DARKA (Update kembali)

By khairanihasan

21.3M 1.1M 113K

#1 in teenfiction 10.6.2017 [TELAH TERSEDIA DI SELURUH GRAMEDIA INDONESIA] "Mulai sekarang lo jadi pacar gue... More

01
02
03
04
05
06
07
08
09
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31a
31b
32
33b
34
35
36
37
38
39a
39b
40a
40b
41
42
43a
43b
44a
44b
45
46a
46b
46c
47
48
49
50

33 a

327K 20.6K 411
By khairanihasan




Happy Reading...



Chinta. Gadis itu baru saja menyelesaikan tugas sekolahnya. Masih pukul delapan malam tapi matanya sudah tidak bersahabat dengannya. Dia mulai mengantuk padahal dia harus menunggu mamanya yang belum pulang dari acara arisan.

Malas melakukan kegiatan apa pun, dia Langsung menjatuhkan tubuhnya di atas kasur. Mengambil boneka teddy biru kesayangannya dan langsung memeluknya erat.

Nada pesan di ponsel Chinta berbunyi. Dengan malas gadis itu langsung mengambil ponselnya yang berada di atas meja samping tempat tidurnya.

Darka: cepetan keluar. Gue udah di depan.

Pesan dari Darka.

Chinta mengerutkan keningnya bingung. Langsung membalas pesan Darka. Kantuk yang ia rasakan tadi tampaknya telah menghilang entah kemana.

Chinta: di depan mana?

Tanya Chinta memastikan kalau dugaannya salah. Tidak mungkin Darka sedang berada di depan rumahnya sekarang.

Darka: dimana lagi? Cepetan keluar.

Kali ini Chinta menegakkan tubuhnya. Tidak mempercayai apa yang baru dia baca. Darka berada di depan rumahnya sekarang. Tapi untuk apa?

Tidak berpikir panjang Chinta langsung berlari meninggalkan kamarnya. Menuju ruang tamu. Mendekati pintu rumahnya.

Dan seketika mata Chinta membulat. Dia tidak habis pikir dengan apa yang sekarang dia lihat. Darka benar-benar berada di depan rumahnya. Bahkan Darka sedang menyandarkan tubuhnya di sisi pintu yang lain membuat Chinta langsung menemukan sosok Darka.

"Ayo jalan." Darka menarik pergelangan tangan Chinta untuk mengikutinya. Namun terhenti karena Chinta yang menahan kembali tangan Darka dengan tangannya yang lain.

"Mau kemana?" tanya Chinta masih dalam keterkejutannya.

Darka mendengus kesal.

"Enggak usah banyak tanyak."kembali menarik tangan Chinta.

Lagi. Chinta menghentikannya.

"Lo mau ngajak gue kemana dulu?" tanya Chinta.

Darka melepaskan pergelangan tangan Chinta.

"Gue enggak bakal ngapa-ngapain lo. Enggak usah takut." Kesal Darka. Karena melihat sorot curiga dari mata Chinta.

"Bukan gitu." jawab Chinta.

"Pertama. Lo enggak ngabari gue, tiba-tiba udah nongol aja di depan rumah orang."

Darka mendengus kesal. Masih menatap Chinta.

"Gue udah kirim pesan tadi." Sahutnya malas.

Chinta tidak menjawab, malah melanjutkan ucapannya.

"Kedua. Sekarang udah jam 8 malam terus mama gue enggak ada di rumah. Jadi gue enggak bisa keluar."

"Punya ponsel kan?" tanya Darka, yang sama sekali tidak direspon oleh Chinta. "Tinggal kirim pesan ke mama lo apa susahnya." Sambung Darka lagi.

"Enggak usah buang-buang waktu. Nanti keburu makin malem." Sambung Darka melihat jam tangannya. Tangannya kembali menarik pergelangan tangan Chinta untuk pergi.

Chinta menatap Darka malas. Membuat Darka menghentikan pergerakannya.

"Ketiga. Gue enggak mungkin pergi dengan baju yang kayak gini." Ucap Chinta dengan suara yang sedikit keras. Entah karena kesal terhadap Darka.

Darka menaikkan alisnya, menurunkan penglihatannya menatap Chinta dari atas sampai ke bawah. Sampai beberapa kali lalu tersenyum samar.

Mungkin Darka tersenyum karena kebodohannya yang baru menyadari kalau Chinta menggunakan baju tidur. Dan lagi dia terus memaksa Chinta untuk pergi, membuat kesan aneh untuk dirinya sendiri.

Darka melepaskan pergelangan tangan Chinta.

"Yaudah cepet ganti."

"Mau ganti baju aja ribet. Pakek acara 1,2,3 segela. Lama hidup lo." Celoteh Darka.

Darka mendorong pelan tubuh Chinta masuk ke dalam rumah. Sambil memaksa ikut masuk ke dalam, membuat Chinta mendengus kesal.

"Seinget gue ini rumah gue deh." Sindir Chinta saat melihat Darka yang sudah duduk dengan santainya di sofa coklat ruang tamunya. Tanpa meminta izin kepadanya.

Darka tidak membalas sindiran Chinta. Dia hanya sibuk memainkan game di ponselnya sekarang.

"Gila ya. Dateng ke rumah orang enggak bilang-bilang. Terus ngajakin pergi. Untung mama gue enggak ada, kalau enggak gue harus ngomong apa ke mama gue." omel Chinta.

"Gue ke sini bukan pengen denger ocehan lo itu." Ketus Darka.

Chinta memutar bola matanya malas. Mencoba sabar menghadapi Darka.

"Lo mau minum apa?" tanya Chinta yang masih berada tepat di depan Darka.

"Gue ke sini bukan mau minta minum. Jadi stop berbuat seolah-olah gue kayak bertamu. Mending sekarang lo cepetan pergi dari hadapan gue terus ganti baju lo." Ketus Darka masih fokus dengan gamenya.

"Ck, lagi dibaikin juga." Cibir Chinta berlalu meninggalkan Darka.

"Kebaikan lo lebih berarti kalau lo bisa ganti baju dalam 5 menit." Ketus Darka lagi.

Chinta menghentakkan kaki disela langkahnya. Darka yang memperhatikan hal itu hanya menggeleng lalu kembali fokus dengan game di ponselnya.

---

Chinta melangkahkan kaki ke ruang tamu setelah mengganti bajunya. Berharap Darka tidak mengomel karena harus menunggu lama.

Mana mungkin dia bisa mengganti baju dalam 5 menit, bahkan dia harus mencuci wajahnya terlebih dulu agar tidak terlihat kusam. Dan itu sudah menghabiskan waktu 2 menit. Belum lagi dia harus memilih baju, memilihnya saja memerlukan waktu 3 menit. Jadi bisa dipastikan Darka sudah menunggu lebih dari 5 menit atau mungkin lebih dari 10 menit. Dan Chinta sangat yakin akan seperti apa wajah Darka sekarang.

Langkah Chinta terhenti saat sekarang dia harus melihat mamanya sudah berada di rumah. Dan yang membuat Chinta semakin terdiam ketika mamanya telah duduk di sofa menyamping dari tempat yang Darka duduki tadi. Bahkan mamanya sekarang seperti sedang mengintimidasi Darka. Tapi laki-laki itu hanya menjawab dengan santainya.

Mencoba setenang mungkin Chinta mendekati Darka dan Miranda.

"Kalian pacaran?" tanya Miranda, ketika melihat Chinta mendekat dengan baju yang sangat rapi.

Sontak Chinta kembali menghentikan langkahnya.

Yang ditanya malah saling memberi tatapan. Membuat Miranda bertambah bingung.

"Kalian pacaran?" tanya Miranda lagi. Melihat Darka dan Chinta secara bergantian.

Lagi. Tidak ada jawaban diantara mereka. Keduanya saling bertatapan.

Chinta tampak begitu kelagapan dengan pertanyaan mamanya, tapi Darka malah memasang raut wajah biasa saja.

"Chinta." Panggil Miranda, memutuskan tatapan keduanya.

"Ha?" refleks Chinta. Menatap mamanya lalu kembali menatap Darka.

Mengetahui reaksi Chinta yang begitu gelagapan. Darka mengambil ancang-ancang untuk menjawab.

"Enggak kok ma." Jawab Chinta cepat sebelum Darka menjawab.

Darka tersenyum samar mendapati jawaban Chinta. Lagi mereka saling menatap.

"Yakin." Miranda memastikan. Chinta mengangguk pasti, sambil melihat Darka yang masih tersenyum mendengar jawabannya.

"Kalau gitu Darka pinjem Chintanya dulu ya tan. Enggak bakal lama juga," ucap Darka meminta izin kepada Miranda. Lalu beralih menatap Chinta yang sekarang menatap kesal ke arahnya. Dan dia sangat tahu kenapa.

Pinjem! Lo pikir gue barang. Batin Chinta kesal.



***



Chinta tidak habis pikir dengan jalan pikiran Darka. Laki-laki yang sedang berjalan di depannya sekarang sama sekali tidak membawa motor ataupun mobil, jadi ini yang dia sebut dengan mengajak jalan. Dan dia benar-benar berjalan sekarang. Bahkan sudah melewati kompleks perumahan mereka.

"Darka, lo enggak bawa motor atau mobil gitu!" tanya Chinta akhirnya.

"ngak." Sahut Darka singkat.

"Memang kita mau kemana sih, ini udah lewat kompleks tau." Keluh Chinta.

Darka menoleh melihatnya sebentar. Hanya melihat.

"Enggak bawa motor, enggak bawa mobil. Jalannya jauh banget, kaki gue pegel nih." Celoteh Chinta lagi.

Darka menoleh lagi melihatnya.

"Udah beralih jadi cewek matre sekarang?" Cibir Darka.

Chinta mengumpat kesal tidak terima Darka mengatainya.

"Apaan sih, kok jadi matre. Kaki gue itu Cuma pegel, jalan terus enggak ada kepastian." Sewot Chinta.

Darka menoleh lagi melihat Chinta.

"Lo jadi cewek bawel banget sih. Lama-lama gue kena serangan jantung denger ocehan lo terus." ucap Darka sensi.

Wajah Chinta berubah menjadi cemberut. "Abis gue capek!" Kesal Chinta seperti anak kecil.

"Gulingan aja tuh di jalan." Tunjuk Darka tenang. "Biar digelinding sama truk sekalian."

"Dasar cowok aneh." Cibir Chinta lagi.

"Aneh-aneh gini lo suka." Sahut Darka cepat.

Chinta terdiam tidak tahu ingin membalas apa. 

Darka yang aneh atau Chinta yang aneh? Darka selalu bilang Chinta bawel dan tidak suka mendengar ocehan Chinta. Tapi tetap saja Darka selalu membalas setiap ocehan Chinta.

"Kok diem?" tanya Darka tanpa rasa bersalah.

"Males berdebat sama lo. Enggak bakal menang juga." Sahut Chinta malas sambil terus berjalan. Meninggalkan Darka yang tersenyum samar.

"Bagus sadar." Darka mensejajarkan langkahnya.

"Kenapa lo bohong?" Darka memulai pembicaraan lagi.

"Apa?" Chinta menatap Darka bingung.

"Di rumah lo tadi." Sahut Darka malas.

"Oooh yang itu!" Chinta memutar bola matanya. Mencari jawaban. "Karena gue belum yakin."

Kali ini Darka yang bingung.

"Memang kita pacaran, gue sendiri enggak yakin lo pacar gue." Jelas Chinta. Melangkah menjauh dari Darka.

Darka tersenyum miring mendengar tuturan Chinta.

"Lo ada niatan minta putus lagi dari gue." Ucap Darka melihat Chinta masih di tempatnya.

Chinta menoleh, sekarang mereka saling bertatapan.

"Dari awal memang itu yang gue mau."

Darka tersenyum samar. Menatap sebentar jalanan, untuk meredam emosinya yang setiap kali muncul. Jika mendengar Chinta menginginkan putus darinya.

"Eca lagi?" tanya Darka setenang mungkin.

Chinta menggeleng pelan. Tidak membenarkan ucapan Darka. Membuat Darka bingung, mencari jawaban apa yang dimaksud Chinta. Kalau bukan karena Eca, lalu karena apa?

"Bima?" sebut Darka tidak yakin. "Lo beneran suka sama Bima?" akhirnya kalimat ini muncul lagi dari mulut Darka.

Gantian Chinta yang tersenyum samar.

"Kok Bima sih." Sahut Chinta sambil tersenyum. "Gue jadi inget kejadian di sekolah tadi."

Chinta tersenyuman. Membuat Darka mengerti dan sekarang menjadi mengacuhkan tatapan Chinta.

Darka berjalan melewati Chinta dengan santainya seolah tidak mendengar apa pun. Tapi Chinta malah semakin terkekeh geli.

"Darka aneh! Tadi di sekolah marah-marah enggak jelas. Malamnya ngajak jalan. Dan bener-bener jalan kaki." Ledek Chinta dari belakang, sambil berjalan mengikuti langkah Darka.

Darka tidak menghiraukan ledekan Chinta.

"Darbil!" cibir Chinta lagi.

Kali ini Darka menoleh. Seperti ada tanda tanya di dahinya sekarang.

Seperti mengerti Chinta melanjutkan perkataannya.

"Darka labil." Chinta tersenyum lebar.

"Dasar alay." cibir Darka. Kembali melangkahkan kakinya lebih cepat meninggalkan Chinta.

"Biarin!" jawab Chinta tidak kalah ketus.

"Dasar bawel." Sergah Darka.

"Mulut-mulut gue, suka-suka gue dong." Sewot Chinta.

"Lo kok jalan mulu sih, pegel tau." Protes Chinta, karena Darka melangkah lebih cepat. Bahkan sudah lebih jauh darinya.

"Mau lomba maraton ya Mas." Cibir Chinta lagi.

Ok kali ini Chinta benar-benar bawel, Darka bahkan kewalahan menghadapi semua perkataan yang keluar dari mulut Chinta.

"Gue mau cari warung!" sahut Darka setengah berteriak.

Chinta malah mengerutkan keningnya bingung.

"Mau ngapain?" tanyanya.

"Jalan jauh-jauh Cuma mau cari warung doang, di depan rumah gue juga ada kali." Cibir Chinta kecil, bahkan sangat kecil. Agar Darka tidak mendengarnya.

"Mau beli plaster, biar gue plaster tuh mulut. Biar nggak bawel!" ketus Darka tidak melihat Chinta.

Chinta mempercepat langkahnya kesal dengan Darka.

"Dasar Darting!" sewot Chinta.

"Kalau lo ngoceh terus. Lo enggak bakal tau kita mau kemana!" ucap Darka keras dalam langkahnya.

"Gue jadi nyesel ngajak lo jalan." Ketus Darka lagi.

"Gue juga nyesel, capek tau jalan mulu." Sahut Chinta tidak mau kalah.





Sambungannya........

Ditunggu berapa jam lagi ya!!!

Sekarang masih ngetik....



Khairanihasan

07 Mei 2017

Update Kembali 18 Juni 2022

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 49.3K 32
GANTI JUDUL. CEWE BARBAR => LOLA Sequel of (S)He Is Crazy #2 Cover by : @Lita-aya SELURUH CERITA MASIH UTUH. TAPI PRIVATE ACAK. FOLLOW UNTUK MEMBA...
325K 17.7K 28
Seandainya dulu ia tidak bertahan pada Gabriel, seandainya dulu ia menerima orang lain selain Gabriel, seandainya dulu ia memilih mendengarkan orang...
Irresistible By Rose

Teen Fiction

7.6M 693K 47
[Selesai] Pemarah, pemaksa, ketus, moody dan tidak mau ditolak sedikitpun merupakan ciri-ciri sifat Angkasa. Siapapun yang berurusan dengannya janga...
3M 42.9K 8
"Jangan berantem lagi. Okay?" -Vanna "Kalo gue gak berantem lagi selama seminggu, lo jadi pacar gue." -Raffa ______________________________________...