RaLion

By haynett_

503K 35.9K 3.4K

Tahap revisi!! Amazing cover by @Melmelquen😘❤ Adelion Mahendra? Siapa yang tidak mengenalnya? Cowok selengek... More

1. Pertemuan
2. He Different!
3. Kata Kayla
4. Lion dan Rasa Sakit
5. Ciuman?
6. Luka yang tak pernah sembuh
7. Tentang Kebaikan
8. Debaran Aneh
9. Halusinasi?
10. Cancer
11. Lala dan Rasa Sayang
12. Tak Terduga
13. Tantangan
14. Pertolongan Lion
15. Perasaan Aneh
16. Terpengaruh
17. Cemburu
18. RALION?
19. Amplop Merah
20. Gagal
21. Hanya Sebagian Dari Kenyataan
22. Terungkap
23. Boy vs Dad
25. Menemukan Airo Dan Kenyataan Baru
26. Masih Terlalu Membingungkan
27. Antara Tiga Gadis
28. Merindukan Sosok Bengal Itu
29. Takdir Yang Mengalahkannya
30. Melepaskan
31. Kebenaran Beberapa Tahun Silam
32. Menggenggam Perih
33. Menyelamatkan Tiga Bunga
34. Berkorban
35. Tenggelam Dalam Duka
🔒Q&A [Question]🔒
36. Perubahan
🔓Q&A [Answer]🔓
37. Painkiller
38. Topeng dan Perjuangan
39. Kencan
40. Pergi
Extra Part
BACA!
Bisa dong promosi
Lion di-copy😔

24. Pemenang Dari Kebimbangan

9.6K 834 92
By haynett_

Lion, pastikan sekarang kamu sedang sendiri saat membaca surat ini. Aku tahu, mungkin apa yang aku tulis di surat ini akan sedikit mengguncangmu.

Tapi, aku tidak punya pilihan lain, kamu harus tahu semuanya agar kamu tidak salah mengartikan kepergianku bersama Tante Rasyi secara tiba-tiba ini.

Pertama, terlebih dahulu aku ingin mengatakan aku minta maaf karena tidak bisa bersama denganmu lagi. Aku mencintaimu Lion, sangat. Dan aku tahu ini kesalahan terbesarku.

Malam ini, aku dan Tante Rasyi pergi karena sebuah alasan. Om Hendra menceraikan Tante Rasyi, dia menganggap tante menghianatinya. Namun, asal kamu tahu Tante Rasyi tidak pernah melakukan itu. Dia mencintai Om Hendra.

Om Hendra juga menuduh bahwa aku adalah anak dari hasil perselingkuhan Tante Rasyi, tapi sungguh itu salah.

Om Hendra mengatakan itu karena dia ingin menyembunyikan kesalahannya sendiri. Sejujurnya, Om Hendra lah yang berhianat, dia bermain dengan wanita lain di belakang Tante Rasyi.

Aku mengetahuinya karena pernah memergoki Om Hendra bersama dengan wanita lain di sebuah kafe tengah bercumbu mesra di sana.

Aku menulis surat ini bukan untuk membuatmu membenci Om Hendra. Aku hanya ingin kamu tidak salah paham nantinya.

Aku menyayangimu, Lion. Jaga dirimu baik-baik.

Rara.

Rahangnya mengeras diiringi dengan gemeletukan gigi di dalam sana. Sebuah kertas usang yang dia ambil dari dalam tanah yang terbungkus oleh botol kecil itu kini sudah tidak berbentuk seiring dengan kuatnya kepalan tangan yang mulai mengurus itu.

Lion berdiri dengan amarah yang sudah menggebu. Kenyataan baru yang dia temukan ternyata sudah menyulut emosinya cukup untuk meledak kapan saja.

Ternyata selama ini memang benar, Hendra telah membodohinya. Dia bilang mamanya pergi karena terlalu malu telah bermain api di belakangnya. Namun, nyatanya dialah yang menghianati Rasyi, dia yang bermain di belakang wanita itu.

Lion lalu bergerak menaiki rumah pohon yang masih berdiri kokoh di depannya. Mata Lion membola saat melihat apa yang ada di dalam rumah pohon itu.

Semua barang yang berkaitan dengan Rasyi dan juga Rara tersimpan rapi di sana. Dinding rumah pohon yang terbuat dari kayu dipenuhi oleh foto mereka.

Sisa pakaian, koper dan beberapa barang lainnya diletakkan sedemikian rapi di rumah pohon yang terbilang kecil.

Lion semakin geram dibuatnya. Sebenarnya apa yang selama ini Hendra lakukan? Mengapa selama ini dia mengatakan telah membuang barang-barang milik Rasyi dan Rara?

Lalu, apa ini? Pantas selama ini dia melarang keras siapa pun untuk memasuki taman ini lagi.

Lion yakin ada sesuatu yang Hendra sembunyikan dari dirinya. Sesuatu yang mungkin bisa menghancurkannya secara keseluruhan.

Namun, apapun itu, Hendra tidak berhak melakukan ini. Rasyi adalah ibunya, dan Rara gadis yang dia cintai, apapun alasan Hendra menyembunyikan ini semua. Dia tetap salah di mata Lion.

●●●●●

"Udah gue bilang gue gak cinta sama Lion. Gue gak mau tahu tentang apapun yang berhubungan dengannya lagi," jelas Aira mengundang kemarahan Kayla.

Padahal hari ini Kayla dan Githa memutuskan untuk memberitahu gadis itu tentang penyakit Lion. Dia ingin Aira menghentikan tantangan yang diberikannya kepada Lion.

Namun, mendapatkan tanggapan seperti itu membuat emosi Kayla jadi tersulut, apalagi melihat sikap tidak pedulinya saat Kayla mengatakan bahwa Lion sakit.

"Apa sih yang lo tahu soal cinta?" tanya Kayla dingin, gadis itu menatap Aira tajam.

Githa yang duduk di sebelah Kayla lantas memegang lengan gadis itu agar dia menahan emosi. Dia tidak ingin nantinya sikap Kayla ini malah membuat keadaan semakin runyam.

"Gue tahu lo cinta sama Lion, tapi lo mengelak soal itu," lanjut Kayla, dia tidak memedulikan peringatan Githa tadi.

"Kayla cukup." Zilla yang duduk di sebelah Aira ikut angkat bicara, "lo udah denger sendiri Aira gak cinta sama Lion. Apa sih sebenarnya maksud lo mojokin Aira kayak gini."

Saat ini mereka tengah berada di sebuah kafe. Mereka sengaja berjanji untuk bertemu. Kayla sudah merencanakannya jauh-jauh hari. Namun, tanggapan Aira dan Zilla benar-benar di luar rencananya.

"Lo gak tahu apa-apa, Zi. Dia suka sama Lion. Dia mencintainya," ujar Kayla tidak mau kalah. Dia beralih menatap Aira yang juga melihat ke arahnya, "apa ini semua karena kejadian malam itu?"

Aira tertegun, dia membuang muka untuk menutupi air matanya yang mulai membendung.

"Gue gak mau denger tentang dia lagi," gumamnya tanpa menoleh.

Kayla tersenyum kecut mendengar itu, "Kenapa lo bersikap seperti pengecut sekarang, Ra?"

Aira kembali menoleh menatap Kayla.

"Gue bukan pengecut, Kay. Tapi sekarang gue sadar, bahwa Lion adalah sumber masalah dalam hidup gue. Gara-gara Lion, bokap gue ngusir Airo dari rumah dan sampai sekarang gue gak tahu Airo ada di mana." Aira mengusap air matanya yang mulai mengalir.

Tanpa disadari, dia juga marah akan takdir hidupnya yang begitu rumit. Dia akui, dia mencintai Lion sekarang. Namun, apa yang bisa dia lakukan di saat Lion sendiri menjadi sumber masalah dalam hidupnya.

"Gue benci Lion." Hatinya berdesir perih saat kalimat itu keluar dari mulutnya, "gue berharap Lion adalah sebuah mimpi yang di saat gue bangun nanti gue udah gak nemuin dia dalam hidup gue." Aira berbohong sekarang, "gue harap lo gak pernah bahas tentang dia lagi, Kay."

Kayla tersenyum pedih, "Okay." Gadis itu mengangguk kecewa, "gue harap, suatu saat nanti lo gak akan pernah menyesali apa yang lo katakan hari ini."

Lalu Kayla berdiri dan memasang tas selempangnya, tanpa berucap lagi Kayla melangkah pergi meninggalkan tempat itu.

"Gue kecewa sama lo, Ra. Gue gak pernah tahu kalo lo punya sifat sekeras ini."

Setelah mengucapkan kalimat itu, Githa juga ikut berdiri dan melangkah pergi menyusul Kayla.

Aira menatap punggung Githa yang sudah hilang di balik pintu kafe. Air matanya kembali mengalir. Dia tahu, dia sudah melakukan hal yang salah.

Dia tidak memberikan hatinya menang. Egonya terlalu besar untuk mengakui bahwa Lion sudah memenangkan hatinya, Lion sudah mencurinya secara perlahan, dan sekarang memilikinya secara utuh.

Aira menghapus jejak air matanya saat merasakan sentuhan lembut di pundaknya. Aira menoleh menatap Zilla yang tersenyum menenangkannya.

"Lo udah ngelakuin hal yang bener, Ra."

Tapi mengapa rasanya begitu sakit sekarang?

"Kayla dan Githa gak mungkin bisa marah lama sama lo. Cepat atau lambat dia pasti akan minta maaf sama lo."

Zilla bergerak memeluk Aira. Menenangkan sahabatnya yang satu itu.

Aira mengangguk pelan, mungkin ini yang terbaik untuk dia lakukan.

●●●●●

Lion berjalan tergesa di tengah padatnya koridor sekolah di jam istirahat pertama ini. Semenjak kejadian kemarin, Lion tidak ingin mengikuti apa yang diperintahkan Hendra lagi.

Kemarin Hendra merusak gerbang taman belakang rumahnya karena Lion yang tidak kunjung keluar, dia menemukan Lion yang sudah tidak sadarkan diri di dalam rumah pohon.

Dan pagi tadi Lion bersikeras berangkat ke sekolah walaupun Hendra sudah mati-matian menahannya. Kondisinya yang saat ini masih lemah tidak menyurutkan tekat Lion untuk sekolah.

Namun, kabar buruk yang dia terima dari Kayla pagi ini telah berhasil membuat Lion uring-uringan.

Airo kabur dari rumah.

Pantas, hari ini dia tidak menemukan anak itu di sekolah, bahkan kedua temannya pun tidak masuk.

Saat ingin berbelok menuju koridor utama, Lion tidak sengaja berpapasan dengan Aira yang saat itu tengah berjalan bersama Nuggy. Tanpa pikir lagi Lion menarik Aira untuk mengikutinya.

Namun, Nuggy segera menahan Lion. Membuat cowok itu semakin berang. Dia memelintir tangan Nuggy ke belakang lalu mendorongnya hingga berakhir mengenaskan di lantai.

Koridor yang saat itu masih ramai oleh para siswa yang berlalu-lalang langsung terdiam kala melihat keributan yang terjadi.

Lion menatap nyalang ke arah Nuggy, "Jangan pernah lo ikut campur," kecamnya tajam.

Aira yang tadi masih terkejut melihat kejadian itu langsung ditarik oleh Lion untuk mengikutinya. Aira sempat berontak tidak ingin mengikuti Lion, namun cowok itu tidak butuh persetujuan dari Aira. Dia tetap memaksa untuk mengikutinya.

Hingga saat mereka sudah sampai di parkiran yang cukup sepi, barulah Lion melepas tangan Aira.

Aira berang melihat tingkah Lion, dia sudah muak dengan semua perlakuan Lion yang selalu memaksakan keinginannya.

Tangan Aira terangkat menampar telak pada pipi Lion.

Lion tertegun merasakan pedasnya tamparan Aira. Dia mengangkat pandangan menatap mata Aira yang mulai berair.

"Gue benci sama lo!" bentaknya keras, "kenapa lo selalu memaksakan keinginan lo sendiri, tanpa memedulikan apakah gue mau atau enggak!"

"Ra..,"

"Jangan sentuh gue!"

Potong Aira cepat sambil memundurkan tubuhnya dari jangkauan Lion.

"Gue gak tahu apa yang lo mau selama ini. Gue gak tahu kenapa lo selalu ngusik hidup gue. Tapi sekarang yang gue tahu lo itu egois Lion."

Lion terdiam menerima kemarahan Aira.

"Gue gak ingin liat lo lagi."

Deg!

Hati Lion seakan diiris tipis mendengarnya.

"Gue ingin lo pergi jauh-jauh dari hidup gue."

Lion menelan ludahnya kelu saat mendengar kata-kata itu keluar begitu lantang dari mulut Aira.

"Kenapa? Kenapa sekarang lo ingin gue pergi?"

"Karena lo adalah bencana dalam hidup gue!" teriak Aira kasar, "lo yang udah bikin Airo diusir dari rumah. Lo yang telah menghancurkan persahabatan gue dengan Kayla dan Githa. Lo yang udah bikin kehidupan gue yang awalnya tenang menjadi kacau seperti sekarang."

Aira mengusap air matanya yang mengalir, dia sudah tidak tahan dengan semua ini. Dia tidak tahan dengan perasaannya sendiri. Dia ingin Lion menjauh. Dia ingin mengenyahkan perasaannya kepada cowok itu.

Lion merunduk merasakan sakit itu lagi yang menyerang. Dia meremas perutnya kuat, berharap dengan begitu rasa sakit itu bisa menghilang.

Ucapan Aira tadi telah menamparnya begitu keras. Kenyataan bahwa Aira sekarang sudah membencinya membuat Lion tidak bisa bersikap baik-baik saja.

Selama ini dia menganggap Aira adalah pengganti dari Rara berkat beberapa kesamaannya dengan gadis itu. Namun, sekarang Lion sadar, dia jauh berbeda dengan Rara.

Aira berbalik, tidak ingin memedulikan Lion lagi. Sudah cukup, sudah cukup dia berurusan lagi dengan Lion.

"Keluarga Lion yang sudah menghancurkan kehidupan kita dulu. Papa mohon, jauhi dia sayang."

Suara Indra malam itu kembali terngiang dalam benak Aira.

Lion yang menghancurkan semuanya.

Dalam hati, Aira terus melafalkan kalimat itu, seakan hanya dengan begitu dia bisa melepas Lion. Melepas cowok itu bersama hatinya yang sudah dia ambil.

Aira menghapus air matanya. Ketika hendak melangkah meninggalkan tempat itu suara ringisan tertahan dari Lion membuatnya berhenti kembali.

Suaranya yang semakin memilukan membuat Aira tidak mampu menahan diri untuk tidak berbalik. Mata Aira melotot melihat Lion yang sudah terduduk di tanah sambil bersandar di sebuah mobil di belakangnya.

Tangannya yang bergetar tampak kesulitan membuka tutup botol kecil yang berisi obat. Wajahnya memerah dipenuhi oleh keringat dingin.

Aira memejamkan mata, dia kembali berbalik. Ingin rasanya dia tidak pernah melihat Lion seperti itu.

Dia ingin pergi meninggalkan tempat itu. Namun, hatinya tidak pernah ingin melihatnya pergi. Aira berbalik dan melangkah cepat mendekati Lion.

Dia duduk di hadapan cowok itu. Dia mengambil botol obat Lion dan membukanya, membiarkan Lion menelan dua butir obat berwarna putih.

Melihat Lion sekarang dia jadi teringat atas perkataan Kayla di kafe malam tadi.

"Lion sakit, Ra."

Sakit? Sakit seperti apa yang sebenarnya diderita Lion hingga membuatnya seperti ini?

Aira bergerak memeluk Lion saat kondisi cowok itu sudah mulai membaik. Dia sudah tidak peduli dengan apa yang Indra katakan kepadanya. Dia tidak peduli dengan semua yang Zilla katakan.

Ini perasaannya. Ini cintanya. Dia tidak ingin kehilangan Lion. Lion adalah pemilik hatinya. Untuk mengganti hatinya yang sudah diambil Lion, dia perlu mengambil hati Lion untuk menggantikan hatinya.

Aira mencengkram seragam Lion yang berkeringat. Aroma cokelat yang selalu melekat di tubuh cowok itu berhasil membuatnya nyaman dan enggan untuk pergi.

Aira sadar, dia tidak bisa melepas Lion begitu saja. Lion harus bertanggung jawab atas perasaannya sekarang.

"Maafin aku, Lion."

{TBC}

A.n

Yang udah aku janjiin buat update jam 9, maaf yaa telat :(

Continue Reading

You'll Also Like

ARSYAD DAYYAN By aLa

Teen Fiction

2.1M 113K 59
"Walaupun وَاَخْبَرُوا بِاسْنَيْنِ اَوْبِاَكْثَرَ عَنْ وَاحِدِ Ulama' nahwu mempperbolehkan mubtada' satu mempunyai dua khobar bahkan lebih, Tapi aku...
301K 20.4K 48
#71 in teen fiction 31 maret 2017 Aku ingin seperti saudara kembarku yang bebas melakulan apapun tanpa hambatan__Bintang Nararya Abrahan Ahh, kenapa...
85.4K 3.9K 61
Follow dulu yuk baru baca! Untuk sebuah kisah yang hebat dan untuk kisah yang luar biasa, Terima kasih telah mencintaiku hingga akhir. ~SamuelAlexand...
3.7M 295K 49
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...