa mengubahnya."

Sasuke menganggukan kepala. Apapun yang terjadi, ia akan berusaha agar kejadian dalam penglihatannya tak menjadi kenyataan. Ia tak peduli meski harus mengorbankan dirinya sekalipun.


.

.


Sakura berjalan dengan kepala tertunduk. Tatapannya tertuju pada bagian bawah, memastikan jika yang sedang berjalan dihadapannya adalah manusia sungguhan atau bukan.

Rasanya Sakura benar-benar lelah setiap kali berpergian dan harus melakukan hal ini. Sejak ia tak memakai kalung milik Sasuke, mahluk halus baik berupa roh ataupun yang lainnya bisa berada lebih dekat dengannya. Bahkan ada yang sampai bisa berdiri tepat disamping atau dibelakangnya meski tak bisa menyentuh karena suhu tubuh Sakura yang lebih panas dari mahluk itu.

Sakura membutuhkan kalung milik Sasuke. Namun ia tak bisa meminjam kembali dari lelaki itu. Ia sudah memutuskan untuk berhenti berkontak dengan lelaki itu, maka ia harus berusaha terbiasa dengan kemampuannya. Ia benci dengan kepura-puraan yang dilakukan lelaki itu.

"Sakura-chan."

Sakura menoleh kebelakang dan mendapati Itachi yang sudah berada di belakangnya. Ia tak tahu sejak kapan lelaki itu berada di belakangnya, namun ia merasa lebih aman karena kini tak ada mahluk halus lain yang bersebelahan dengannya.

"Tak usah menjawabku. Tetap saja berjalan seperti biasa."

Sakura menahan diri untuk bertanya dan memuaskan rasa penasarannya. Tumben sekali Itachi menemuinya di sore hari, bahkan mengikutinya berjalan pulang menuju rumah.

Sakura mempercepat langkah menuju rumahnya. Ia bahkan setengah berlari dan Itachi masih mengikutinya.

Ketika sampai di depan rumah, Sakura segera membuka pintu pagar dan cepat-cepat menutupnya. Kedua orangtuanya masih belum pulang ke rumah sehingga saat ini Sakura sendirian di rumah.

Sakura segera berjalan menuju pintu rumah dan melepaskan alas kaki serta menutup pintu. Ia menyalakan lampu dan melirik Itachi yang masih mengikutinya.

"Ada apa? Mengapa kau mengikutiku? Seharusnya kau menemani Sasuke saja."

Sakura merasa sakit hati ketika ia menyebutkan nama lelaki itu. Rasanya ia masih tak bisa melupakan kejadian beberapa hari yang lalu dan ia masih merasa marah.

"Tidak. Dia memintaku untuk melindungimu," jawab Itachi dengan sengaja untuk memancing reaksi Sakura.

Sakura tertawa, merasa lucu dengan ucapan lelaki dihadapannya.

"Mengapa mencoba membohongiku, sih? Aku sudah tahu kalau sejak awal kau memintanya untuk menjagaku dan selama ini dia hanya menjalani keinginanmu, bahkan dia mengatakannya sendiri. Mengapa mencoba mengatakan sebaliknya?"

"Aku tidak membohongimu, Sakura-chan."

Sakura menatap Itachi lekat-lekat, "Hey, aku benar-benar tak menyangka. Ternyata kau adalah orang yang baik. Terima kasih telah meminta adikmu untuk menjagaku. Dan sekarang kau bahkan repot-repot melakukannya sendiri."

"Hn," sahut Itachi. "Sebaiknya kau berhati-hati ketika sedang berjalan, Sakura. Kalau kau melihat mahluk-mahluk seperti tadi, sebisa mungkin abaikan saja."

Sakura menatap Itachi lekat-lekat, terkejut dengan ucapan lelaki itu. Tumben sekali lelaki itu bisa mengucapkan sesuatu yang serius hingga memberi petunjuk padanya.

"Ah, iya. Terima kasih atas saranmu."

"Omong-omong, apa kau percaya dengan ramalan?" Itachi bertanya sambil menatap Sakura. Ia ingin menceritakan mengenai 'penglihatan' Sasuke agar gadis itu berhati-hati. Namun di sisi lain ia khawatir jika gadis itu malah semakin ketakutan dan 'takdir' ramalan yang seharusnya bisa dihindari malah terjadi.

Sakura mengendikkan bahu, "Entahlah. Aku percaya, namun tidak sepenuhnya. Memangnya kenapa?"

"Kalau kau mendengar ramalan yang buruk, apakah kau akan ketakutan?"

"Mungkin tidak. Memangnya kenapa?" Sakura mengernyitkan dahi dan melirik Itachi yang kini sedang menatapnya dengan wajah serius.

Dengan suara perlahan, Itachi memutuskan untuk menceritakan 'penglihatan' Sasuke mengenai Sakura secara detil. Ekspresi wajah Sakura terlihat sulit dibaca, namun tampaknya gadis itu merasa ragu antara percaya dan tidak.

"Kecelakaan? Yang benar saja? Masa takdirku seram begitu?"

Itachi mengangkat bahunya, "Aku juga tidak tahu. Awalnya akulah yang terlebih dulu mendapat 'penglihatan', karena itulah aku meminta Sasuke untuk memperhatikanmu dan membantumu agar kau terbiasa dengan kemampuan barumu."

Hati Sakura kembali terasa nyeri. Bahkan Itachi pun akhirnya mengakui jika ia memang menyuruh Sasuke untuk memperhatikannya. Sakura merasa benar-benar konyol telah mengira lelaki itu benar-benar peduli padanya.

"Bahkan kau juga melihatnya, Itachi-nii? Apakah yang kalian lihat selalu menjadi kenyataan?"

Itachi terdiam sejenak sebelum menjawab, "Selama ini apa yang 'kulihat' akan terjadi. Tapi aku tak tahu bagaimana dengan sekarang."

Sakura merasa agak takut. Kepalanya tertunduk dan ia tak mampu mengatakan apapun.

"Tenang saja, Sakura-chan. Kalaupun ramalan itu akan menjadi kenyataan, kita bisa menghindarinya."

Sakura tersentak saat ia merasakan sesuatu menyentuh. Ia menengadah dan mendapati Itachi mengelus rambut di puncak kepalanya. Namun entah kenapa ia malah merindukan saat dimana ia bisa mengenggam tangan Sasuke di saat ia merasa takut.


.

.


Mikoto berjalan mondar mandir di depan pintu kamar putra bungsunya. Sejak tadi ia merasa ragu. Haruskah ia mengetuk dan masuk ke dalam serta berbicara dengan Sasuke? Atau berbalik dan kembali ke kamarnya?

Sudah beberapa hari sejak Sasuke kembali ke rumah dan Mikoto tak sekalipun menyinggung soal kepindahan Sasuke yang akan dilakukan seminggu lagi. Sasuke belum memberitahunya mengenai rumah yang ia inginkan, dan Mikoto merasa tak enak untuk bertanya. Ia tak ingin terkesan seperti ikut berusaha mengusir putranya sendiri.

Mikoto memberanikan diri untuk mengetuk pintu dan masuk ke dalam kamar. Ia membuka knop pintu dan mendapati Sasuke sedang berbaring di kasur dan menggunakan laptop. Mikoto melirik sejenak ke layar laptop Sasuke dan melihat gambar rumah yang diiklankan di situs penjualan property.

Sasuke menoleh dan tersenyum tipis, "Konbawa, okaa-san."

"Konbawa. Kau sedang apa? Ingin cemilan?"

Sasuke menggelengkan kepala. Ia sedang tidak berniat memakan apapun. Batas waktunya tinggal seminggu lagi, namun Sasuke bahkan masih belum menemukan tempat tinggal yang cocok.

"Tidak,okaa-san," tolak Sasuke, "Aku sedang mencari tempat tinggal. Seminggu lagi aku harus pindah, namun aku belum menemukan satupun."

Mikoto terkejut. Tumben sekali Sasuke bercerita panjang lebar mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Rasanya seperti bukan Sasuke yang dikenalnya saja.

Mikoto menghampiri Sasuke dan Sasuke cepat-cepat mengubah posisi menjadi duduk, membiarkan ibunya duduk di tepi kasur.

"Mengapa? Tidak ada rumah yang cocok di kota ini? Atau kau merasa interior nya jelek? M"

Sasuke menggeleng. Sebetulnya tidak ada masalah dengan interior atau apapun. Sebetulnya ia menemukan beberapa rumah dengan model bangunan yang ia sukai, hanya saja entah kenapa ia merasa tak nyaman membayangkan ia tinggal di sebuah rumah sendirian. Ia sudah terbiasa tinggal di rumah dengan keluarga lengkap, sehingga menurutnya sebuah rumah akan terasa sepi tanpa keluarga. Ia bisa saja mencari apartemen, namun ia masih belum menemukan apartemen yang ia sukai.

Masalah utamanya adalah Sasuke sendiri. Sebetulnya ia masih tidak ingin pindah dari rumah, setidaknya tidak secepat ini. Bukan berarti ia tidak mandiri, hanya saja ia masih merasa nyaman tinggal di rumah. Ketika waktunya sudah tepat, barangkali ketika ia telah sedikit lebih dewasa, tentu saja ia akan pergi meninggalkan rumah dengan sendirinya.

"Mungkin aku akan mencari apartemen."

"Apartemen? Ayahmu baru saja membeli apartemen berukuran besar di lantai teratas dengan kolam renang di dalam ruangan di pusat kota. Mungkin kau bisa tinggal disana?"

Sasuke menggeleng. Sebisa mungkin ia tak ingin berselisih dengan sang ayah. Ia tak ingin dianggap anak kurang ajar karena menginginkan dan bahkan berani meminta apa yang telah dibeli ayahnya untuk dirinya sendiri.

"Apartemen sederhana dengan tipe 1K (Apartemen berukuran kecil dengan satu kamar dengan dapur terpisah dari ruangan utama) juga tidak masalah."

"Apartemen 1K?" Mikoto mengernyitkan dahi. "Setidaknya kau harus hidup layak. Bagaimana bisa standar hidupmu turun hingga sampai seperti itu?"

Sasuke menganggukan kepala. Ia paham jika ibunya bereaksi seperti ini. Bagi orang seperti orang tuanya, hidup di apartemen kecil terkesan begitu mengenaskan. Namun bagi Sasuke hal itu adalah hal yang biasa. Setidaknya ia mendengar banyak dari teman sekolahnya mengenai kehidupan orang-orang pada umumnya. Bahkan ada juga orang yang hidup di tempat tinggal yang jauh lebih parah.

"Lagipula kau memerlukan pelayan, kan? Kalau kau tinggal di apartemen 1K, dimana pelayanmu akan tidur? Tidak mungkin bersamamu, kan?"

"Gunakan saja pelayan yang akan datang bersih-bersih setiap hari."

Mikoto menepuk bahu Sasuke dan menatapnya dengan khawatir, "Kau suka piano, kan? Okaa-san akan mencoba mencarikan tempat tinggal yang setidaknya cukup luas sehingga kau bisa meletakkan pianomu dan memainkannya kapanpun yang kau mau tanpa seorangpun yang akan mengetuk pintu karena merasa terganggu."

"Tidak apa. Aku bisa mencarinya sendiri," sahut Sasuke seraya mengetikkan kata kunci di situs penjualan properti itu.

Tatapan Sasuke tertuju pada salah satu apartemen yang menurutnya menarik. Ia segera mengklik apartemen itu dan melihat foto-foto yang tersedia. Apartemen itu terlihat mewah dengan model minmalis dengan luas lebih dari seratus meter persegi. Terdapat tiga kamar di apartemen itu serta fasilitas kolam renang, fasilitas yang tidak tersedia di apartemen kelas menengah atau kelas bawah. Apartemen itu juga berada di pusat kota dan tak begitu jauh dari sekolah.

"Nah, apartemen yang ini sepertinya bagus. Kau beli yang ini saja."

Sasuke menatap harga yang tertera dan menggelengkan kepala, "Tiga ratus dua puluh lima juta yen itu mahal, kan?"

Mikoto tertawa mendengar ucapan Sasuke. Sejak kapan putranya mengenal kata 'mahal' dalam kamusnya?

"Mengapa kau tiba-tba memikirkan mahal atau murahnya sesuatu? Ayahmu tidak memberikan budget tertentu, kok."

"Aku hanya merasa tidak enak meminta seseorang membeli sesuatu yang mahal untukku."

"Aduh," Mikoto menepuk-nepuk punggung Sasuke dan tersenyum, "Sebagai orang tua aku malah lebih khawatir ketika kau mengalami kesusahan ketimbang harus mengeluarkan banyak uang."

Mikoto memeluk Sasuke erat-erat, membuat Sasuke merasa agak terkejut. Ia merasa nyaman dengan sentuhan dan pelukan hangat dari sang ibu. Ia merasa agak gugup sejenak, namun pada akhirnya ia mengulurkan tangan dan dengan membalaskan pelukan sang ibu meski ia merasa kurang nyaman telah bersikap emosional.

"Sasuke-kun, aku akan berusaha membicarakan lagi pada ayahmu untuk mengubah keputusannya. Namun jika tidak berhasil, kuharap kau menjaga dirimu baik-baik. Hubungi aku kapanpun yang kau inginkan."

"Tidak, okaa-san," sahut Sasuke seraya mengeratkan pelukannya. "Aku tak ingin kau bertengkar lagi dengan otou-san. Lagipula kau bisa berkunjung atau bahkan menginap di rumahku kapanpun kalau otou-san mengijinkan."

Air mata Mikoto menetes, namun ia tak peduli lagi. Ia akan berdoa dan mengharapkan yang terbaik untuk Sasuke.


.

.


Sasuke mendorong kereta belanja seraya melihat rak-rak berisi makanan ringan di supermarket. Hari ini ibunya meminta tolong padanya untuk membeli beberapa barang dan makanan ringan.

Ia mengecek pesan ibunya dan menatap barang-barang yang ada di keranjang belanjaannya. Ia sudah membeli semua pesanan ibunya dan kini ia hanya perlu membeli untuk dirinya sendiri.

Tatapan Sasuke tertuju pada cemilan rumput laut dengan rasa tomat dan ia segera mengambilnya. Ia segera melangkah dan berniat menuju lorong lain untuk mengambil cemilan lainnya serta sekaleng kopi untuk dirinya sendiri.

Namun langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang gadis berambut merah sedang berjalan kearahnya. Tatapan mereka berdua bertemu, namun tak satupun dari mereka mulai berbicara. Lidah Sasuke mendadak terasa kelu dan otaknya terasa kosong. Ia bahkan tak tahu apa yang harus dilakukannya sekarang.

"Saku-"

Ucapan Sasuke terputus ketika menyadari Sakura telah berjalan meninggalkannya dengan tergesa-gesa. Sudah jelas jika gadis itu masih marah padanya. Bahkan gadis itu diam saja dan kini menghindari dirinya.

Sasuke mengernyitkan dahi ketika ia melihat sosok Sakura yang berjalan menjauh. Ia sama sekali tak mendapati sosok Itachi di dekat gadis itu. Sebaliknya ia malah mendapati roh yang sepertinya merupakan roh korban kecelakaan yang mengikuti Sakura dan terus menerus mengajak gadis itu berbicara.

Jantung Sasuke berdegup kencang. Ia merasa khawatir jika terjadi sesuatu pada gadis itu. Namun ia tak bisa melakukan apapun untuk melindungi Sakura tanpa mendekati gadis itu. Maka satu-satunya yang bisa ia lakukan hanyalah mengikuti gadis itu sampai ke rumah dari jarak tertentu. Setidaknya ia ingin memastikan Sakura pulang dengan selamat.

Sasuke segera mengambil sebungkus makanan ringan serta mendorong kereta belanja menuju kasir. Ia tak jadi membeli kopi dan memilih mengambil sekaleng minuman soft drink d dekat kasir.

Tatapan Sasuke tertuju pada seluruh kasir. Ia memastikan jika Sakura masih belum meninggalkan supermarket itu sehingga ia bisa mengikutinya. Malam ini Sasuke cukup beruntung, tidak ada antrian kasir sehingga ia langsung meletakkan barang-barang yang ia beli ke meja kasir dan kasir segera melayaninya.

"Totalnya dua belas ribu tujuh ratus yen."

Sasuke segera mengeluarkan selembar uang sepuluh ribu yen dan selembar uang lima ribu yen dan kasir segera memberi kembalian.

"Terima kasih atas kunjungannya."

Sasuke hanya mengangguk dan ia segera mendorong kereta belanja menuju tempat parker yang berada tepat di depan pintu supermarket itu. Ia segera membuka bagasi dan memasukkan semua barang-barang yang ia beli dan masuk ke dalam mobil serta menyalakan mesin serta menyalakan AC.

Tatapan Sasuke terus tertuju pada satu-satunya pintu supermarket yang berfungsi sebagai pintu masuk sekaligus keluar. Ia menunggu gadis itu keluar dari toko dan berjalan agak jauh sebelum mengikutnya.

Sepuluh menit kemudian Sakura terlhat berjalan keluar dari supermarket dengan membawa sebuah kantung belanjaan. Gadis itu menoleh kebelakang dan tampak terkejut dengan roh yang masih mengikutnya.

Sasuke segera mematikan mesin mobil dan turun dari mobil ketika Sakura sudah mulai berjalan. Gadis itu berjalan dengan tergesa-gesa tanpa menghiraukan roh yang mengikutinya.

Sasuke berjalan dengan tenang mengikuti Sakura yang terus berjalan dengan tergesa-gesa. Beberapa kecelakaan pernah terjadi di jalanan yang mereka lalui sehingga terdapat beberapa roh korban kecelakaan yang masih belum pergi ke alam baka.

"Kau bisa melihatku, kan? Kumohon bantulah aku." ujar roh korban kecelakaan itu dengan suara yang cukup keras untuk bisa didengar Sasuke yang berjarak beberapa meter di belakang Sakura.

Sasuke bersiap bersembunyi dan mengira Sakura akan menoleh. Namun gadis itu tetap berjalan dan kini malah mempercepat langkahnya.

Sakura terlihat tidak nyaman. Entah kenapa beberapa mahluk tak kasat mata malah lebih memilih berada di sisi tempatnya berjalan. Sakura merasa tak tahan lagi, ia harus cepat-cepat menyebrang.

Sasuke mempercepat langkah dan ia kini sedikit lebih dekat dengan Sakura. Ia berusaha keras melangkah tanpa menimbulkan suara.

Jalanan menuju rumah Sakura agak sepi. Hanya ada satu dua kendaraan yang sesekali lewat. Namun Sakura sama sekali tak mempedulikannya, ia merasa benar-benar ketakutan dengan roh yang masih gigih mengikutinya.

"Kumohon," ucap roh lelaki muda itu. Ia mengulurkan tangan dan berusaha menyentuh bahu Sakura, namun Sakura langsung menghindar.

"Tidak," gumam Sakura dengan suara agak keras. Ia merasa tak nyaman, rasanya ia ingin menyebrang ke sisi seberang yang 'sepi' dimana tak ada satupun roh disana.

Sakura segera menyebrang tanpa berpikir panjang. Yang ada di pikirannya hanyalah segera menyebrang dan menghindari roh yang berada di sisi jalan yang dilaluinya saat ini.

Sakura tak menyadari sebuah mobil yang melaju kencang, barangkal karena pengemudinya berpikir jika jalanan itu adalah jalan yang sepi. Ia menyebrang dengan cepat tepat ketika mobil itu hanya berjarak tak lebih dari lima meter darinya.

Terdengar suara klakson dan Sakura benar-benar terkejut. Ia melihat lampu mobil yang menyorotnya, namun tubuhnya seolah lumpuh mendadak. Ia tak mampu bergerak meski otaknya terus memerintahkannya untuk berlari.

"SAKURA! AWAS!"

Sakura terkejut mendengar suara yang sangat tidak ingin didengarnya. Namun ia tak sempat bergerak ketika ia merasakan seseorang mendorong tubuhnya dengan keras dan tubuhnya terhempas ke sisi lain.

Terdengar suara decitan rem yang memekakan telinga dan Sakura tersadar dengan apa yang terjadi. Ia memaksakan diri untuk bangkit berdiri meski siku dan kakinya terasa nyeri karena lecet dan berdarah setelah menghantam aspal.

Sakura membelalakan mata lebar-lebar melihat tubuh Sasuke yang kini bersimbah darah. Kepala lelaki itu mengucurkan darah dan bagian pergelangan tangan kanan Sasuke remuk akibat terlindas ban mobil.

Sakura segera berjalan menghampiri tubuh Sasuke yang tergeletak di aspal. Ia bahkan tak mempedulikan kakinya dan sikunya yang berdarah.

"Sasuke!" ucap Sakura dengan setengah berteriak. "Jangan pejamkan matamu. Aku akan segera memanggil ambulans."

"Sa..kura.. pakai.. kalung..ku," ucap Sasuke dengan suara yang sangat pelan hingga hampir tak terdengar.

"Apa yang kau pikirkan?!" hardik Sakura. Emosinya sudah meningkat dan ia merasa ingin menangis, namun tak bisa melakukannya, "Jangan bicara apapun lagi."

Terdengar suara pintu mobil yang terbuka dan kemudian ditutup. Seorang wanita paruh baya turun dari mobil dan berteriak pada Sakura, "GUNAKAN MATAMU SAAT MENYEBRANG, JALANG! AKU JADI HARUS MENANGGUNG KESIALAN DAN BERURUSAN DENGAN POLISI!"

Sakura tak mampu mengatakan apapun. Tubuhnya bergetar akibat emosi. Telinganya mendadak tuli hingga ia tak bisa mendengarkan dengan jelas isi makian pengemudi wanita itu. Air matanya menggenang di pelupuk mata, siap untuk ditumpahkan.


-TBC-

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Author's Note :

Fanfict ini ada perubahan genre dari supernatural & romance jadi supernatural & friendship, namun tetap ada sedikit unsur romance. Jad maaf kalau ada readers yang merasa 'ketipu'. Awalnya author mau ngebuat romance, namun di pertengahan entah kenapa ga dapet feel untuk ngebuat romance di fanfict ini (kayak misalnya ceritain kalau mereka pacaran gitu-gitu). Author sendiri ga terlalu jago buat romance dan merasa romance di setiap fanfict author kerasa monoton, adegan nya gitu-gitu aja.

Fanfict ini bakal tamat kurang dari lima chapter lagi. Jadi kemungkinan waktu update bakal lebh cepat untuk menyelesaikan fanfct ini.

Continue Reading

You'll Also Like

8K 1.2K 25
Tentang Itachi dengan segala rahasianya. Tentang Izumi dengan semua dendam dari masa lalunya. Tentang pelarian Shisui, dan pengejaran ketiganya terh...
249K 11.9K 17
Ketika diriku telah dimiliki olehmu, berpaling tak ada arti. Pada akhir aku akan kembali kepadamu Pair SasuSaku Rate T+
10.4K 1.5K 29
[SERIES KE-3 OLIMPIADERS] Galau update status? Galau balas dendam di olimpiade, lah! Imbas sakit hati, Sakura Haruno memutuskan untuk menyibukkan dir...
46.1K 4K 12
My Princess Written by LIANA2789 Genre: Fanfiction, romance Pair: Sasusaku Rate: T Haruno Sakura dan Uchiha Sasuke, keduanya adalah sepasang rival ab...