End And Beginning (Re-write)

By hyptin

511K 58.5K 16.3K

Jimin pikir keputusannya untuk pergi dari Busan, meninggalkan kampung halaman termasuk cinta pertamanya untuk... More

Trailer
Prologue
01. Two People Were Hurt
02 . Crying A Lot
03. Who is to Blame
04. Try To Fixed
05. Unilateral Decision
06. Hidden Trust
07. Rumors
08. A Decision
09. News Paper
10. From a Death Heart
11. Deep Pain
12. The Strongest Side
13. Last Warning to Stop
14. Our Last Memory
15. Life is a Choice
16. Hidden Something
17. Trying To Tell The Truth
18. The End of Us
19. Everything Is Really Over
20. A Fact That Revealed Itself
21. Dear, Broken Heart
22. Uncontrollably
23. Impulse
24. Get To Know
26. Behind The Tragedy
27. When Lose Something Cannot Replace
28. Given All My Feelings Away
29. Destroyed, Destruction

25. Multiplied Shock

7.3K 1.3K 503
By hyptin

Halo, dearest!
Apa kabar kalian hari ini? Aku harap dalam keadaan baik yah.

Maaf baru sempet update lagi. Maaf juga udah buat kalian nunggu lama buat tau kelanjutannya huhu, kemarim sibuk sama packing buku sebelah dan sempet rehat sosial media sejenak •́ ‿ ,•̀

Tapi sekarang aku balik buat nemenin kalian di sini.

Ohiya, mau kasih sedikit info buat dearest semua kalo end and beginning udah ketemu rumah baru. Kemungkinan aku bakal update end and beginning sampai tamat di wp tapi tamat versi wp yah. Untuk detail ending dan bonus chapter bakal tamat di end and beginning versi buku (. ❛ ᴗ ❛.)

Jadi, apa ada yang menunggu kabar baik ini?

Ada yang siap peluk end and beginning?

Hihi ohiya, spesial update untuk merayakan ulang tahun Jimin : selamat ulang tahun, Jim (◍•ᴗ•◍)

***

Melupakan sesuatu yang pernah terjadi rasanya tidak semudah yang dibayangkan. Ada begitu banyak bagian atau komponen hidup yang akan selalu datang memicu, untuk kembali membuat ingatan lama yang perlahan menurun eksistensinya akan kembali naik menjadi bagian teratas ingatan yang akan kembali dimainkan.

Rasanya sama saat kau memilik deretan lagu lama di dalam playlist yang akan menurun eksistensinya saat lagu-lagu baru datang dan menempati deretan atas playlist lagumu. Tetapi tidak menutup kemungkinan, ketika kau menyalakan playlistmu secara random, kemudian lagu lama itu mendadak terputar dan sukses mengirimkan afeksi lama yang pernah kau rasakan saat kali pertama mendengarnya. Barangkali seperti itu rasanya. Ada saat dimana ingatan lalu yang rasanya sudah jauh terkubur perlahan naik ke atas permukaan, mencoba untuk menggali kembali kenangan di masa lampau yang akan selalu sukses mengundang perasaan rindu yang membuncah di dalam dada.

Seolbi mungkin tidak benar-benar pernah melupakan Jimin. Hal itu terlampau sulit untuk dilakukan, jadi, ketika gadis itu perlahan mulai menerima Jungkook di sana, sosok Jimin perlahan menjadi bagian yang begitu ia rindukan. Entah untuk alasan apa, rasanya malam itu Jimin datang kembali ke dalam mimpinya.

Di dalam mimpinya yang gelap, si gadis melihat Jimin menangis tersedu di dalam kegelapan yang pekat, wajahnya yang bersinar perlahan meredup sebelum bayangan itu perlahan menjauh kemudian menghilang. Rasanya mimpi yang sama sudah datang sebanyak hampir lima kali. Bagian terburuk dari itu, Seolbi mungkin akan terjaga kemudian menangis selama beberapa saat karena begitu merindukan sosok pria yang kini hanya dapat ia temui di dalam mimpi.

Rasanya benar-benar sulit. Dadanya sesak dan air matanya sulit untuk dikontrol. Dia mungkin berhasil melarikan diri dari sana, tetapi perasaan rindu iu tentu tidak semudah itu untuk dibawa pergi.

Dia benar-benar merindukan Jimin untuk alasan apapun.

"Hei. Hei," Jungkook berujar pelan ketika berdiri di sisi tempat tidur si gadis. Menekuk kedua lutut dan bertumpu di atas permukaan lantai, si pria kemudian mengusap puncak kepala si gadis, menatap cemas dengan sepasang mata rusa yang diliput cemas saat melanjutkan, "kau baik-baik saja?"

Dia mungkin baik-baik saja. Seolbi tahu bahwa dia baik-baik saja. Hanya, isi kepalanya seperti sedang tidak berada pada tempatnya, terlebih ketika menatap sosok pemuda yang kini sudah duduk di sisi tempat tidurnya dengan seulas senyum tipis, si gadis mau tidak mau merasa begitu bersalah. "Ah, maaf sudah membangunkanmu, Jung."

"Mimpi buruk lagi?"

Seolbi tidak mengerti apakah mimpi yang baru saja ia alami dapat digolongkan ke dalam mimpi yang buruk. Sebab, dia benar-benar merasa begitu buruk ketika melihat Jimin menangis sulit di dalam mimpinya, kemudian sosoknya perlahan mengabur sebelum benar-benar menghilang, tetapi, ketika memikirkan kembali bahwa dia berhasil menatap wajah yang begitu ia rindukan, Seolbi tidak dapat memutuskan dengan mudah bahwa dia baru saja mengalami mimpi buruk. Dia berhasil menemui Jimin, meski hanya melalui mimpi dan di dalam mimpi itu semuanya terasa menyulitkan, Seolbi tahu bahwa rasa rindunya menjadi semakin sulit dikendalikan, apalagi ketika melihat wajah itu di dalam mimpinya lagi malam ini.

Ini sudah hampir dua bulan sejak terakhir kali ia melihat wajah Jimin. Dia benar-benar tidak pernah melihat pria itu kembali bahkan di dalam mimpi di malam-malam sulitnya beberapa waktu yang lalu. Padahal, dia jelas sudah berusaha dengan begitu keras untuk dapat mengingat setiap bagian dari pertemuan terakhir mereka hari itu, ketika Jimin membantunya meninggalkan perasaan sulit. Sekarang rasanya waktu telah benar-benar sukses mengikis seluruh keberadaan pria itu dari dalam hatinya. Jadi, perasaan rindu terdalam itu mendadak menyerang untuk kembali menjadi kenangan yang patut diingat kembali.

Seolbi tahu, kosukuensi yang harus ia jalani bersama Jungkook bahwa ia harus siap kehilangan Jimin. Tapi sayangnya, ia tidak memikirkan bahwa sesulit itu untuk benar-benar melenyapkan Jimin dari dalam relung terdalam hatinya.

Jadi, dia hanya tersenyum simpul dan menarik diri untuk ikut duduk di atas tempat tidur, diikuti Jungkook yang sudah menggeser posisinya lebih dekat.

"Mualnya masih terasa?"

"Sedikit."

Jungkook meraih gelas berisi air di atas nakas samping tempat tidur, memberinya pada Seolbi dan gadis itu menenggak isinya perlahan saat Jungkook tengah sibuk menyisir surai panjangnya, kemudian menyelipkannya di balik telinga dengan lembut.

"Mau kubuatkan teh hangat? Mungkin minum sesuatu yang hangat dapat membantumu lebih tenang." Dia kembali menerima gelas dari tangan Seolbi dan meletakkannya ke atas nakas. Tangan kanannya menyusup perlahan diantara perpotongan leher si gadis, menyentuh pipi lawannya dengan ibu jari, kemudian mengusapnya dengan lembut.

Si gadis awalnya mungkin tidak menjawab. Tetapi ketika merasakan kenyamanan yang absolut ketika jari-jari halus itu mengusap pipinya, Seolbi jadi ingin kembali tertidur dengan hal itu.

"Tidak perlu," ujar Seolbi pelan saat perlahan memejamkan mata, membiarkan setiap hal itu menyerap dengan baik ke dalam relung perasaannya. Jemarinya meraih tangan Jungkook, ikut mengusap punggung tangan si pemuda yang dihiasi beberapa tato, menekannya lebih dalam untuk dapat merasakan hangatnya telapak tangan itu menaungi wajahnya yang dingin dibasahi oleh air mata. "Biarkan seperti ini dulu."

Jungkook tentu tidak keberatan dengan permintaan tersebut. Apalagi ketika melihat punggung si gadis yang duduk di hadapannya perlahan menjadi lebih tenang setelah sebelumnya terlihat begitu gusar, mencoba menghirup oksigen secara rakus, Jungkook kemudian tersenyum, ikut meletakkan tangan yang lain pada belahan pipi si gadis yang lain, membiarkan Seolbi meresapi kehangatan itu lebih lama.

Jika dilihat dengan seksama, tidak hanya Seolbi yang benar-benar kesulitan menjalani waktu yang rasanya berjalan dengan begitu lambat. Jungkook juga merasakan hal yang sama. Hanya saja, apa yang Jungkook rasakan mungkin tidak main-main.

Pesan aneh yang masuk ke dalam ponselnya semakin banyak setiap harinya. Terkadang dia mendapat setidaknya sepuluh pesan dalam sehari, sisanya ribuan panggilan telepon yang mengganggu, juga pesan mengancam yang Jungkook tahu dikirim oleh orang yang sama, meski dia memakai nomor yang berbeda, sebab diblokir olehnya.

Rasanya hidup yang ia jalani benar-benar terasa sangat transparan. Seperti ada kedua mata yang mengintainya sepanjang hari, setiap detik dari berbagai tempat untuk memastikan bahwa dia melakukan hal yang semestinya. Jika tidak, dia akan mendapat pesan ancaman yang isinya sukses membuat Jungkook kehilangan waktu tidur dengan baik.

Hal itu membuat pikirannya terganggu, cepat merasa lelah, dan sedikit sensitif.

"Jika ada yang mencurigakan, langsung hubungi aku." Si gadis mengangguk patuh saat Jungkook mengingatkannya dengan banyak pesan yang rasanya tidak ada habisnya. "Jika ada seseorang yang tidak kau kenal mencoba untuk masuk, segera telepon aku."

Sejujurnya, Seolbi sendiri tidak merasa begitu yakin jika dia bisa menghubungi Jungkook seenaknya dalam keadaan genting sekalipun. Memangnya pria itu dapat selalu bersama ponselnya? Tentu saja tidak. Tetapi demi mengurangi kekhawatiran Jungkook, Seolbi tentu mengangguk. Si gadis sudah bersiap dengan beberapa alat pertahanan diri seadanya juga nomor telepon petugas keamanan apartemen jika sesuatu yang buruk mengetuk pintu, berusaha untuk menerobos masuk.

Gadis itu jelas tahu seberapa khawatir Jungkook padanya. Apalagi setelah menghabiskan begitu banyak malam-malam sulit bersama, terjaga bersama perasaan was-was, Seolbi berpikir barangkali orang yang setiap hari mencoba mengganggu Jungkook dengan pesan-pesan aneh itu mungkin akan datang menemuinya.

Meski begitu, Seolbi sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk jika sewaktu-waktu dihadapkan oleh situasi genting tanpa harus menelepon Jungkook dan membuat situasi semakin kacau.

"Aku akan kembali pukul sepuluh. Jika semuanya berjalan dengan baik, aku mungkin akan kembali lebih cepat. Jadi, terus pastikan pintu tetap terkunci dengan baik."

Tersenyum sejenak, Seolbi kemudian mengangguk. Jungkook yang kini sudah bersiap untuk pergi dengan sepatu yang sudah terpasang pada kedua kaki, kembali menatap gadis itu dengan seksama. Meraih jemari lawannya, menggenggamnya sejenak sebelum mengulas sebuah senyum yang sukses mencairkan kekhawatiran dan Jungkook benar-benar menghilang dari balik pintu bersama satu balon pesan yang masuk ke dalam ponselnya : Wah, kau berhasil meninggalkan gadis itu sendirian, Jung? Apa aku perlu menemaninya sebentar dan sedikit bersenang-senang selama kau pergi?"

Tetapi sayangnya, Jungkook tidak sempat membaca pesan tersebut bahkan sampai ia tenggelam ke dalam kesibukan sepanjang hari.

Sementara itu, Seolbi yang terlihat tenang, kini mungkin merasa sedikit khawatir sebab keheningan yang menyerap dengan rasanya sukses mengirim teror yang absolut. Rasanya seperti ada kedua mata yang menatapmu dari sudut-sudut ruangan, mencoba menemukan sebuah peluang baik untuk memberi kejutan padanya.

Si gadis barangkali sudah puluhan kali mondar-mandir di depan pintu apartemen. Mengintip kecil dari balik lubang pintu untuk melihat apakah ada sesuatu yang mencurigakan mencoba untuk masuk. Sayangnya, tidak ada apapun di luar sana selain suara langkah kaki yang datang dan pergi di sekitar koridor.

Sekarang hampir pukul dua belas. Jungkook sama sekali belum pulang dan dia sama sekali tidak bisa menghubunginya. Ada banyak panggilan tidak terjawab dan Seolbi masih menatap gusar ke arah pintu depan apartemen seraya menggigiti kuku ibu jari karena gugup, sementara dia masih mencoba untuk menghubungi Jungkook.

Berhenti bersikap seperti ini, Seolbi. Kau hanya sedikit cemas. Jangan berlebihan.

Dia mungkin sudah mengatakan hal tersebut sebanyak hampir ribuan kali di dalam hati. Tetapi sayangnya tidak memberikan efek apapun selain rasa cemas yang kian meningkat.

Jika saja pesan-pesan yang Jungkook terima terdengar biasa (meski mungkin masih sedikit terselip ancaman), Seolbi barangkali sudah terlelap sejak tadi. Tetapi sayangnya, sejak pesan pertama yang pria itu terima berisi ancaman yang aneh disertai ungkapan peristiwa yang mendetail, rasa-rasanya seluruh tempat di dalam apartemen menjadi tidak aman lagi. Seolbi bahkan cemas walau hanya berbicara dengan Jungkook, sebab setelahnya, akan ada pesan ancaman baru yang masuk ke dalam ponsel Jungkook.

Barangkali beberapa bulan ini Jungkook sukses memberikan perlindungan ekstra padanya, pulang lebih awal dan menetap di sana lebih lama, hari ini rasanya berbeda. Pria itu sudah pergi untuk sebuah jadwal penting di awal hari dan belum kembali meski waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Sesuatu yang terkesan biasa, tetapi ada sebuah ultimatum keras yang mendadak merayap ke dalam sanubari, membuat ia merasa cemas, bingung, juga ketakutan tak berarti.

Seolbi tidak melakukan apa-apa sejak tadi. Ia membiarkan senyap merampas seisi ruang. Ia tidak berharap sesuatu yang lebih baik dari kembalinya Jungkook, tidak. Apalagi ketika suara panggilan yang berakhir digantikan suara madu si pria yang terdengar lelah bercampur khawatir. "Hei, Bi. Ada apa? Kau baik-baik saja?."

Seolbi tahu mungkin dia menelepon di saat yang tepat, hanya saja, ketika panggilannya sukses dijawab oleh si Jeon di seberang sana, suara gedoran pintu yang cukup kuat dan terkesan mengancam untuk masuk sukses membuat gadis itu memekik dan sukses menjatuhkan ponselnya ke atas lantai.

Jantungnya berdegub cepat, Seolbi kesulitan bernapas, ada setitik keringat mengalir melewati wajah pucatnya, tubuh gemetar─paranoid meningkat.

Dia diam dengan kerongkongan yang kering. Rasanya dia siap memuntahkan jantungnya kapan saja akibat terkejut ketika sekali lagi ketukan keras terasa nyaris menghancurkan pintu.

Si gadis mungkin tidak melakukan apa-apa ketika melangkah pelan ke arah pintu depan yang sesekali berbunyi sangat keras dan membuat langkahnya tersendat. Ia masih mencoba memberanikan diri, meski teror menghiasi wajah, mencoba mendekati pintu, terkejut sekali lagi akibat ketukan gila yang sekali lagi terdengar, sebelum akhirnya menenggak saliva dengan sulit, meremat jemari sendiri hingga buku-buku jari memutih saat perlahan mengintip dari balik lubang pintu untuk melihat teror seperti apa yang menunggu di depan sana, bersiap untuk memberikan kejutan istimewa untuknya.

Seolbi tidak main-main ketika mengatakan bahwa seseorang di balik pintu terkesan memberikan kejutan istimewa untuknya, sebab, ketika ia berhasil mengintip dari lubang sempit di depan pintu, gadis itu benar-benar sukses terperanjat ketika mendapati sosok Jimin yang tengah berdiri di depan pintu bersama wajah yang basah oleh air mata.

Pria itu berdiri dengan setumpuk beban menyerang puncak kepala. Ia menangis dengan sulit, sesekali mengusap air matanya yang jatuh tak tertahankan dengan ujung kaus berlengan panjangnya, berusaha untuk mengeluarkan suara tetapi selalu gagal dan hanya berhasil mengetuk pintu dengan separuh kekuatan yang ia miliki. Apalagi ketika Seolbi berhasil membuka pintu dengan hati-hati, mendapati Jimin yang tersenyum menyakitkan, tetapi gagal dan yang terdengar hanya rintihan tertahan saat kedua netranya sukses menatap gadis manis yang sungguh ia rindukan. Rasanya benar-benar melegakan dapat melihat wajah itu lagi, tetapi, tetap saja rasanya menyakitkan.

Jimin menggenggam jemari sendiri, merasa takut setengah mati. Sesekali mengusap air matanya ketika berusaha dengan sulit untuk mengucapkan sepatah kata. Seperti ini Jimin kembali bertemu dengan gadis itu dan menemukannya dari setiap kepingan rindu yang melebur, melewati waktu yang menyakitkan. "A-aku tidak tahu mengapa kakiku datang ke tempat ini. Aku─" mengusap wajahnya sekali lagi dengan punggung tangan, Jimin berhasil menumpahkan seluruh perasaannya detik itu saat mencoba melanjutkan dengan sulit, "benar-benar merindukanmu." Menarik napas dengan sulit bersama napas yang hampir habis, ia menghela bersama rintihan kecil yang menyakitkan. Jimin jatuh tertunduk bersama tangisnya yang pecah.

Rasanya waktu berhenti detik itu. Seolbi tidak tahu harus mengatakan apalagi saat melihat Jimin bernapas dengan sulit, jadi, dalam detik yang cepat, gadis itu sukses melingkarkan kedua tangan diantara perpotongan pinggang si pria, menenggelamkan wajahnya pada dada Jimin, mendengarkan detak jantung pria itu yang berdegub cepat, kemudian menumpahkan air mata dengan sulit ketika merasakan kedua tangan hangat itu melingkar memeluk punggungnya dengan erat. Sangat erat. Sampai keduanya tenggelam ke dalam lautan air mata juga kerinduan yang sulit. Jimin sendiri tidak menyesal─sama sekali tidak meski dikejauhan sana, di ujung koridor yang lenggang, ada seseorang yang menemukan mereka berdua. Berdiri sulit dengan perasaan campur aduk tak menentu. Memilih berbalik, tak kuasa menatap sembilu kisah pilu yang menyulitkan.

Kejutan. Benar-benar kejutan berlipat. Jungkook tidak berpikir bahwa segala sesuatunya akan sesulit ini untuk dilalui. Dia hanya berpikir bahwa mereka sudah melaluinya dengan baik. Tetapi rupanya masih ada banyak hati yang belum siap untuk berhenti dan mencoba terlepas.

Jadi, apa yang harus dilakukan sekarang? <>



a.n

halo dearest!
mau tanya dong. kalo kalian di posisi salah satu dari mereka bertiga sekarang, kalian memilih ambil keputusan apa dan apa yang harus kalian lakukan?

see you next chapter ya! ♡

Continue Reading

You'll Also Like

145K 25K 28
Semua orang pasti memiliki idola di hidup mereka, sama halnya dengan Lalisa yang begitu mengidolakan penyanyi asal Korea Selatan bernama Jennie. Sepe...
431K 29K 33
Delissa Lois adalah seorang gadis cantik yang terkenal barbar, suka mencari perhatian para abang kelas, centil, dan orangnya kepo. tapi meskipun begi...
1.1M 99.1K 56
Ziel adalah candu. Tawanya Candanya Aroma tubuhnya Senyum manisnya Suara merajuknya dan Umpatannya. . . . "Ngeri bang." - Ziel "Wake up, Zainka."...
149K 1.5K 13
MINOR DNI !! ini boypussy atau gs yaww, so kalau kalian mau cari yang bxb di book sebelah bukan ini. area treasure [trejo] bisa request di kolom kom...