DAITYA: Awakening The Demon P...

By Ayriana_Ren

45K 4.8K 1.9K

Helios, Tanah Terlarang tempat suci para Guardian Knight's, seharusnya menjadi tempat teraman di dunia Erstle... More

《1》Bukit Arkanos
《2》Tumpukan Pekerjaan
《3》Serangan Kejutan
《4》Pesona Sang Kesatria
《5》Putri Aerith
《6》Siapa Wanita Xi?
《8》Penyamaran 2
《9》Mansion Seribu Bunga
《10》Pertemuan

《7》Penyamaran

2.6K 355 169
By Ayriana_Ren

"Siapa pun dalang di balik semua ini, kita akan mendapatkan jawabannya dari orang yang tinggal di pondok itu."

Xi dan Kai saling bertukar pandang lalu mengangguk bersamaan. Sebenarnya mereka sedikit ragu saat melihat pondok yang hampir roboh itu. Apa tempat itu berpenghuni?

"Ayo!"

Dua pemuda itu langsung melesat cepat bagai embusan angin yang begitu ringan. Empat kesatria yang mengiringi mereka hanya mampu berdecak kagum. Seorang kapten dari kuil Guardian Knight memang tidak bisa dianggap remeh. Di usia mereka yang masih muda, kemampuan mereka sangatlah luar biasa. Apalagi sang Light Knight. Walau ia terlihat santai dan can--maksudnya tampan, pemimpin para kesatria itu nyatanya adalah seorang ahli pedang tak terkalahkan.

"Ada orang," bisik Xi saat mereka sudah berada di bagian sisi kiri pondok yang tertutup oleh pohon black wood. Kai mengangguk tanda mengerti. Tak lama, mereka melihat dua orang pria keluar dengan kapak di tangan.

"Sial! Kenapa kita harus terjebak di tempat kumuh seperti ini?!" umpat pria bertubuh tambun dengan rambut keriting bagai mi yang kusut. "Percuma saja punya uang banyak kalau tak bisa dinikmati. Aku ingin bersenang-senang!" teriaknya frustrasi.

"Ck, bersabarlah Husk. Ini semua demi kebaikan kita juga," ujar pria kurus berambut lurus sambil mengayunkan kapaknya untuk membelah batangan kayu.

Brak! Kayu besar itu langsung terbelah menjadi dua hanya dengan sekali ayunan. Xi memicingkan matanya. Jangan sekali-kali meremehkan kekuatan orang kurus! Itulah yang terpatri dalam otak Xi.

"Tapi ini sudah lebih dari dua minggu. Tak ada pergerakan apapun dari para Guardian Knight. Mereka tidak akan benar-benar memburu kita hanya karena sebuah gulungan perkamen, bukan?" balas pria tambun yang bernama Husk.

Si pria kurus terdiam menatap kawannya. Sudut matanya bergerak memberi kode. Sadar kalau ada orang lain yang sedang mengawasi, si tambun melempar kapak yang ada di tangannya ke tempat persembunyian Xi dan Kai.

"Siapa kalian? Cepat keluar!"

Xi dengan mudah menangkap kapak melayang yang nyaris membelah wajah can--tampannya. Karena keberadaan mereka sudah diketahui, kedua kapten Guardian Knight itu pun keluar dari tempat persembunyiannya.

"Sial, demi kutu kampret yang selalu mengganggu tidurku! Baru saja dibicarakan, para gadis pingitan ini sudah muncul bagai setan," umpat Husk sambil menarik pedang yang menggantung di sisi kanan pinggangnya.

"Hei, siapa yang kau panggil gadis pingitan?!" Xi mendelik sambil berkacak pinggang. Sungguh, panggilan "gadis" atau "cantik" adalah sesuatu yang tabu untuknya. Ia sangat membenci panggilan itu. Xi adalah seorang kesatria. Dan seorang kesatria itu bukankah seharusnya gagah dan tampan(?)

"Memangnya siapa lagi kalau bukan kalian?" cibir Husk memiringkan senyumnya. "Bagaimana bisa seorang pria memiliki kulit halus dan putih bersinar? Jika bukan gadis pingitan yang kerjanya hanya merawat kulit, lalu kalian harus disebut apa? Cih, bahkan kau keluar dengan menggunakan cadar."

Dahi Xi berkedut menahan kesal. Kedua tangannya mengepal, dengan rahang yang mengatup rapat. Kai yang menyadari kalau Xi sudah di ambang batas kesabarannya, maju beberapa langkah. Membuat Xi mengamuk adalah hal terakhir yang harus ia hindari. Lagipula, mereka masih membutuhkan dua pria ini untuk menggali informasi.

"Jika kalian sudah tahu kalau kami adalah utusan dari kuil Guardian Knight, tentu kalian juga tahu tujuan kami menemui kalian, bukan?" kata Kai tanpa basa-basi. Tatapan Kai yang tenang dan dingin mau tak mau membuat dua pria di hadapannya berjengit. Raut ketakutan tergambar jelas di wajah mereka.

"Kami tidak akan menyakiti jika kalian mau bekerja sama." Kai mulai memberikan penawaran. Tatapan dinginnya mengunci rapat pandangan dua pria yang kini berdiri dengan tubuh gemetar.

Xi yang "menonton" adegan itu hanya tersenyum samar. Kemampuan Kai dalam bernegosiasi dan mengeksekusi targetnya adalah top tier. Selama ini metode yang dilakukan Kai selalu berhasil. Jika Xi paling mahir dalam serangan fisik, maka Kai adalah master dalam menghancurkan mental lawan. Ah, rasa kesalnya sepertinya akan sedikit terbalaskan kali ini.

"A-apa yang kalian inginkan?" Si kurus yang masih memegang erat kapaknya berusaha membuka suara.

"Siapa yang menjual ... ah, maksudku siapa yang menyuruh kalian untuk menjual perkamen terlarang itu pada Kapten Rigel Knight?"

Dua pria itu kembali diam penuh ketakutan. Bulir keringat mulai bermunculan di dahi mereka. Bagai buah simalakama. Posisi mereka saat ini benar-benar tidak menguntungkan. Jika mereka jujur, maka orang itu akan memburu mereka. Sedangkan jika mereka berbohong, dapat dipastikan dua kesatria dari Kuil Guardian Knight ini tak akan ragu untuk menguliti mereka hidup-hidup.

"Ka-kami tidak tahu!" bentak si kurus memberanikan diri. Mendengar temannya berteriak keras, Husk pun kembali tersadar dari ketakutannya.

"Be-benar! Kami tidak tahu apa-apa!" sahut Husk.

"Ah, jadi kalian ingin bermain kasar, hm??" Xi menyeringai. Tangan kanannya mengeluarkan percikan-percikan api berwarna biru. Kedua pria di hadapannya itu meneguk ludah dengan kasar. Mata mereka menatap tangan kanan Xi tanpa berkedip. Pengendalian chakra, kekuatan itu adalah suatu hal yang langka di tanah Helios. Apalagi untuk seorang kesatria yang lebih sering mengandalkan kemampuan berpedang dan mengendarai kuda.

Kai yang melihat kelakuan Xi hanya mendesah. "Tak sabaran seperti biasanya."

"A-apa yang akan kau lakukan?" si kurus terlihat gugup. "Seorang kesatria dari kuil Guardian Knight tak mungkin menyakiti orang lemah, bukan?"

"Siapa bilang?" Xi tersenyum menantang.

"Ben, tak usah banyak bicara! Kita serang mereka, hiyaaaa!!"

Si tambun langsung menyerang Xi dengan pedang mengayun ganas. Pria kurus yang bernama Ben pun tak tinggal diam. Dua lebih baik daripada satu. Walau mereka sadar kalau kesempatan mereka untuk bisa menang hampir tidak mungkin, tapi tak ada salahnya untuk mencoba, bukan? Barangkali saja dua kesatria ini lengah dan membuka celah untuk mereka kabur.

"Xi, jangan bertarung. Kau tak boleh menggunakan chakramu. Apa kau tak ingan pesan Tuan Aston?" Kai menegur Xi sementara tangan kanannya sibuk mengayunkan pedang untuk menghalau serangan dua pria itu.

Melihat itu Xi hanya berdecak malas. Padahal ia baru saja ingin meregangkan otot yang pegal karena sudah lama ia tak berlatih bertarung. Namun lagi-lagi Kai yang cerewet ini mencegahnya.

"Sialan, kau! Apa kau meremehkan kami!?" Husk yang tak terima karena sejak tadi Kai melawan mereka sambil asyik menegur Xi tentu saja menjadi marah. Ia semakin gila menyerang. Dan itu sukses membuat Kai tersenyum tipis.

"Jangan biarkan emosi mengendalikanmu saat bertarung, Tuan Husk!" Dengan satu gerakan, Kai mematahkan serangan si tambun hingga pedangnya terlempar jauh.

Belum hilang keterkejutan si tambun, kini giliran temannya yang dilucuti oleh Kai. Mereka berdua kalah telak dengan tubuh tersungkur di tanah.

"Ikat mereka berdua," perintah Kai pada empat kesatria yang sejak tadi menonton dari kejauhan. Sungguh, bukan keinginan mereka untuk berdiam diri dan hanya menonton pertunjukan yang disuguhkan. Mereka hanya tak mau mengganggu kesenangan para atasannya, itu saja.

"Merepotkan," keluh Xi sambil mengipasi wajah dengan telapak tangannya. "Jadi, bagaimana? Apa kalian masih tak mau bicara? Selagi aku masih berbaik hati untuk tidak menghajar kalian, sebaiknya kalian bicara yang jujur!"

Husk dan Ben saling berpandangan. Lebih baik mengaku sekarang daripada mengaku setelah babak belur. Mereka tak mau lebih sengsara lagi daripada ini.

"Baiklah, aku akan mengatakannya," kata Ben pasrah. "Kami benar-benar tak tahu siapa orang itu. Kami hanya tahu kalau mereka adalah tiga orang berjubah hitam. Jika kalian ingin menemui mereka, datanglah ke mansion seribu bunga. Malam ini seharusnya mengadakan pertemuan di tempat itu."

Xi menoleh ke arah Kai untuk meminta pendapat. Kebenaran dari ucapan pria ini masih dipertanyakan. Apa ini sebuah jebakan?

"Kita tidak akan tahu kebenarannya sebelum kita menyelidikinya," kata Kai dengan dahi berkerut. "Tapi...."

"Tapi apa, Kai?"

"Mansion seribu bunga itu...."

"Hahaha," Ben tertawa keras. "Kau tahu tempat seperti apa mansion seribu bunga itu, bukan?"

Dahi Kai semakin berkerut dalam.

"Tempat itu bukanlah tempat yang bisa dengan sembarangan kalian masuki. Bahkan Raja Helios pun tak bisa seenaknya memasuki tempat itu tanpa mendapat undangan khusus. Tempat itu adalah tempat yang sangat istimewa," jelas Ben dengan seringai puas.

"Tempat yang istimewa?" Xi mengerutkan dahi tak mengerti. Selain Kuil Guardian Knight, ternyata ada tempat lain yang tak bisa tersentuh Raja Helios?

"Ya," sahut Kai. "Mansion seribu bunga merupakan tempat khusus yang didirikan langsung oleh kerajaan pusat. Walau tempat itu hanya tempat hiburan, tapi tempat itu tak bisa dimasuki sembarang orang."

"Cih, ternyata orang itu sempat-sempatnya membangun tempat yang tak berguna di sini," gerutu Xi dalam hati.

"Sebenarnya ada satu cara lagi agar kalian bisa menyelusup ke sana," kata Husk dengan seringai jahil. Xi dan Kai penasaran. Bagaimana caranya? "Saat ini mansion seribu bunga membutuhkan beberapa wanita cantik untuk melayani tamu. Mungkin kalian bisa mencobanya?"

"Dasar keparat!"

"Xi, hentikan!" cegah Kai saat pedang Xi sudah hampir melayang. "Sepertinya saran mereka bisa kita coba."

Xi melotot tak percaya. Apa Kai sudah gila??



Duh, pengen nyapa tapi takut kena semprot karena PHP terus.

Kayaknya aku lebih baik kabur ajah 😆😆😆

See ya!

Ren (100418)

Re-up 310721

Continue Reading

You'll Also Like

1.1M 98.2K 50
(𝐒𝐞𝐫𝐢𝐞𝐬 𝐓𝐫𝐚𝐧𝐬𝐦𝐢𝐠𝐫𝐚𝐬𝐢 𝟏) 𝘊𝘰𝘷𝘦𝘳 𝘣𝘺 𝘸𝘪𝘥𝘺𝘢𝘸𝘢𝘵𝘪0506 ғᴏʟʟᴏᴡ ᴅᴀʜᴜʟᴜ ᴀᴋᴜɴ ᴘᴏᴛᴀ ɪɴɪ ᴜɴᴛᴜᴋ ᴍᴇɴᴅᴜᴋᴜɴɢ ᴊᴀʟᴀɴɴʏᴀ ᴄᴇʀɪᴛᴀ♥︎ ⚠ �...
2.6M 178K 41
Follow dulu sebelum baca 🥰 BIASAKAN JANGAN BACA SETENGAH SETENGAH, JIKA ADA KEMIRIPAN CERITA DI AWAl MURNI KETIDAK SENGAJAAN. Tamara gadis yang beru...
801K 71.5K 32
Ini adalah kisah seorang wanita karir yang hidup selalu serba kecukupan, Veranzha Angelidya. Vera sudah berumur 28 tahun dan belum menikah, Vera buk...
140K 8.9K 18
Ini dia jadinya kalo gadis bar-bar seperti Joana transmigrasi ke dalam sebuah novel romansa dan menjadi anak perempuan dari protagonis yang digambark...