Miss Trouble vs Mr Genius (En...

AllyParker8 द्वारा

159K 10.5K 1.4K

Damar pasti sudah gila. Tidak. Kakaknya yang pasti sudah gila. Ah, tidak. Lebih tepatnya, kakak-kakaknya. Pri... अधिक

Intro
Bab 1 - Gadis Pembuat Masalah
Bab 2 - Janji yang Terlanjur Terucap
Bab 3 - Terseret dalam Masalah
Bab 4 - Tenggelam dalam Masalah
Bab 5 - Misi Menyebalkan
Bab 6 - Gadis yang Terlalu Mengesalkan
Bab 7 - Lagi, Hukuman
Bab 8 - Clean After the Trouble
Bab 9 - Enough!
Bab 10 - Guilty
Bab 11 - Truth Behind
Bab 12 - To Hold You
Bab 13 - Dear, Heart
Bab 14 - Denial
Bab 16 - Worried to Death
Bab 17 - Realize
Bab 18 - Because of You
Bab 19 - A Better Life
Bab 20 - Dream

Bab 15 - Getting Away

5.6K 456 56
AllyParker8 द्वारा

"Kalau aku ngelanjutin impian kakakmu, dia nggak bakal jadi kakak yang bodoh lagi kan, buat kamu?"

Damar menggeleng, berusaha mengusir bayangan Anna yang sejak kemarin sore terus menghantuinya. Bahkan semalam pun, gadis itu muncul dalam mimpi Damar. Benar-benar mimpi terburuk sepanjang tujuh belas tahun hidupnya.

Berusaha fokus dengan tugas Matematika, Damar kembali melanjutkan menghitung rumus yang sudah ia tulis. Biasanya, dia akan menyelesaikan tugas seperti ini lebih cepat dari siapa pun di kelasnya, tapi kali ini, ia menyelesaikannya bersamaan dengan teman-temannya.

Damar lantas membawa buku tugasnya ke depan kelas untuk dikoreksi. Ia berusaha untuk menepikan pikiran akan Anna ketika melihat gurunya mengoreksi. Damar mengerutkan kening dalam ketika jawaban pertamanya salah. Tidak mungkin.

Belum cukup dengan itu, ia juga memberikan jawaban yang salah untuk soal nomor dua dan tiga. Di soal nomor empat, gurunya berkata,

"Ini rumusmu sudah benar tapi kamu salah masukin angkanya, Damar. Kamu pasti nggak fokus ngerjainnya ini."

Damar mengerang dalam hati. Dari lima soal, dia hanya mendapat nomor terkhir yang benar. Gurunya menatapnya bingung, bahkan beberapa murid yang juga menunggu koreksi di sebelahnya sampai terkesiap kaget.

"Kamu nggak enak badan, Mar?" tanya gurunya.

Damar menggeleng. "Maaf, Bu. Saya nggak bisa konsen waktu ngerjain tadi."

Gurunya mengembalikan buku tugasnya. "Jangan sampai kamu buat kesalahan kayak gini waktu ujian. Ibu berharap banyak sama nilai ujianmu nanti."

Damar mengangguk, lalu kembali ke bangku dengan tangan menggenggam erat buku tugas.

Apa-apaan ini? Memalukan. Mengecewakan. Menyedihkan.

Dan ini gara-gara gadis pembuat masalah itu.

***

Entah kenapa, ketika melihat Damar, mendadak jantung Anna berdegup lebih cepat. Anna bangkit dari duduknya di tembok pendek pelataran parkir, tanpa sadar tersenyum. Ia segera melenyapkan senyumnya melihat Damar yang tampaknya tidak sedang dalam suasana hati yang baik.

Hati-hati ia bertanya, "Kamu kenapa?"

Damar tak menjawab. Ia mengeluarkan sepeda dari tempat parkir dengan kasar. Bahkan ketika menyuruh Anna naik, ia juga melakukannya dengan dingin. Apa Anna membuat kesalahan?

Anna berkali-kali menoleh untuk menatap Damar sepanjang jalan. Bingung dan penasaran.

Berusaha memecah suasana dingin di antara mereka, Anna bertanya,

"Nanti sore, kamu ngajarin aku naik sepeda lagi?"

"Nggak." Damar tak menatapnya. "Dan nggak akan pernah lagi."

Anna mengernyit. "Kenapa?"

Terdengar desahan berat Damar sebelum ia menjawab,

"Nanti sore aku ke rumahmu."

Anna reflek tersenyum mendengarnya.

"Oke!" sahutnya riang. "Tapi, kamu beneran lagi ada masalah, ya? Sama temen sekelas? Sama siapa? Karena apa?"

Alih-alih menjawab pertanyaan Anna, Damar malah balik bertanya,

"Kamu beneran pengen jadi webtoonist kayak Kak Dera?"

"Udah enggak," balas Anna. "Aku kan udah bilang, aku bakal ngelanjutin impiannya kakakmu. Tapi nanti mau belajar ngarang cerita dari Kak Dera."

"Pelajaran mengarang itu udah ada bahkan pas kita masih SD. Masa kamu nggak bisa?" dengus Damar meledek.

Anna mendesis kesal. "Awas aja, ntar. Aku pasti bakal jadi novelis yang keren dan bikin kamu iri."

Damar tersenyum. Dan saat itu, lagi-lagi jantung Anna berdegup lebih cepat. Ia segera memalingkan wajah ke depan.

Bagaimana ini? Kemarin ia berniat membuat Damar kesal karena kata-kata Marina. Meski itu hanya bertahan sampai Damar mengajaknya ke makam kakaknya. Namun, kali ini, Anna tak bisa untuk tidak cemas.

Kata-kata Marina itu ... tidak benar, kan?

Jika Anna memang menyukai Damar, apa yang harus dia lakukan? Lebih dari siapa pun Anna tahu, tak mungkin Damar menyukainya. Terlebih, setelah apa yang Anna lakukan padanya. Bahkan mungkin, saat ini dia pasti membenci Anna.

Meski dalam hati, Anna berharap pikirannya ini salah.

***

Damar merasakan perutnya bergolak saat ia melihat Anna sore itu. Gadis itu mengenakan kaos santai warna pink dan jeans tiga perempat. Rambutnya diikat di belakang, tapi beberapa helai jatuh di sekitar lehernya.

Gadis itu tersenyum ketika menghampiri Damar dengan sepedanya. Damar membukakan gerbang untuknya, menutupnya lagi setelah gadis itu keluar. Setelahnya, tanpa menatap Anna, Damar lebih dulu mengayuh sepedanya ke arah lapangan. Meski begitu, ketika melihat Anna menuntun sepedanya dari kejauhan, Damar berjalan menghampiri gadis itu, menggantikan Anna menuntun sepeda.

Sore itu, Anna belajar lebih keras dari biasanya. Setelah berkali-kali hampir jatuh, Anna akhirnya mulai bisa menyeimbangkan tubuhnya, meski dia masih terus berhenti setiap tiga atau empat meter. Kali ini, tak seperti sebelumnya, di mana Damar hanya melepas sebentar-sebentar, Damar melepaskan pegangan di sepeda Anna cukup lama.

Anna bisa melaju dengan aman melewati jarak empat meter, lalu seorang anak berlari di depannya membuat Anna berteriak panik dan berbelok begitu saja. Saat itu juga, Anna kehilangan keseimbangan dan jatuh dengan keras. Damar berlari menghampirinya, memindahkan sepeda yang jatuh menimpanya.

"Kamu nggak megangin aku, ya?!" kesal Anna.

Damar tak menjawab dan menarik lengan gadis itu, mengecek sikunya. Damar mengernyit melihat luka lecet di sana. Anna menggunakan sikunya untuk menahan beban tubuh ketika jatuh tadi.

"Aku nggak pa-pa." Anna berusaha menarik tangannya dari pegangan Damar.

"Sikumu luka," balas Damar.

Anna memutar lengan untuk mengecek sikunya.

"Salahmu, nih!" Anna menatap Damar kesal.

Damar meringis. "Ayo pulang. Aku obatin lukamu sekalian."

Anna mendecak kesal, tapi gadis itu berdiri. Ia sudah akan mengambil sepedanya, tapi Damar menahannya.

"Aku aja."

Anna tampak merengut kesal.

"Ayo, pulang," ajak Damar.

Tatapan Anna lantas tertuju pada sepeda Damar.

"Nanti aku balik lagi ambil sepedaku," ia berkata.

Anna melengos. "Terserah!"

Damar menghela napas. "Maaf, karena tadi aku nggak megangin kamu."

Anna meliriknya. "Terserah."

Gadis itu berjalan lebih dulu meninggalkan lapangan, tapi ia menunggu Damar di luar lapangan. Dalam diam, mereka berjalan menuju rumah Dhika.

"Kamu nggak lagi balas dendam gara-gara kemaren aku bikin ban sepedamu bocor, kan?" tiba-tiba Anna berujar.

Damar menatap gadis itu. "Kamu sengaja ngelakuin itu, kan? Kenapa? Kamu marah sama aku? Atau, kamu cuma iseng aja mau buat aku marah?"

"Kamu ... marah?" tanya Anna hati-hati.

Damar tak menjawab.

"Kemaren aku akuin emang agak kesel sama kamu. Waktu pagi itu, pas aku tanya apa kamu bakal tetep ngelindungin aku meski aku bukan adiknya kakakku, kamu bilang, kamu mungkin nggak bakal peduli," ungkap Anna. "Tapi, yah ... aku nggak peduli, sih. Emangnya aku minta kamu ngelindungin aku? Huh!"

Damar tak dapat menahan senyum geli mendengarnya.

"Tapi tadi ... pas kita pulang sekolah," ucap Anna lagi, "kamu nggak marah gara-gara aku, kan?"

Damar berusaha menjaga ekspresinya tetap datar.

"Aku bahkan nggak buat masalah apa pun hari ini tadi," Anna membela diri.

"Jangan ge-er. Emangnya, masalahku tuh cuma kamu aja?" Damar membalas.

Menanggapi jawaban Damar, Anna tersenyum. Seketika, jantung Damar tersentak, sebelum berdegup kencang.

Anna menoleh padanya, masih tersenyum. "Aku nggak kaget kalau kamu juga punya masalah sama temen-temenmu. Mereka pasti pada bilang kalau kamu tuh dingin, sombong dan nggak punya perasaan, kan?"

Damar tak mengerti, kenapa ia bahkan tak bisa marah akan tuduhan gadis itu. Namun, satu hal yang pasti, di bawah langit senja itu, Damar seolah bisa mendengar degup jantungnya sendiri.

Ini ... apa?

***

"Makan malam di rumah Kak Prita? Sekarang?" Anna menatap Dera heran. "Kenapa?"

"Kak Arman ke sini," beritahu Dera.

"Berarti Kak Evelyn juga ke sini?" Anna seketika antusias. Pasalnya, di hari kepulangan Dhika dan Dera dari liburannya, ketika Anna mengurung diri di kamar dan menangis dari sore, kehadiran Evelyn yang membuatnya merasa lebih baik.

Di tengah tidurnya, ketika merasakan seseorang mengusap kepalanya, Anna terbangun, tapi ia tak membuka mata. Saat itulah, ia mendengar suara Evelyn. Wanita itu bahkan menyelimutinya. Jika bukan karena Evelyn, besok paginya Anna pasti sudah akan menjambak rambut Damar sampai rontok semua saking marahnya.

"Kak Evelyn nggak ikut. Kak Arman juga cuma mampir sebentar, soalnya ada urusan pekerjaan di sini," ungkap Dera.

"Ah ..." Anna tak bisa menyembunyikan kecewanya.

"Kamu suka banget sama Kak Evelyn, ya?" tebak Dera.

Anna meringis. "Kak Evelyn tuh cantik, baik pula. Kenapa orang-orang sebaik Kak Evelyn, Kak Prita sama Kak Dera bisa ada di sekitar Damar? Beruntung banget dia."

Dera tertawa. "Sekarang, kamu juga ada di posisi yang sama ama Damar. Bahkan, kamu dapat bonus kakak-kakaknya Kak Dera."

Anna mengerang. "Kak Dera dulu pasti frustasi banget gara-gara mereka, ya?"

Dera tergelak, mengangguk. "Buruan siap-siap. Kakak tunggu di bawah."

"Oh, Kak Dera duluan aja," ucap Anna. "Anna mau nyiapin buku juga. Ada tugas Fisika buat besok dan Anna mau sekalian tanya ke Damar."

Dera tampak terkejut, tapi kemudian ia tersenyum dan mengangguk.

Sepeninggal Dera, Anna segera mencari buku Fisika, juga buku Matematika. Setelahnya, barulah ia berganti pakaian. Ia sudah akan berangkat ketika ponselnya berbunyi. Telepon masuk dari Nindi.

"Giannara!" seru Nindi riang dari seberang.

"Duh, nggak usah pake teriak-teriak bisa nggak? Langsung di kuping, nih," omel Anna.

Nindi terkekeh. "Sori, sori. Aku lagi seneng soalnya besok kan kita mau jalan."

Anna mendengus geli. "Dasar."

Selama beberapa saat, Nindi terus mengoceh di telepon, memberitahukan rencana besok. Di akhir ocehannya, Anna membalas,

"Iya, iya, besok terserah deh, kamu mau ngapain aja. Sekarang, aku tutup dulu, ya. Sibuk, nih."

"Sibuk ngapain?" heran Nindi.

"Mau ngerjain tugas." Anna menyambar buku-bukunya.

"What?! Kamu seriusan mau ngerjain tugas, Ann?!"

Anna sampai harus menjauhkan telepon karena suara Nindi yang memekakkan. Tanpa menjawab Nindi, Anna memutus sambungan telepon.

Tak ingin membuat Dera dan yang lain menunggu, Anna bergegas turun. Tak lupa ia mengunci pintu sebelum melangkah riang menuju rumah Damar. Ketika Anna tiba di rumah Damar, di ruang tamu tak ada siapa pun. Lalu, ia mendengar suara percakapan dari ruang makan.

Suara Damar.

"Damar nggak bisa lagi jagain Anna di sekolah."

Anna mematung di tempat.

"Tapi, Mar ..."

"Kak Prita nggak tau sih, betapa bermasalahnya Anna," adu Damar.

Anna mengernyit. Apa Damar akan memberitahukan semuanya pada orang-orang?

"Kak Dhika juga tau itu," Dhika berbicara, sama sekali tak berusaha membela Anna.

"Kenapa kamu mendadak mau berhenti?" Itu suara Arman.

"Karena Damar rasanya nyaris gila harus ngeberesin semua masalah dia."

Cukup. Tak ingin mendengar lebih jauh lagi, Anna berbalik dan segera meninggalkan rumah itu tanpa suara. Sepanjang jalan, dipeluknya erat buku-buku yang dibawanya.

Apa Damar sebenci itu padanya? Anna bahkan tak lagi mengeluhkan alasan laki-laki itu membantunya, melindunginya. Tak masalah, meskipun Dhikalah alasannya. Ia juga tahu jika Damar tidak menyukainya. Namun, sampai ia mengatakan itu pada orang-orang itu ... seberapa besar kebenciannya pada Anna?

Apakah lagi-lagi, Anna akan ditinggalkan?

Tidak. Itu tidak akan terjadi. Sebelum Damar pergi, Anna akan pergi lebih dulu.

***

Note:

Dear Beloved Readers,

Makasih banget buat dukungan kalian buat cerita ini. Makasih juga udah download ebook-nya dan pesen novelnya. :)

Buat yang udah nggak sabar buat baca cerita ini sampai end, bisa download full version ebook-nya di google play book (link di profil author). Di full version nanti ada ekstra 10 bab termasuk epilog kelima couple dari Just Be You, Marry Me or Be My Wife dan Miss Trouble.

Dan ada cerita baru Author di google play book, judulnya Stalking Mr Boss (5.000). Semoga kalian juga suka.. :)

Sekali lagi, terima kasih banyak atas cinta dan dukungan kalian. :)

Love,

Ally Jane

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

381K 31 1
⚠️ TRIGGER WARNING ⚠️ ⚠️🔞 Mengandung SARA🔞⚠️ Diharapkan pembaca dapat lebih dewasa memahami makna yang terselip dalam cerita. Cerita ini murni has...
2.7M 65K 39
Surat wasiat yang ditinggalkan ibu angkatnya benar-benar diluar batas nalarnya. Lingga Andum harus menikahi lelaki pilihan ibunya, Dimas Prasetya yan...
MARSELANA kiaa द्वारा

किशोर उपन्यास

1.7M 60.6K 27
Tinggal satu atap dengan anak tunggal dari majikan kedua orang tuanya membuat Alana seperti terbunuh setiap hari karena mulut pedas serta kelakuan ba...
142K 12.7K 35
Awan Cakrawala, 26 tahun, lulusan sarjana, pengangguran, tinggal di kamar kos dan bertahan hidup dengan belas kasihan teman-teman atau wanita yang me...