Sheiland (SUDAH TERBIT)

By BayuPermana31

26.9M 1.1M 116K

[TELAH TERBIT DAN TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU DI INDONESIA] 'Tentang lara yang lebur dalam tawa.' Bagi Shei... More

• TRAILER(+) •
Aland Alano Navvare
Sheila Andrina
• Sheiland #1 •
• Sheiland #2 •
• Sheiland #3 •
• Sheiland #5 •
• Sheiland #6 •
• Sheiland #7 •
• Sheiland #8 •
• Sheiland #9 •
• Sheiland #10 •
• Sheiland #16 •
• Sheiland #17 •
• Sheiland #18 •
• Sheiland #19 •
• Sheiland #20 •
• Let's Ask Sheila's Troublemaker Cast! •
• Answer •
• Sheiland #26 •
• Sheiland #27 •
• Sheiland #28 •
• Sheiland #29 •
• Sheiland #30 •
• Sheiland #41 •
• Sheiland #42 •
• About Them : Sheila Andrina •
• Sheiland #43 •
• Sheiland #44 •
• Sheiland #45 •
• Sheiland #46 •
• Sheiland #47 •
• Sheiland #48 •
• Sheiland #49 •
• CAST SHEILAND •
• AUTHOR'S NOTE & QUESTION •
• Aland-Arkan #01 •
• Aland-Arkan #02 •
• VOTE COVER SHEILAND! •
• PERTANYAAN PENTING •
• INTIP VERSI NOVEL SHEILAND •
• GIVEAWAY NOVEL SHEILAND •
• INFO PRE ORDER •
• PENGUMUMAN UNPUBLISH •
PRE ORDER DIBUKA!
BENUA & ASIA

• Sheiland #4 •

484K 39.7K 5.3K
By BayuPermana31

Aland berenang hingga ke ujung kolam renang sore itu, setelah sampai ia mengusap wajahnya sembari menarik dan mengembuskan napas pelan. Masih malas untuk beranjak dari sana, sehingga hanya berdiri di ujung kolam dengan mata tertutup. Membiarkan air membasahi hingga ke batas dagu.

Aland yang mulai menggigil karena memang sudah beberapa lamanya berenang naik dan duduk di pinggir kolam, menatap air yang tidak tenang akibat pergerakannya tadi.

Aland menengadah, membiarkan tubuhnya yang masih basah tersinari matahari yang mulai pucat warnanya. Beberapa saat lamanya ia seperti itu, hingga Aland kembali menatap air kolam dan mengembuskan napas pelan lagi.

Kepalanya kini memikirkan sesuatu yang lain, tentang ia yang selalu bertindak melawan aturan yang ada. Tentang dirinya yang hampir setiap hari mengganggu siapapun yang dirasanya pantas.

Dan memikirkan alasan mengapa ia bisa sampai bertindak demikian, memikirkan seseorang yang berhasil menguatkan pemikirannya untuk menjadi seseorang yang kuat.

Aland berdiri dan menghampiri kursi santai juga sebuah meja bundar kecil tempat benda yang tadi ditinggalkannya berada, dipakainya semacam bathrobe untuk menutupi tubuhnya yang hanya dibalut celana hitam pendek tanpa atasan.

Aland duduk di sana, mengambil ponselnya dan mengerutkan kening setelahnya karena membaca suatu pesan. Bukan dari ayah atau ibunya, bukan juga dari Arkan atau Alfa dan Tirta.

Collect SMS?

Aland berdecih, siapa yang berani melakukan itu padanya? Ia akan memberikan sesuatu yang pantas untuk si pengirim pesan ini, karena sudah bertindak tidak sopan.

Apalagi jika Aland tidak mengenalnya, sungguh tidak modal.

Tetapi karena ia sendiri sedang santai, Aland menerima saja pesan tersebut dengan membayar sedikit dari pulsanya. Selain itu ia juga penasaran apakah isinya penting atau tidak.

Setelah Aland menyetujuinya, sebuah pesan masuk dan membuatnya berdecak.

Hai kak, selamat sore:)

Aland pikir isinya penting, seperti seseorang yang mengajaknya berduel setelah ia ganggu, atau ajakan pergi ke suatu tempat dari kedua sahabatnya.

Karena dirinya diliputi perasaan kesal dan penasaran, Aland memilih untuk menelepon si pengirim pesan tak modal tadi untuk mengetahui siapa orangnya.

*

Sheila masih berguling-guling di atas tempat tidur sambil terus bergumam penuh penyesalan. Kakinya tak lupa beberapa kali menendang-nendang tak jelas untuk menyalurkan perasaannya yang campur aduk.

Sheila merutuki kebodohannya sendiri, bagaimana bisa ia bertindak sebodoh itu? Bahkan untuk sebuah percobaan pendekatan ini bisa dibilang amat sangat buruk.

Akan ditaruh di mana mukanya jika Aland tahu dialah yang mengirim pesan?

"Iiihhhh gimanaaaaaaa," seru Sheila sambil memukul-mukul bantalnya gemas.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, hal yang membuat Sheila amat terkejut adalah yang membuat ponselnya seperti itu adalah karena sebuah telepon. Dan sekarang Aland sedang meneleponnya!

Melihat itu Sheila semakin kalut, ia turun dari tempat tidur dan melompat-lompat frustasi. Apa yang harus ia lakukan? Mengangkat panggilan itu? Tidak, ia tidak mau merasa malu. Menolak panggilan? Tidak, tidak sopan.

Ah ya, biarkan saja.

"Ya tuhan tolong hambamu ini, janji deh kalo kak Aland nggak peduli aku janji bakalan rajin ibadah. Eh, tapi aminin aja dulu. Ya tuhan tolong hambamu ini aduh gimana iniiiiiiiii!"

Sheila duduk di pojok kamar sembari menutup telinganya dengan tangan, menunggu ponselnya hingga berhenti berdering.

Setelah ponselnya bisu kembali, Sheila berdiri dan hendak mengambil ponselnya ketika panggilan dari Aland masuk lagi. Sheila terduduk lemas dan menelungkupkan wajahnya di atas tangan.

Mengapa ia tidak mengirim pesan lewat Instagram atau Line saja? MENGAPA?!

Ketika ponsel berhenti berdering karena Sheila tak kunjung mengangkat, sebuah pesan masuk.

Angkat aja, gue yang nelepon jadi lo nggak harus bayar pulsa.

"Ya Tuhan salah apa aku selama ini? Cobaan besar ini cobaan besar! Ini gimanaaaaaa?"

Sheila ingin sekali membenturkan kepalanya ke dinding, tetapi ia urungkan niatnya itu. Karena tidak mau jadi benjol, nanti ada bukit di keningnya.

Telepon masuk kembali. Setelah melalui pergolakan batin yang dahsyat, Sheila memutuskan untuk mengangkat telepon.

Apa ia harus menyamarkan suaranya bak pedagang bakso boraks di tv?

"Ini siapa?"

Aland bertanya to the point, seolah tak ingin kehilangan waktu. Ia juga sudah kehabisam kesabaran karena teleponnya tadi tak kunjung diangkat.

"A-aku k-k-kak?"

Sheila memukul kepalanya sendiri karena sudah berbicara tergagap, jelas menunjukkan bahwa ia sedang gugup luar biasa.

Di seberang sana Aland mengernyitkan dahi, perempuan?

"Iyalah, siapa lagi kalo bukan lo?"

"A-a-aku-"

"Nama lo siapa?"

"A-aku Sh-Sheila Kak."

Tangan kanan Sheila memegang ponselnya, sedangkan tangan kiri meremas-remas sprei tempat tidur karena sudah tidak tahan lagi. Tiba-tiba ia ingin mengompol.

"Sekolah di mana?"

"SMA Pe-Pelita."

"Kelas?"

"X I-I-IPA ti-tiga kak."

Aland bangkit dari duduknya, masuk ke dalam rumah dengan telepon masih tersambung. Ia naik ke lantai dua, hendak menghampiri Arkan dan bertanya pada kembarannya itu.

"Nama lengkap."

"Sh-Sheila Andrina kak."

"Kenapa lo SMS gue?"

"I-itu kak, a-anu."

"Anu apa?"

"Cu-cuma iseng."

"Lo jadiin gue bahan iseng?"

Sheila merasa tubuhnya semakin lemas, salah bicara kan dia.

"Bu-bukan gitu kak, a-aku cuma mau kenalan sama kakak."

"Terus?"

"Ya le-lewat SMS."

"Lo dapet nomer gue dari mana?"

Sheila ragu apakah ia harus menjawab apa tidak.

"Da-dari Kak Arkan."

"Lo kenal dia?"

"Di-dia senior a-aku di eskul dance."

Aland mendengus, jadi ini ulah Arkan?

"Besok gue tunggu di rooftop pas istirahat. Lo nggak dateng? Gue obrak-abrik kelas lo."

"Hah?! E-eh iya kak."

Aland mematikan ponselnya.

Sheila meringkuk di atas tempat tidur, mulai menangis karena super duper kesal dengan dirinya sendiri.

*

Aland masuk ke dalam ruangan dance milik Arkan, kembarannya itu sedang memerhatikan sebuah video di layar laptop. Ia menoleh dan menatap sebal ke arah Aland.

"Bukannya gue udah sering bilang kalo gue nggak suka diganggu kalo lagi di sini?"

"Gue juga sering denger, tapi nggak peduli karena gue mau nanya sesuatu sama lo."

Arkan menghentikan video yang menampilkan sebuah koreografi dari situs YouTube sejenak.

"Apaan?"

"Lo kenal Sheila?"

Arkan menaikkan alisnya. "Kenal, kenapa?"

"Lo ngasih nomor gue ke dia ya?" Aland berkacak pinggang, merasa kesal dengan Arkan yang begitu mudahnya memberikan nomornya kepada seseorang tanpa meminta ijin terlebih dahulu.

"Dia minta, ya gue kasih lah. Lagian dulu gue kan udah ngasih daftar cewek anak dance, lo belum baca?"

Aland menggeleng, membuat Arkan berdecak. "Yee kambing."

"Dia SMS gue tadi."

"Terus?"

"Collect SMS."

Arkan membulatkan matanya, lalu tertawa terbahak-bahak. Aland melotot, apanya yang lucu?

"Heh upil kuda nil, kenapa lo malah ketawa hah?"

Arkan mengucek matanya yang mengeluarkan air mata, ia memang selalu begitu kalau sudah tertawa terbahak-bahak.

"Buset dah si Sheila, kocak amat."

"Siapa sih dia?"

"Anak kelas sepuluh, anggota gue. Cantik, dance-nya juga bagus, badannya juga uhh."

Arkan mengambil air minumnya, lalu meneguk sedikit isinya.

"Bodo amat dia mau adik kelas atau nggak, mau cantik kek, bohay kek, dia udah nggak sopan sama gue."

"Duh Land, maklumim lah, dia juga manusia kali pasti ceroboh dikit."

"Elo nggak ngerasain keselnya gue njing."

"Biasa aja nyet."

"Mana, gue mau liat fotonya. Biar gue kasih pelajaran besok."

"Enak aja, dia junior kesayangan gue tau. Enak aja ngehukum anak orang."

"Gue nggak bakalan ngelakuin yang nggak-nggak, lo pikir gue seberengsek itu?"

"Lo emang berengsek Land."

"Kampret. Alah mana fotonya?"

"Sebentar."

Arkan kini membuka ponselnya, mencoba mencari foto Sheila yang digunakan untuk pendaftaran sebagai anggota eskul dance dulu.

"Nih, lagi berpose karena gue yang minta junior jangan kaku-kaku amat."


Aland sontak bersiul pelan, membuat Arkan memutar bola matanya malas. "Demen kan lu?"

Sebuah seringai kemudian terbentuk di wajah Aland. Setelahnya ia memberikan ponsel Arkan kembali.

"Thanks udah kasih nomor gue ke dia."

"Hah?"

Bukannya menjawab, Aland malah berbalik dan keluar dari ruangan. Dengan senyuman penuh arti.

***

A/n : semoga saya konsisten nulis Sheila sifatnya nyeleneh begini wkwk.

Ok, see you:)

Continue Reading

You'll Also Like

4.8M 155K 14
Tahap Revisi dan akan di repost kembali^^ "Aku tau bahwa mencintai seseorang juga perlu perjuangan. Lalu aku tau bahwa mencintai seseorang juga tidak...
2.7M 153K 25
PART MASIH LENGKAP "Good boy go to heaven, but badboy bring you heaven." Aluna Candy menjadi satu-satunya perempuan yang begabung di sebuah geng yang...
77.6K 18K 38
**PEMENANG WATTYS 2021** Peringatan: cerita ini mengandung konten sensitif seperti depresi, kekerasan, bunuh diri, dan beberapa hal negatif lainnya...
3K 179 8
Dunia Veldanava Dikejutkan Dengan Hilangnya Salah satu Demon Lord Yang Setara Bahkan Melebihi Dewa Mereka " Rimuru Tempest " Ia Sudah Menghilang Sela...