DARKA (Update kembali)

By khairanihasan

21.3M 1.1M 107K

#1 in teenfiction 10.6.2017 [TELAH TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA] "Mulai sekarang lo jadi pacar gue... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31a
31b
32
33 a
33b
34
35
37
38
39a
39b
40a
40b
41
42
43a
43b
44a
44b
45
46a
46b
46c
47
48
49

36

331K 24.4K 1.6K
By khairanihasan

Chinta, gadis itu baru saja keluar dari ruang guru dengan membawa lembaran kertas di tangannya. Tidak seperti biasa wajahnya sangat muram seperti sedang banyak pikiran.

Chinta terus berjalan menyusuri koridor menuju kelasnya. Tapi terpaksa berhenti karena menyadari Darka sedang berjalan ke arahnya. Mungkin, Darka akan pergi ke ruang guru.

"Hai Bawel," sapa Darka, yang sudah berada di samping Chinta.

Chinta berbalik menghadap Darka. "Hai." Ucap Chinta tidak bersemangat.

Mood gadis itu sedang buruk sekarang. Matanya sangat sayu, seperti orang yang tidak bersemangat.

"Dari mana?" tanya Darka. melirik sekilas kertas di genggamanan Chinta.

"Ruang guru?" tebak Darka.

Chinta mengangguk.

"Apa tuh? Coba gue liat." Darka ingin merebut kertas Chinta, tapi sayang tangannya ditepis Chinta.

"Cuma tugas dari Bu Bety kok." Sela Chinta. Karena Darka menatap curiga kepadanya.

"Lo mau ke ruang guru? Ngapain?" tanya Chinta.

"Buat masalah lagi ya?" Tebak Chinta.

"Buruk banget sih pikirannya," Darka mengusap lembut rambut Chinta. "Gue dipanggil Pak Hendri, biasa masalah OSIS."

Chinta mengangguk.

"Lo kenapa sih?" tanya Darka yang baru menyadari wajah Chinta sangat muram. Tidak seperti biasanya.

Chinta menggeleng. Darka makin penasaran, tapi mencoba mengabaikannya, dia tidak ingin memaksa Chinta untuk mengatakan apa masalahnya.

"Pose temui gue di kantin ya!" suruh Darka.

"Ngapain?"

"Makanlah, gue masih waras! Jadi enggak mungkin gue ajak lo baca buku bareng di kantin." Darka mencoba membuat Chinta tersenyum. Tapi sia-sia karena itu tidak berefek apapun.

"Gue enggak laper," elak Chinta.

Darka menaikkan alisnya.

"Yaudah temeni gue aja."

"Gue nggak mau."

"Apaan! Lo pikir gue mau tau!" emosi Darka terpancing.

Chinta tidak memperdulikan Darka, dia malah berjalan menjauh.

Darka menghela napas kasar, mencoba sedikit tenang. Lalu mengejar Chinta.

Darka menarik lengan Chinta. Membuat mereka saling bertatapan. "Lo kenapa sih?"

"Lagi PMS, gue ngeri tau nggak." Seru Darka. chinta tidak menjawab, dia hanya menatap Darka. membuat Darka melepaskan genggamannya.

"Lagi ada masalah?" tanya Darka lembut.

Lagi Chinta tidak menjawab pertanyaan Darka. Darka berdecak frustasi, dengan tangan yang bertopang pada pinggangnya.

Mereka saling terdiam beberapa saat, selanjutnya mata Chinta memerah, dia menangis sekarang. Membuat Darka semakin bingung.

"Loh kok malah nangis sih?"

Tangisan Chinta semakin menjadi-jadi.

"Lo marah sama gue? Karena gue paksa ke kantin?"

Chinta menggeleng.

"Bu Bety ngasih lo tugas terlalu banyak?"

Lagi. Chinta menggeleng.

"Terus apa?"

"Orang lain? Siapa? Biar gue hajar tu anak."

Chinta malah semakin menangis.

Darka mengacak rambutnya frustasi. Menghela nafas, lalu menatap Chinta.

"Jangan nangis lagi dong." Bujuk Darka. "Gue enggak bisa peluk lo, kita masih di sekolah."

Chinta menatap Darka dengan tatapan aneh. Tatapan yang selalu Darka lihat setiap kali dulu dia menyakiti Chinta dengan kata-katanya. Tapi kali dia tidak tahu apa yang membuat Chinta menatapnya seperti itu, yang dia ingat! Dia tidak melakukan apa pun sekarang.

Perlahan Chinta menghapus air matanya. Itu membuat Darka sedikit lega.

"Lo kenapa sih?" tanya Darka lagi.

Chinta tidak menangis lagi. Tapi matanya masih sembab.

Chinta menggeleng.
"Jangan ditanya! Pokoknya gue benci hari ini." jawab Chinta langsung meninggalkan Darka.

Darka semakin bingung, tapi dia tidak mengejar Chinta. Membiarkan Chinta, mungkin yang terbaik sekarang.

Gadis PMS sangat menakutkan. Pikirnya.

***




Menunggu jam pulang sekolah.

Mood Chinta, mempengaruhi gadis itu untuk mengerjai tugas. Jika teman-temannya sedang mengerjakan tugas yang diberikan Bu Vina. Lain halnya dengan Chinta, gadis itu malah memainkan ponselnya. Tidak memperdulikan tugas yang diberikan Bu Vina.

Di kelas XI IPA3

Darka sedang bersandar di bangku dengan santainya. Dia juga sedang berkutak dengan ponselnya. Tidak beda dengan yang dilakukan ke tiga temannya.

Darka masih memikirkan apa yang terjadi pada Chinta, gadis itu sangat aneh hari ini. Membuat Darka bingung harus melakukan apa.

Darka membuka aplikasi BBM nya. Tidak ada kerjaan itulah yang tergambar pada Darka sekarang, cowok itu mungkin sedang kepo, sampai membaca status-status temannya di pemberitahuan BBM.

Terkejut! Baru saja Darka melihat Chinta memperbarui statusnya. Ini hari bersejarah dimana Chinta si cewek pintar, bermain ponsel saat jam pelajaran. Mungkin satu sekolahan harus melingkari tanggal hari ini.

You know? I try, dont care. But I can not!!!

"Ni anak kenapa sih," desis Darka pelan.

Darka ingin membalas. Tapi Chinta mengubah statusnya lagi.

I want to run now....

Darka semakin tidak mengerti. Dia Ingin tahu apa yang terjadi pada Chinta. Tapi Darka yakin Chinta tidak akan mengatakannya. Jadi dia putuskan mengirimkan pesan lain saja.

Darka: mau lari kmn? Sini abang Darka temeni.

Darka tau mood Chinta sedang jelek. Makanya dia mengganggunya.

Beberapa detik bahkan semenit Darka tidak mendapat balasan dari Chinta. Padahal pesannya telah di read.

Darka: cuma dibaca doang nih crtanya.

Chinta: gue mau bljr jgn ganggu!!!

Mata Darka membulat.

"Dasar cewek, dibaikin guenya yang dijutekin." umpat Darka sedikit keras membuat Dani, Bima dan Vino melirik.

"Kenapa lo?" Vino penasaran.

Darka mendengus kesal masih dengan pikirannya.

"Dih si tai, Kesambet setan." Dani ikut campur.

"Bel, bel, bel bunyi bel please!!!" celoteh Darka. Tidak menyadari ketiga temannya sedang menatap aneh ke arahnya sekarang.

"Beneran kesambet kan Vin." tunjuk Dani pada Vino.

"Ke cirit lo Dar?" tebak Vino. "Pantes bau." Celoteh Vino lagi, menutup hidungnya. Membuat Bima dan Dani tertawa.

Lantas Darka langsung melempar bukunya ke arah Vino, tepat mengenai wajahnya.

"Sial tu muka." Celoteh Dani.

"Makin jelek lo Dah Vin." Bima ikut campur.

"Udah jelek dari sononya juga." Ketus Darka.

Kesal diledek temannya, Vino membalas melempari Darka lagi. Tapi sayang bel pulang berbunyi. Membuat semua anak membereskan buku mereka termasuk Darka yang terburu-buru ingin meninggalkan kelas.

"Asem banget tuh bel." Kesal Vino.

"Dar, habis ini rapatkan?" tanya Bima melihat Darka masih sibuk membereskan bukunya.

"Diundur aja, gue enggak bisa hari ini." Ucap Darka tenang tanpa melihat Bima.

"Sinting ya lo. Gimana bisa diundur gitu aja."

"Kalau lo mau. Lo aja sono yang handel."

"Gila yang ketua OSIS si apa sih?" tanya Bima kesal melihat kelakuan Darka yang dengan seenaknya mengundur rapat.

"Urusan gue lebih penting dari rapat itu, ini urusan hati." Jawab Darka santai.

"Urusan cewek Dar?" tanya Dani ikut campur. Darka menggangguk.

"Anjrit banget bahasa lo Dar, masa pacaran lebih utama dari rapat OSIS." Vino ikut-ikutan kesal.

Tampaknya Bima masih kesal dengan perkataan Darka, sekarang dia memilih diam melihat ketiga temannya beradu mulut.

"Cewek gue lagi aneh hari ini. Makin aneh kalau gue nggak ada di pakiran sekarang." Ucap Darka santai, berlalu meninggalkan temannya. Yang hanya menggeleng tidak habis pikir dengan jalan pikiran Darka.

***

Tebakan Darka benar. Dia Cuma telat 5 menit sampai di pakiran, dan Chinta sudah berada di halte depan sekolah dengan Indah. Indah baru saja di jemput supirnya. Jadilah Chinta menunggu angkutan umum sendirian di sana. Untungnya tidak ada satupun angkutan umum yang lewat, jadi Darka masih memiliki waktu untuk menghampiri Chinta di sana.

"Lo ngapain sih?" tanya Darka sudah berada di samping Chinta membuat cewek itu berbalik menatapnya.

"Loh, lo nggak rapat?" Chinta bertanya balik.

"Gue undur." Sahut Darka santai.

"Diundur, jangan yang aneh-aneh deh Darka. Lo nggak bisa ngunduri rapat yang udah ada jadwalnya." Chinta mulai berceramah.

Darka menatap Chinta dengan santainya. "Ceramahnya nanti aja, sekarang kita ke pakiran." Darka menggenggam tangan Chinta erat, terus menariknya lembut menuju pakiran.

"Sekarang bilang ke gue. Lo kenapa? Lagi ada masalah?" tanya Darka saat mereka sudah di pakiran.

Chinta menggeleng. "Lo yang ada masalah, kenapa rapat tiba-tiba diundur? Kasian anggota OSIS yang lain pasti lagi nungguin lo."

Darka berdecak sebal. Karena Chinta mengalihkan pembicaraan.

"Gue lagi nggak bahas itu,"

"Tapi gue mau bahas itu." ketus Chinta tidak mau kalah.

Darka tahu mood gadis itu lagi buruk, sehingga keras kepalanya bertambah satu tingkatan lagi. Tapi Darka terlalu penasaran apa yang terjadi pada gadis di depannya itu. Makanya dia memaksa Chinta mengatakannya.

"Yang itu nggak penting."

"Penting, bahkan sangat penting." Elak Chinta.

"Jadi ketua OSIS nggak main-main Dar, banyak anggota lo di sana, lo nggak bisa ikutin kemauan lo aja. Ini tentang sekolah, semua rapat OSIS karena kepentingan sekolah, lo nggak bisa ngundurin gitu aja."

Lagi Darka berdecak, mungkin dia yang harus mengalah sekarang. Kalau tidak mereka bisa berantam.

"Gue undur, karena lo!" jawab Darka akhirnya. Chinta malah menatap tidak suka ke arahnya. Membuat Darka bertambah bingung.

"Bisa kasih alasan yang bermutu dikit nggak, karena gue!" tunjuk Chinta pada dirinya sendiri. "Itu alasan yang paling aneh Darka."

"Yang aneh itu elo, bukan gue. Siapa yang tadi pagi tiba-tiba nangis, siapa yang mukanya muram kayak lagi banyak masalah?" tanya Darka menyudutkan Chinta.

Chinta diam tidak membalas perkataan Darka. Bahkan dia enggan menatap Darka sekarang.

"Gue Cuma mau tau, lo itu kenapa? Kalau lagi ada masalah bilang, susah ngomong itu doang." Ucap Darka beruntun.

"Enggak ada. Gue udah bilang enggak ada dari tadi pagi kan, apalagi yang harus gue bilang." Sahut Chinta dengan suara parau, menahan tangis. Membuat Darka semakin bingung.

Entah apa yang terjadi pada Chinta sekarang. Darka cukup frustasi mengatasinya. Apalagi Chinta hanya menunduk, menahan air mata yang akan mengalir lagi di pipinya.

"Yaudah sini peluk," Darka menarik Chinta dalam pelukannya, memberikan sedikit kekuatan pada masalah yang dihadapi gadis itu. walaupun dia sendiri tidak tahu apa masalahnya.

Air mata Chinta terus menggalir di kedua pipinya. Ia menenggelamkan wajahnya pada lekukan bahu Darka, membuat Darka merasakan bajunya basah karena air mata Chinta.

"Jangan nangis."

***

Kelanjutan cerita dan versi terbaik dapat dibaca di novelnya. Novel Darka masih dapat ditemukan di Gramedia dan toko buku online.


Khairanihasan

20 Mei 2017

Publish kembali 30 Juni 2022

Continue Reading

You'll Also Like

9.4M 307K 23
Kevano Angkasa Wijaya, cowok blasteran indo-spanyol, pemilik sekolah SMA Dharma Bangsa, ketua OSIS paling galak. Sifatnya dingin kayak es batu, ekspr...
5.6M 678K 58
Spin off Arunika's World dan SHAGA BISA DI BACA TERPISAH FOLLOW SEBELUM MEMBACA *** "Lo mau nggak pacaran sama gue?" Snowy. "Gue nggak mau pacaran...
2.7M 151K 41
DILARANG PLAGIAT, IDE ITU MAHAL!!! "gue transmigrasi karena jatuh dari tangga!!?" Nora Karalyn , Gadis SMA yang memiliki sifat yang berubah ubah, kad...
2.2M 186K 55
#1 in fiction - 2 Maret 2019 [TERSEDIA DI GRAMEDIA] [FOLLOW SEBELUM MEMBACA! BIASAKAN HARGAI KARYA ORANG DENGAN MEMBERIKAN DUKUNGAN KEPADA PENULISNYA...