Himnaeseyo [BTS Fanfiction]

Oleh dhedingdong95

131K 12.6K 3.9K

aku benci..... benci ketika kejadian itu terjadi, semuanya berubah..... kehidupanku..... masa depanku..... se... Lebih Banyak

#1: Alasan Untuk Bertahan
#2: Keras Kepala
#3: Kecewa
#4: Curahan Hati
#5: Hal Tak Terduga
#6: Bimbang
#7: Mengubah Takdir?
#8: Sebuah Pilihan
#9: Awal Dari Perjuangan
#10: Selangkah Lebih Maju
#11: Keraguan
[FF SELINGAN - DELSOON]
#12: Kilas Balik
#13: Sebuah Permulaan
#15: Belum Berakhir (1)
#16: Belum Berakhir (2)
#17: Belum Berakhir (3)
#18: Perasaan Sebenarnya
#19: Ketakutan (Sendiri)
#20: Teman Lama
#PENGUMUMAN
#21: Pergumulan
#22: Rahasia
#23: Hadiah
#24: Penggemar
#25: Semangat Tanpa Henti
#26: Fanmeeting (1)
G.A.L.A.U
#27: Fanmeeting (2)
#28: Fanmeeting (3)
[SPOILER #29]
#29: Petuah
#30: Buah Dari Penantian
#31: Pengakuan
#32: Perdebatan Kecil
#33: Terbongkar (1)
#34: Terbongkar (2)
#35: Keputusan

#14: Jatuh Bangun

4.1K 367 171
Oleh dhedingdong95

January 1st, 2017
.
.
.
.
.
.
.
.
Seokjin's Apartment
.
.
"taehyung-ah.... a... apa yang kau bicarakan?" jimin beranjak dari sofa dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan. tanpa basa basi lagi, pemuda bermarga park itu memilih untuk berjongkok tepat di depan kursi roda taehyung. jujur, park jimin masih terkejut atas kalimat yang dilontarkan sahabatnya. ia sungguh kehilangan kata-katanya.

di lain sisi... taehyung tak bergeming. ia terus menunduk memandangi lantai yang dirasanya lebih menarik daripada wajah jimin, sang sahabat.

"aku berani bersumpah. jungkook......... menyayangimu, taehyungie" jimin memberikan pengertian pada taehyung. diusapnya selimut kotak-kotak yang menutupi lutut taehyung selama beberapa kali, dengan tujuan untuk menenangkan sang sahabat tentu saja.

"dia melupakanku, chim!" taehyung menjawab dengan nada kasar dan sedikit emosi. tanpa sadar, ia juga menyingkirkan tangan jimin dari lututnya.

"dari mana kau tahu? apa kau seorang cenayang? lantas kau bisa membaca pikirannya? isi hatinya? sadarlah, kim taehyung! kau hanya melihat sosok JK dari layar kaca! tak ada yang tahu juga, bila ia mungkin saja sedang bersandiwara!" jimin tak mau kalah. meski ia berusaha untuk tetap bersikap tenang, namun pada kenyataannya jimin melontarkan respon tak terduga. hal ini semakin menyulut kemarahan taehyung.

"apa tadi kau tak mendengarnya? jungkook... um... JK...... dia tak mau membahas tentang keluarganya, chim! aku bisa merasakannya! ia.... ia ingin melupakan masa lalunya yang buruk karenaku!" taehyung terus berujar sembari mati-matian menahan tangisnya.

"kim taehyung! sampai kapan kau terus berpikiran sempit seperti itu, eoh? perlu kau ingat, bahwa saat ini jungkookie adalah seorang public figure! tidak semua hal harus ia beberkan di depan khalayak luas! ia juga berhak memiliki privasi seperti kita!" jimin memandang kedua mata taehyung dengan tatapan tajam. dapat diartikan, bahwa kini emosi jimin sudah mencapai puncaknya.

"tidak. hati kecilku berkata, bahwa ia benar-benar ingin melupakanku" kepala taehyung menggeleng cepat. air mata pun kembali lolos membasahi pipinya.

jimin menghembuskan nafas kasar. ia berganti posisi menjadi berdiri, lantas berkacak pinggang sembari tertawa tanpa bersuara. adakah yang lucu? tidak. tidak ada sama sekali. jimin menertawakan sifat keras kepala taehyung yang sudah melewati batas. baginya, situasi saat ini jauh lebih konyol daripada lelucon manapun.

"oh tuhan, jadi........... APA YANG KAU INGINKAN?" akhirnya. emosi jimin meledak tak tertahan. pemuda itu meninggikan suaranya hingga taehyung meringis ngeri. dapat dilihat pula, jika wajah jimin berubah menjadi merah padam. oh! tak usah ditanya bagaimana mengerikannya seorang park jimin ketika emosinya lepas kendali. sekeras apapun kim taehyung.... ia pasti langsung memilih diam, saat tahu jimin sedang melampiaskan amarahnya.

ya. taehyung sangat memahami perilaku sahabatnya. ia tahu, jimin sudah muak dengan masalah ini. jimin pasti sudah bosan mengeluarkan kalimat penghiburan yang dirasa tak ada habisnya. tapi demi tuhan, taehyung tetap tak bisa mengendalikan setiap pemikiran yang ada di otaknya. pemikiran yang membuatnya semakin terperangkap dalam lubang hitam masalah ini.

kalau begitu, sudah berapa kali ia bersikap labil dengan mengorbankan jimin......... dan juga seokjin? hhh tak perlu ditanya. karena sudah pasti tak terhitung jumlahnya.

"tak tahu harus menjawab apa, hm?" jimin menantang. biarlah sekali ini saja jimin melakukan apa yang dirasanya benar, meskipun mungkin harus menyakiti perasaan sahabatnya.

"asal kau tahu, park jimin! aku hanya ingin terbebas dari masalah ini! dan aku juga ingin mengakhiri drama yang tak pernah ada ujungnya, seperti sekarang ini!" taehyung menjawab dengan lantang. ia kepalkan kedua tangannya demi menyalurkan emosi yang terus ia tahan.

"oh, maksudmu....... kau mau bunuh diri? lari dari masalah seperti pengecut? silahkan! aku tak melarangmu! lagipula tak ada yang membutuhkan orang egois seperti dirimu!" jimin tertawa remeh. menurut kalian apa ini adalah sebuah candaan? tidak. kalian memang tak salah dengar. semua yang dikatakan jimin sungguhlah berasal dari lubuk hatinya paling dalam.

taehyung kembali menunduk sambil memukul-mukul dada kirinya. ia terisak pelan.

"apa yang kau butuhkan? silet? pisau? obat tidur? atau... aku perlu mengantarmu ke rooftop agar kau mudah untuk melompat? hn? ayo cepat katakan!" emosi jimin semakin menjadi. nafasnya kian memburu, hingga tanpa sadar bulir-bulir keringat pun berhasil membasahi dahinya. eum.. hal itu terjadi bukannya tanpa alasan. faktanya, secara tiba-tiba tenaga jimin seperti terkuras habis ketika ia harus menghadapi ulah taehyung.

"sssh... sudah. kalian tenanglah" seokjin akhirnya membuka suara. setelah mendengar perdebatan panas tersebut, pria yang berprofesi sebagai dokter muda itu langsung bangkit dari duduknya dan menarik pelan lengan jimin. membawa pemuda itu kembali ke sofa dengan tujuan untuk melerainya.

"ya tuhan. tidak semudah itu hyung! hhhh.... lebih baik kita turuti saja permintaan orang egois seperti dia!" jimin masih menatap tajam sahabatnya. kalau boleh jujur, seluruh rasa kesal yang jimin pendam selama ini sukses melebur menjadi satu. mengakibatkan emosinya meledak hebat saat itu juga.

"dia tak pernah memikirkan bagaimana sulitnya kita menghadapi situasi ini! yang ada di kepalanya hanya jungkook dan kepentingannya sendiri! baiklah. mulai sekarang, terserah apa yang akan ia lakukan. aku tak peduli! toh semua perkataanku hanya dianggap sebagai angin lalu!"

"tidak... bukan begitu... maksudku..."

"jadi apa?"

taehyung menelan salivanya gugup. kenapa rasanya ia semakin terpojok? bukan. bukan situasi seperti ini yang ia inginkan. apa yang terjadi sekarang, sangatlah jauh dari apa yang ia bayangkan.

"kau tahu? perilakumu saat ini tak ada bedanya dengan sosok jungkook yang ada di pikiranmu. kau........ juga menyakiti kami. tak pernah sadar dengan hal itu?" jimin melunak. setidaknya ia sudah bisa mengontrol emosinya, meskipun sorot mata tajamnya belum sepenuhnya menghilang.

"taehyung-ah........ jiminie benar. kau tak boleh selalu berpikiran buruk seperti itu. kita bisa berbicara kembali untuk mencari jalan keluarnya" seokjin mengeluarkan pendapatnya. beruntunglah pria berkemeja putih itu tak ikut terbawa emosi, sehingga ia bisa sedikit meredam keributan.

"jalan keluar? seperti apa? aku sudah menghabiskan waktu hampir satu tahun bersama kalian, dan tetap tidak menemukan jalan keluar yang kau maksud!"

"kau pikir, hanya dirimu saja yang merasa tertekan? hanya kau sendiri yang ingin mengakhiri masalah terkutuk ini, eoh? hh sadarlah kim taehyung! kami juga terlibat dalam masalah kalian!"

".......memikirkan masalah ini, aku juga merasakan stress yang luar biasa!" jimin mengacak rambutnya kasar. menunjukkan bahwa ia juga mengalami frustasi yang tak berkesudahan. sampai kapan taehyung terus berkutat dengan pikiran-pikiran buruknya, eoh? jika jimin lemah, bukan hanya taehyung saja yang ingin menyerah... jimin pun ingin melakukannya. karena bagaimanapun juga... di lihat dari sisi manapun, seorang park jiminlah yang berperan besar dalam kehidupan taehyung yang suram ini. harus diakui pula.. jimin ialah sosok terkuat yang senantiasa menjadi penopang taehyung, ketika masalah tak henti-hentinya menerpa sang sahabat. jimin yang selalu memberikan kekuatannya pada taehyung. jika jimin menyerah, siapa yang akan menguatkan taehyung?

tidak. jimin tidak boleh menyerah. ia tak bisa menyerahkan seluruhnya pada seokjin. karena jimin tahu, seokjin tak dapat menemani taehyung selama 24 jam penuh. meskipun mungkin itu hanya via telepon atau sekedar chatting. jimin pun menyadari, bahwa kim seokjin adalah seorang dokter yang super sibuk. hampir seluruh waktunya dihabiskan di rumah sakit. melihat seokjin selalu meluangkan waktu untuk taehyung di tengah kelelahannya, jimin sudah sangat bersyukur. maka dari itu... untuk sekarang, hanya jimin seoranglah yang bisa diandalkan. biarkan emosi sesaat menguasai hatinya, yang paling penting.......... ia bisa merasa lega kembali. dan nantinya, jimin dapat berpikir lebih jernih untuk kembali berusaha menemukan jalan keluarnya.

di lain pihak, taehyung masih terisak. ia usap air mata di pipinya menggunakan lengan bajunya, namun pemuda itu tetap tak mau menegakkan kepalanya.

"taehyungie........ kumohon. percayalah pada hyung sekali ini saja, ne? hyung akan mengusahakan yang terbaik untukmu. beri hyung satu kesempatan. jika apa yang kulakukan ini tak ada kemajuan........... kau bebas melakukan apapun yang kau mau" seokjin memberikan sebuah penawaran. dokter muda itu menunjukkan wajah serius dan meyakinkan. membuat taehyung maupun jimin terseret dalam kalimat persuasif yang diucapkannya.

"...............apa yang kau rencanakan hyung?" jimin yang sedikit menenang, kembali merespon kalimat seokjin dengan tak yakin.

"kita akan ke seoul menemui jungkook" seokjin berkata dengan mudah layaknya tanpa beban.

pernyataan mengejutkan itu mau tak mau membuat taehyung mendongakkan kepala sembari melebarkan kedua matanya tak percaya. pemuda kim itu tak bersuara, hanya............... seluruh pikiran yang ada di otaknya dalam sekejap menguap entah kemana. tak pernah terbesit sedikit pun di otak taehyung, bahwa ia akan menemui jungkook secepat ini. apakah............ rencana ini akan berhasil?

"apa kau gila hyung?" jimin kembali memberikan responnya. ya. ia tahu, mungkin cara ini adalah yang terbaik. dengan begitu kita bisa menemui jungkook, menginterogasinya, atau bahkan menyeretnya untuk pulang. tapi sayang............... semua itu hanya pengandaian jimin. pemuda itu masih bisa berfikir secara rasional. menurutnya, cara itu menjadi opsi terakhir dimana semua cara lain tak membuahkan hasil. heeeey, siapa pun juga tahu........ tak mudah untuk menemui seorang idol. terlebih ketika idol tersebut menjadi pusat perhatian seluruh masyarakat di negeri ini. tak ingin dikatakan sebagai orang gila kan? tak ada yang tahu bahwa taehyung, seokjin, atau jimin sekalipun............ adalah kerabat dari JK. lalu, apa yang dapat diharapkan dari aksi nekat ini?

"tak ada salahnya untuk mencoba, jimin-ah"

.

um............. tak ada salahnya ya?

.

"tapi.... bagaimana dengan pekerjaanmu, hyung?" wajar bila jimin bertanya demikian. tahu sendiri, jika seorang dokter tak dapat seenaknya meninggalkan pekerjaan utamanya di rumah sakit. dimanapun dan kapanpun, apabila keadaan darurat... seorang dokter harus siap untuk menjalankan tugasnya.

"tak perlu mengkhawatirkan hal itu. semuanya bisa diatur, jimin-ah. bagiku, pekerjaan adalah nomor dua. dan yang menjadi nomor satu............. adalah adikku. jadi, apa kau mau membantu hyung?" seokjin tersenyum. senyuman hangat itu seolah berhasil menghapus seluruh ketegangan di dalam apartemen tersebut.

jimin tak menjawab. ia hanya mengangguk pelan sebagai jawaban pertanyaan seokjin. sejujurnya............ ia ragu. banyak kemungkinan-kemungkinan yang berputar di kepalanya. akan tetapi, hati kecilnya menyetujui perkataan yang sempat diutarakan oleh seokjin. bagaimana kita tahu hasilnya, apabila tidak mencoba? di saat menginginkan suatu kemajuan, kita tak bisa selalu diam dan berpangku tangan. siapapun juga tahu, tak ada yang bisa didapat ketika kita hanya memutuskan untuk jalan di tempat.

"hh....... hyung........."

"iya tae?"

"tidakkah ini terlalu berlebihan? maksudku.......... apakah ini tidak terburu-buru?" sama seperti jimin sebelumnya, taehyung juga menunjukkan wajah ragunya. bukannya ia tidak percaya dengan janji seokjin hyungnya, akan tetapi... taehyung tak mau merasakan sakit yang sama. atau bahkan............... lebih parah dari ini. ia sudah berulangkali mencoba untuk bangkit, dan taehyung tak mau terjatuh lagi. biarkan ini menjadi terakhir kalinya.

"seperti yang kukatakan tadi, kita tak akan tahu hasilnya jika tidak mencoba. hyung percaya dengan pepatah, apa yang kita tanam itulah yang akan kita tuai. usaha tak akan mengkhianati hasil, bukan?" seokjin kembali tersenyum sembari mengelus puncak kepala taehyung.

taehyung lebih mendongakkan kepalanya kemudian menatap wajah seokjin dengan penuh harap. ia hanya tersenyum tipis tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun. sorot matanya terbaca dengan begitu jelas, bahwa ia menggantungkan harapan yang sangat tinggi pada rencana ini.

"kau mau mempercayai hyung?" tanya seokjin memastikan.

"hng" taehyung mengangguk pelan diikuti dengan senyuman seokjin yang semakin melebar.

"um........... taehyung-ah" suara lain menginterupsi pembicaraan taehyung bersama seokjin.

"hn?" taehyung sedikit menoleh ke arah sumber suara.

"maafkan aku. tadi..... aku tak dapat mengontrol emosiku" jimin tersenyum masam, lantas menggaruk kepala bagian belakangnya yang tak terasa gatal. ya. jimin salah tingkah. sudah menjadi kebiasaan bahwa mereka tak bisa saling mendiamkan meski hanya beberapa jam saja. pasti salah satu dari mereka akan mengalah dan berinisiatif untuk mengajak berbaikan. persahabatan mereka benar-benar terjalin begitu erat.

"maafkan aku juga. aku........... selalu berpikiran sempit. aku tak pernah bisa memahami perasaan orang-orang di sekitarku" taehyung menarik nafas panjang dan menghembuskannya melalui mulut. setelah itu ia memandangi jimin sembari menggigit bibir bagian bawahnya.

"...............harusnya aku bersyukur masih memiliki orang yang begitu peduli padaku. tapi tetap saja, otak ini terus memaksaku untuk berpikiran mengenai hal yang tidak-tidak" taehyung masih melanjutkan kalimatnya. hingga tak sadar, jimin sudah berdiri kembali tepat di hadapannya. tanpa basa-basi, pemuda bermarga park itu semakin mendekatinya dan memberikan sebuah pelukan hangat sebagai tanda membaiknya hubungan persahabatan mereka.

"tak ada yang perlu disesalkan. kau tak bisa hidup seorang diri. mari kita berusaha kembali, ne?" bisik jimin di tengah pelukannya. ia juga menyempatkan diri untuk menepuk punggung taehyung dengan pelan.

melihat tingkah taehyung dan juga jimin, akhirnya seokjin bisa bernafas lega. awalnya ia cukup khawatir dengan pertengkaran hebat keduanya, yang belum pernah ia saksikan secara langsung. terlebih lagi... jimin yang ia kenal sebagai sosok yang lembut dan penyabar, pada akhirnya pun harus menuangkan amarahnya.

bukankah itu berarti, jika keadaannya sudah tak memungkinkan? hhhh namun beruntunglah, dengan adanya pertengkaran tersebut hubungan persahabatan yang telah terjalin selama belasan tahun itu semakin merekat. adu mulut yang saling bersahutan selama beberapa saat, kini berhasil membuat mereka semakin memahami satu sama lain. seokjin benar-benar iri pada cara pertemanan mereka.
.
.
.
.
"jimin-ah, apa kau sudah mencari tahu tentang jadwal jungkook ke depannya?" tanya seokjin dengan pandangan mata yang masih tak lepas dari layar ponselnya.

"yang kutahu, ia melakukan promosi di beberapa acara musik selama satu bulan ke depan hyung. um................ apa kita akan menggunakan kesempatan ini untuk menemuinya?" tawar jimin.

"ide yang bagus. aku akan mengambil jatah cuti akhir pekan ini. kita akan berangkat ke seoul sabtu paginya. bagaimana? apa kau bisa ikut?" seokjin bertanya kembali. namun tak dapat dibohongi pula, bahwa ia masih terlihat seperti memikirkan suatu hal lain.

"ya. kebetulan aku tak ada acara di hari itu"

"um, tapi............... tak adakah event lain yang bisa membuat kita lebih mudah berinteraksi dengan sang idol? aku berpikir bahwa akan terasa sangat sulit ketika kita hanya melihat ia dari bangku penonton saja" pada akhirnya, seokjin mengeluarkan apa yang menjadi pokok pemikirannya selama beberapa menit terakhir.

"maksudmu....... acara seperti fansigning? eum, tidaklah mudah untuk mengikuti acara tersebut hyung. kita harus bersaing dengan para penggemar fanatiknya. semakin banyak album yang dibeli, akan semakin besar kesempatan untuk bertemu dengannya" jimin menuturkan sebuah penjelasan yang dulu pernah ia baca di situs internet. karena jujur saja, ia tak pernah mengidolakan seseorang hingga mengikuti segala aktivitasnya seperti sekarang.

"jadi............. aku harus membeli puluhan album untuk dapat bertemu dengan jungkook?" tanya seokjin tak percaya. baru kali ini ia mengetahui sistem jumpa idola dengan menghamburkan uang yang tidaklah sedikit jumlahnya. hhhh, pantas saja banyak anak muda jaman sekarang bercita-cita menjadi artis.

"bukan puluhan... tapi ratusan" jimin menegaskan perkataannya kembali.

"berapapun jumlahnya, aku akan tetap membelinya. bisakah kau membantuku untuk membeli album-album tersebut? kau bisa menggunakan kartu--"

"tidak hyung!" taehyung memotong perkataan seokjin. dari awal, ia memang sengaja hanya menyimak pembicaraan kedua pria muda tersebut. biarlah mereka mengatur strateginya, dan tugas taehyung hanya akan memberi persetujuan.

"kenapa tae? bukankah itu kesempatan yang bagus?" seokjin tak habis pikir dengan kalimat penolakan sang adik.

"aku.... aku tidak siap. aku takut bertemu dengannya. aku takut merasakan sakit untuk kesekian kalinya. beri aku sedikit waktu. biarkan aku melihatnya dari jauh............. memastikan kalau JK benar-benar jungkookie. adikku" ujar taehyung dengan memelankan volume suaranya.

"kau yakin?" tanya seokjin khawatir.

"hn" taehyung hanya menjawab dengan sebuah gumaman. ia pasang senyuman tipis demi menunjukkan ekspresi 'baik-baik saja'. yaaa, walaupun sebenarnya.... baik seokjin maupun jimin bukan seseorang yang mudah untuk dikelabui.

"tapi berjanjilah satu hal kepada kami" lanjut seokjin kembali.

"...........janji?"

"ya. kau harus mengontrol emosimu. apapun yang terjadi, kau harus bisa menerimanya dengan lapang dada. gagal atau berhasil, itu adalah sebuah bonus. yang terpenting.... kita harus berusaha semaksimal mungkin agar tidak menyesal di kemudian hari" seokjin tak bosan-bosannya untuk membangun semangat sang adik. tak jarang pula ia tertangkap tengah memberikan senyuman tulus pada taehyung.

"hng. aku akan berusaha"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
January 7th, 2017
.
.
Inside The Car
.
.
.
seperti rencana yang telah disusun sebelumnya, baik seokjin, jimin, maupun taehyung berangkat menuju seoul di pagi-pagi buta. bahkan matahari pun masih malu untuk menampakkan dirinya. karena sekarang jam masih menunjukkan pukul empat pagi. berdasarkan informasi yang mereka peroleh, acara musik hari ini dimulai pukul empat kurang lima belas sore. walau begitu, JK sendiri melakukan pre-recording sekitar pukul sebelas siang.

tak perlu bertanya dari mana mereka mendapat informasi sedetail itu. pasalnya, mereka bertiga kompak untuk bergabung di sebuah komunitas penggemar JK. dari situlah mereka mendapat seluruh informasi kegiatan JK setiap harinya.

perjalanan dari daegu menuju seoul dengan menggunakan mobil pribadi, diperkirakan memakan waktu sekitar 4 jam. itu berarti mereka tak harus terburu-buru untuk mengejar waktu.
.
.
.
.
"taehyung tertidur lagi.........." jimin tersenyum ketika mendapati sang sahabat tengah tertidur pulas di kursi belakang. sekedar informasi, taehyung memang sengaja ditempatkan di sana agar memudahkannya untuk keluar masuk mobil. mengingat jarak antar kursi yang cukup luas, membuatnya tak kesulitan saat nanti harus dipindahkan ke atas kursi rodanya.

"ya. semalaman kulihat taehyung tak bisa tidur. hm, sepertinya ia cukup gugup untuk menghadapi hari ini" seokjin menimpali kalimat jimin. sesekali ia lirik wajah adiknya melalui kaca spion di atasnya.

"taehyungie sudah melewati banyak hal. kuharap ia segera memperoleh kebahagiaannya" jimin berbagi pemikirannya mengenai sang sahabat.

"ya jimin-ah. kali ini hyung akan berusaha keras untuk menyatukan keluarga ini. hyung................. tak mau menyesal di akhir nanti" seokjin membalas dengan pandangan mata masih ke arah jalanan yang cukup lengang.

"aku senang, sekarang kau bisa memprioritaskan adikmu dibandingkan pekerjaanmu. bagaimanapun juga, mereka masih membutuhkanmu hyung. jika suatu saat kalian berkumpul kembali............ kumohon. bersikaplah adil kepada mereka. aku tahu, taehyungie membutuhkan perhatian lebih. tapi, jungkook juga adik kandungmu. ia adalah seorang maknae yang perlu diberi kasih sayang lebih. kau tahu? dulu ia selalu ditekan untuk bersikap dewasa sebelum waktunya. mungkin..... saat pertama kali bertemu dengannya setelah beberapa tahun, kau melihat jungkook sebagai sosok kuat yang bisa melakukan apapun seorang diri. tapi sebenarnya, ia tak ada bedanya dengan remaja seusianya. ia membutuhkan seseorang yang bisa menjadi panutannya. ia juga membutuhkan pujian yang bisa membangun semangat di hidupnya"

seokjin tersenyum tipis, lantas menolehkan wajahnya ke arah jimin. tak berselang lama, ia anggukkan kepalanya pelan tanda setuju. "hn. terima kasih jimin-ah. kau selalu mengingatkanku mengenai hal ini"

mendengar ucapan tersebut, jimin hanya tersenyum.

"terkadang, aku selalu mengkhawatirkan keadaan taehyung yang seperti ini. hal itu membuatku lupa, bahwa aku masih memiliki adik bungsu yang juga membutuhkan perhatian dan kasih sayangku. dan pada akhirnya.................." sebelum melanjutkan kalimatnya, seokjin mengambil nafas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan.

".............ia memutuskan untuk meninggalkan kami. awalnya aku berpikir, mungkin itu adalah keputusan jungkook yang paling benar. aku bukanlah seorang kakak yang baik untuknya. yaaaaaa minimal... dengan begitu ia bisa menemukan kebahagiaannya sendiri di luar sana. tapi ternyata aku salah. rasa bersalah dan penyesalan itu semakin hari semakin menghimpitku. aku sungguh menyayangi jungkook. aku ingin menebus seluruh kesalahanku dengan menyatukan kembali seluruh anggota keluargaku, meski ayah dan ibu harus mengawasi kami dari atas sana" seokjin mengangkat sebelah tangan dari kemudinya, lalu mengusap air mata yang hampir jatuh membasahi pipinya.

"satu pemikiran yang selalu kutanamkan di otakku. semua hal yang terjadi, pasti akan ada masanya. kesedihan itu pasti akan berakhir. kalian......... sudah berusaha sangat keras. percayalah hyung........ tuhan tidak tidur. tuhan akan membayar seluruh keringat dan air mata kalian dengan memberikan hasil yang manis" sekali lagi, jimin memberikan sebuah senyuman untuk mengakhiri sesi pembicaraan ini. kedua matanya yang membentuk sebuah garis, berhasil membuat hati seokjin semakin tenang. setiap kalimat penghiburan yang diucapkan jimin, benar-benar membekas di hati seokjin. karena seluruh perkataan itu dianggap benar oleh seokjin. meskipun pada kenyataannya, jimin jauh lebih muda darinya.

"kuharap aku bisa selalu berpikiran positif sepertimu, jimin-ah. hahaha, sepertinya aku harus banyak belajar dirimu" seokjin terkekeh pelan demi mencairkan suasana. suara deru mobil yang membelah jalanan sepi, menjadi teman mereka selama perjalanan menuju ibu kota korea selatan.

"tidak hyung. akulah yang mengambil banyak pelajaran dari kalian. sungguh.. aku sangat salut dengan perjalanan hidup keluargamu. tak semua orang bisa bertahan dalam keadaan semacam ini. aku hanya bisa mendukung dan terus memberi semangat"

"hn. terima kasih banyak" saling bertukar pikiran juga menuangkan segala isi di hati, adalah hal yang paling ditunggu-tunggu seokjin. setidaknya, ada orang lain yang mampu memahami posisi dirinya. semua yang dilakukan si dokter muda selama ini, murni karena rasa sayangnya pada sang adik yang memiliki keterbatasan. bukan karena rasa egois atau pun pilih kasih. walaupun pada akhirnya, sikap seokjin ini terlihat tak adil di mata orang lain. ya. ia harus memperbaiki semuanya dari awal. apa artinya menjadi seorang dokter sukses, apabila mengurus kedua adiknya saja ia tidak becus.
.
.
.
.
"apa kita sudah sampai?" sinar matahari yang menembus kaca mobil berhasil membangunkan taehyung dari tidur pulasnya. sesekali ia menggosok kedua matanya menggunakan jari telunjuk demi menyesuaikan pandangannya yang masih buram. taehyung juga menyempatkan diri untuk melihat sekelilingnya. ia yakin bahwa saat ini mereka telah memasuki kawasan pusat kota. karena jalanan yang terlihat jauh lebih padat dari daegu, dan gedung-gedung megah menjadi penghiasnya.

"ah! kau sudah bangun taehyungie? apa tidurmu nyenyak?" jimin menyambut dengan nada riang. demi memastikan keadaan taehyung, bahkan kepala pemuda park itu menyembul dari kursi depan.

"hng!" taehyung bergumam diikuti anggukan kecil. terlihat jelas bahwa taehyung masih belum sepenuhnya terbangun. karena kedua matanya masih menyipit dan beberapa kali ia tampak menguap.

"sebentar lagi kita akan sampai, taehyungie. kau lapar, hm? bagaimana kalau kita membeli makanan terlebih dulu?" tawar seokjin.

"aku tidak lapar hyung. kita langsung ke gedung MBC saja" sudah dapat dipastikan bila taehyung tak memiliki selera untuk menyantap makanan. ya. ini adalah kali pertamanya keluar dari apartemen seokjin, selama hampir satu tahun terakhir. selain itu, ia juga berencana untuk bertemu dengan sang adik setelah sekian lama. wajar bila perasaan taehyung tak bisa dideskripsikan lebih jauh.

"ah, hampir saja lupa! tadi aku membawa beberapa roti untuk bekal perjalanan kita. jja, kau harus memakannya! aku tak mau melihatmu pingsan karena menahan lapar" jimin mengambil sebuah kotak putih berisikan roti dari ranselnya, lalu memberikan salah satunya pada taehyung. minimal itu bisa mengganjal lapar hingga siang nanti.

"aku tidak lapar, chim!"

"dan aku tidak menerima penolakan, kim taehyung!" jimin mengancam dengan memberikan tatapan membunuh pada taehyung. jika sudah begitu, taehyung hanya dapat menuruti perintah jimin meskipun ekspresi wajahnya terlihat kesal dan bibirnya yang terlihat sedikit memanyun. toh ini semua demi kebaikan taehyung sendiri kan?
.
.
.
.
.
.
.
.
.
MBC Building
.
.

setelah melakukan perjalanan selama hampir 4 jam, pada akhirnya seokjin, taehyung, dan juga jimin tiba di kawasan gedung stasiun televisi swasta ternama di korea. gedung tersebut sangatlah megah, hingga benar-benar menyita perhatian taehyung selama beberapa saat. pemuda itu terus saja memandanginya dari balik kaca mobil. banyak pikiran yang kembali memenuhi kepalanya.

"taehyung-ah, apa yang kau pikirkan hingga tak berkedip seperti itu hn?" seokjin membuyarkan lamunan adiknya.

taehyung tak menjawab pertanyaan seokjin, melainkan melakukan aktivitas lain yaitu melepas jaket hitamnya. menyisakan sebuah kemeja merah bermotif kotak-kotak dan sweater hitam yang masih melekat di tubuhnya.

"bantu aku untuk keluar, hyung" nyatanya taehyung sudah tak sabar untuk menghirup udara segar kota seoul.

"kau tak ingin menunggu di dalam mobil? masih ada waktu beberapa jam sebelum pre-recording dimulai" ujar seokjin lagi.

"tidak. aku juga ingin mengantri seperti penggemar yang lain. siapa tahu aku beruntung, bisa melihat jungkookie lebih jelas" taehyung menjawab dengan pelan.

"baiklah jika itu yang kau mau" seokjin menyerah. lagi-lagi ia kalah dengan sifat keras kepala taehyung. selama itu masih dapat diterima dengan logika, seokjin membebaskan taehyung untuk melakukan apa yang ia mau.
.
.
.
.
tanpa menunggu lama, seokjin segera turun dari mobil. bahkan kaca mata hitamnya pun masih belum sempat ia lepas. dengan gaya kasualnya, penampilan seokjin sempat menjadi pusat perhatian beberapa orang di sekitarnya. orang awam mana yang akan menyangka, jika pria muda yang terlihat layaknya seorang artis ini... sebenarnya adalah seorang dokter dari rumah sakit ternama di kota daegu?

setelah merapikan tampilannya, seokjin langsung membuka pintu belakang dan bersiap memindahkan taehyung ke atas kursi roda.

"tak perlu khawatir taehyung-ah. kita akan berjuang bersama untuk membawa jungkook kembali. apa pun hasil yang didapat hari ini, semoga itu semakin memacu semangat kita untuk melakukan yang terbaik" seokjin berujar di tengah ritualnya untuk menggendong taehyung.

"hm. terima kasih............................ hyung" taehyung berbisik tepat saat tubuhnya digendong di atas punggung seokjin. walau bisikan tersebut terdengar bergitu lirih, namun demi tuhan.. seokjin masih dapat mendengarnya dengan sangat jelas. untuk pertama kalinya, setelah konflik batin antara mereka berdua masih belum sepenuhnya terselesaikan............... taehyung mengucapkan terima kasih padanya. satu kalimat singkat tersebut berhasil membuat tubuh seokjin membeku. meski jarak kursi roda di depannya kurang dari satu meter, tapi rasanya benda tersebut sangat sulit untuk dicapai. perasaan terkejut, haru, tak percaya, semua bercampur menjadi satu.

"h...hh...hyung?" melihat sang kakak masih terdiam di tempatnya, taehyung memberanikan diri untuk bersuara. membawa seokjin kembali ke alam sadarnya.

"eh? maaf taehyungie, hyung... hyung terlalu terkejut" seokjin salah tingkah. ia langsung bergerak cepat menurunkan tubuh taehyung ke atas kursi rodanya. lantas mengusap bawah matanya menggunakan lengan mantelnya. apa seokjin menangis? ya. ia tak dapat menyembunyikan kebahagiaannya. menyadari hubungannya bersama taehyung yang tak kunjung membaik, membuatnya takut untuk berandai lebih jauh. biarlah kehidupannya berjalan seperti air yang mengalir, karena ia yakin....... saat indah yang diimpikannya pasti akan datang. dan terbukti, salah satu impian itu baru saja terwujud.

seokjin memutuskan untuk berjongkok di hadapan taehyung sejenak, ia tatap wajah adiknya dalam-dalam.

"taehyung-ah...... ayo kita lakukan bersama-sama! semangat!" seokjin tersenyum tulus. ia ulurkan tangannya ke samping kepala taehyung dan mengacak rambutnya pelan.

taehyung tak mau kalah. ia balas senyuman seokjin dan mengangguk sebagai tanda setuju.
.
.
.
.
waktu menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. namun antrian penggemar untuk masuk ke dalam gedung sudah mengular hingga puluhan meter. dan ya, berdasar informasi yang di dapat... antrian ini khusus untuk penggemar yang mendukung JK. banyak diantaranya membawa kamera profesional, ada pula beberapa pers yang sengaja meliput kedatangan JK sebentar lagi. hm. luar biasa.

dengan kursi rodanya, taehyung berusaha mendekati antrian penggemar diikuti dengan seokjin dan juga jimin di belakangnya. ia sedikit tak percaya diri mengingat sebagian besar penggemar didominasi oleh kaum hawa. tapi masa bodoh dengan hal tersebut, yang terpenting taehyung dapat melihat JK dan memastikan bahwa dia adalah jungkookie yang dicari.

namun semakin kursi roda tersebut mendekati keramaian, jantung taehyung berdegup cepat. rasa di dalam hatinya pun bergemuruh hebat dengan keringat dingin yang tiba-tiba mengucur melalui dahinya. ia atur nafasnya mati-matian, lantas menggigit bibir bagian bawahnya kuat-kuat demi menyalurkan rasa aneh yang ada dalam dirinya. kedua matanya panas hingga menghasilkan rasa perih yang teramat sangat. heeeey, kenapa rasa seperti ini datang lagi? tak bosankah mereka menghampiri taehyung, hingga pemuda itu hampir menyerah dibuatnya?

berulang kali taehyung menarik nafas panjang dan menghembuskannya secara perlahan melalui mulut. tenanglah taehyung-ah. itu semua adalah bagian dari masa lalumu. sekarang keadaannya berbalik. kau........ bukanlah siapa-siapa. kau tak ada bedanya dengan para penggemar ini. kau tak boleh merasa sakit hati. sudah takdirmu menjadi seorang yang cacat. kau tak bisa mewujudkan cita-citamu, menampilkan bakat dan hasil kerja kerasmu di depan banyak orang. tuhan sudah menakdirkanmu untuk menjadi seorang pengagum, bukan orang yang dikagumi. tak ada yang bisa berubah dari garis hidupmu. kau harus menerimanya.
.
.
.
.
taehyung menyadari ada yang aneh dengan keadaan sekitarnya. kenapa tiba-tiba banyak orang memandanginya? hey, kenapa pula orang-orang itu mengarahkan ponsel ke arahnya.. seolah mereka sedang mengambil gambarnya? apakah ia salah mengenakan baju? atau ada sesuatu di wajahnya? taehyung sungguh tak mengerti.

taehyung mencoba menoleh ke sekelilingnya, berusaha menemukan seokjin dan jimin untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. namun sayangnya, seokjin sedang berbicara dengan salah satu petugas keamanan dan jimin yang sedang mengangkat telepon tak jauh darinya. mau tak mau membuat taehyung harus menanggung malu dan salah tingkahnya seorang diri.

"lihat! dia tampan sekali! eh? kenapa ia berada di kursi roda? apa ia salah satu rookie idol yang sedang cedera huh? tapi sepertinya.......... aku tak pernah melihatnya di televisi. oh! tidak.... tidak..... aku seperti pernah melihat sosok yang mirip dengannya. tapi dimana?"

.

"kupikir dia salah seorang penggemar JK?"

.

"apa dia............. cacat?"

.

"kasihan sekali hidupnya. andai saja tidak cacat, pasti ia bisa menjadi idol terkenal dan memiliki banyak penggemar!"

.

"dengan wajah tampannya yang unik, ia pasti bisa menggenggam masa depan dunia hiburan negeri ini. aaah sayang sekali!"

.

"sedih sekali. wajah tampan yang dimilikinya terasa sia-sia saat mengetahui pemuda itu cacat. tapi.......... kenapa aku merasa tak asing dengan tipe wajah sepertinya? aku yakin dia bukanlah seorang idola. jadi.......... dimana aku pernah melihatnya?"

.

"betapa adilnya tuhan saat menciptakan manusia. memiliki kesempurnaan tubuh namun berwajah biasa saja, tapi ada pula yang memiliki ketampanan luar biasa namun ia harus menerima tubuhnya yang cacat. hng, ngomong-ngomong... dia pria tertampan yang pernah kutemui secara langsung! tapi..... apa gunanya wajah tampan itu, jika ia tak bisa menjadi seorang idola? miris sekali"
.
.
.
.
taehyung mendengar suara bisikan orang-orang di sekitarnya dengan sangat jelas. ia tak dapat berbuat apapun selain mengeratkan gigi untuk menyalurkan kekecewaan dan sakit di hatinya. ia ingin segera meninggalkan tempat ini, tapi taehyung sendiri tak berhasil menemukan tempat berlindung yang jauh dari jangkauan para penggemar JK.

mengapa? mengapa semua orang hanya melihat fisiknya? lagipula ia tak pernah meminta tuhan untuk memberi wajah seperti ini. juga... siapa pula yang mau memiliki tubuh cacat?

taehyung berusaha tak menanggapi cibiran orang-orang tersebut. ia berusaha bersikap masa bodoh dengan sekelilingnya. ia pasang wajah tenangnya, demi menunjukkan bahwa seorang kim taehyung tidak akan terpengaruh dengan perlakuan semena-semena seperti itu.

satu pelajaran yang dapat taehyung ambil dari kejadian ini. kenyataan tak selalu seindah dengan apa yang dibayangkan. bagaimanapun itu, dunia luar jauh lebih liar dan jahat dari apa yang kau duga. tapi disitulah, kau akan dipaksa menjadi lebih kuat untuk menjalani hidup.

"taehyung-ah, kau baik-baik saja?" setelah sekian menit meninggalkan sang sahabat karena panggilan telepon yang mendadak, akhirnya jimin menyadari ada hal yang tak beres di sekelilingnya. ia melihat taehyung seperti dikepung oleh ratusan orang dengan mengangkat ponselnya dan saling berbisik. hal itu berhasil membuatnya kelimpungan. bagaimana jika taehyung memberontak? bagaimana jika sahabatnya ini pingsan karena merasa terintimidasi atau terancam?

beruntunglah pikiran itu tak menjadi kenyataan. ia masih melihat senyum taehyung ketika menyambutnya. "hm, aku tidak apa-apa"

"tapi................ ini?" jimin melirik kanan kiri sebagai sinyal utama pertanyaannya.

"biar saja, aku masih bisa menahannya" senyuman taehyung semakin lebar, meski hatinya tak sejalan dengan ekspresi wajahnya.

"eoh! JK datang! JK datang!" salah seorang penggemar wanita berteriak, ketika mendapati sebuah van hitam berhenti sekitar 50 meter dari tempat taehyung.

tak ada kericuhan antar penggemar yang berebut untuk mendapat barisan depan. semua telah bersiap di posisinya masing-masing. dan taehyung, entah ini suatu kebetulan atau bagaimana..... ia bersama jimin dan juga seokjin, berada tepat di barisan paling depan. taehyung benar-benar bisa melihat van hitam itu dengan jelas.

pemuda kim itu merasakan gugup yang sangat hebat. detak jantungnya berpacu semakin cepat, hingga kedua tangannya gemetar tak terkendali. namun taehyung tetap tak melepaskan pandangannya pada pintu van hitam yang sampai sekarang belum terbuka. benarkah jungkookie akan keluar dari sana? benarkah seorang calon superstar itu adalah adik bungsunya?

tak berselang lama, pintu belakang van mulai dibuka. keluarlah seorang pria berusia 30an tahun kemudian berdiri tepat di depan pintu mobil. pria itu terlihat sedikit bercakap dengan seseorang di dalam van. keriuhan penggemar semakin menjadi. teriakan-teriakan yang menyebut nama JK semakin sering terdengar. membuat taehyung semakin tak bisa mengendalikan tubuhnya, hingga perutnya terasa mual. dalam hitungan menit, wajah tampan itu semakin terlihat pucat dengan bibir yang kian memutih.

"jeikeeeeei!"

"JK! JK! JK!"

"JK-yaaa! nuna mencintaimu!"

"JK oppaaaa!"

teriakan penggemar yang semakin menggila sukses membuat kepala taehyung semakin memberat. terlebih sinar matahari yang kian terik, membuat keringat taehyung semakin mengucur dengan deras. tapi, pemuda itu tetap bertahan demi JK. ia tak mau melepaskan kesempatan berharga ini.

teriakan semakin membrutal ketika seorang pemuda berambut cokelat tua keluar dari van. ia hanya menggunakan kaos polos putih yang dilapisi jaket tebal berwarna merah sembari menenteng ransel hitamnya. sesekali pemuda itu tersenyum sembari melambaikan tangannya ke arah penggemar.

pemuda bernama JK itu berjalan menuju pintu masuk gedung. ia sengaja menggunakan pintu samping demi menyapa seluruh penggemarnya terlebih dahulu. ia terus memancarkan senyuman seraya beberapa kali membungkukkan badan. sungguh, ia sangat tahu cara meninggalkan kesan baik bagi semua orang yang melihatnya.

pandangan mata JK terhenti selama sepersekian detik, ketika menangkap sebuah objek yang membuatnya terhenyak. siapapun yang melihatnya dengan seksama, pasti menyadari perubahan kilat ekspresi wajah sang artis.. sebelum ia memasang wajah ramah nan tenang seperti semula.

"dia.......... benar-benar uri jungkookie yang kita cari, tae" jimin termangu melihat sosok tak asing itu berjalan dengan santai di hadapannya.

taehyung tak menjawab. pemuda itu masih membisu, menyesuaikan apa yang baru saja ia lihat dengan pikiran serta isi hatinya. mulutnya sedikit menganga, dengan kedua matanya yang kian melebar. entah dari mana asalnya, taehyung tak dapat menghentikan laju air matanya. taehyung tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. aura jungkook benar-benar berubah. ia berani bersumpah, pandangan matanya saling bertemu dengan mata bocah itu.. sebelum sang idol membuang muka ke arah lain layaknya tak mengenali kehadiran sang kakak yang setia menunggunya. tak mungkin pula jungkook tak melihat keberadaan taehyung, karena hanya dialah satu dari ratusan penggemar yang menggunakan kursi roda. apalagi ia berada di barisan paling depan.
.
.
jungkookie, apa benar itu kau?
apa benar seseorang yang berjalan di depanku tadi, adalah jungkookie.. adik kecilku?

apa kau tadi tidak melihat hyung?
atau kau malu mengakui, bahwa kau memiliki seorang hyung yang cacat, hm?
apa keberadaanku akan membawa dampak buruk pada karirmu? jika memang iya, baiklah..... hyung akan tetap menjaga jarak darimu. hyung tak mau membuat adik hyung malu.

meski hyung tak bisa berjalan, bukan berarti hyung tak bisa melihat sorot matamu.
hyung tahu, kau menyadari hyung di sini.
jungkookie adik kesayanganku... tak bisakah kau tersenyum pada hyung sebentar saja? tak perlu memperlihatkannya dengan jelas di depan orang lain. hanya mengakui akan eksistensi hyung di dunia ini.... mengakui bahwa seorang kim taehyung, ada di dalam kamus hidupmu. bisakah?

seandainya hyung bisa berjalan, hyung pasti akan langsung berlari memelukmu...
tak peduli kau mau menerimaku atau tidak, yang jelas hyung akan tetap memelukmu erat sambil berkata 'hyung sangat merindukanmu'

tapi sayangnya..... tak ada yang bisa hyung lakukan selain memandangimu, sambil berharap suatu saat kau mau menghampiri hyung....
meski hyung sendiri tak yakin, kapan itu semua akan terjadi.
sekarang berteriak untuk memanggil namamu saja, rasanya hyung tak sanggup.
hyung terlalu lemah, hyung terlalu takut......
kehidupan kita telah jauh berbeda.
melihat sikapmu baru saja.. semakin meyakinkanku, bahwa hyung hanyalah debu di matamu........

hyung mohon jangan pernah berubah seperti sosok antagonis di dalam cerita.
jadilah kim jungkook yang memiliki sikap dan sifat seperti kau bersama hyung dulu...
tapi apapun yang terjadi, hyung tetap menyayangimu.............. jungkookie.
.
.
"taehyung-ah, kau berpikiran sama sepertiku kan? dia................ benar-benar jungkookie kan?" jimin terlalu antusias, hingga mengajak taehyung berbicara kembali dengan topik yang sama.

namun lagi-lagi taehyung tak merespon.

"taehyung-ah? kau tak apa?" jimin kembali memanggil nama taehyung untuk memastikan keadaannya. jujur saja, jimin tak dapat bergerak bebas karena beberapa penggemar di belakang menghimpitnya.

"..............kim taehyung?" kali ini firasat jimin tidaklah baik. pemuda mungil itu berusaha mencari celah untuk dapat melihat wajah sahabatnya.

"ya tuhan! kim taehyung!" setelah beberapa saat, jimin menyadari jika taehyung tengah tergolek lemah di atas kursi rodanya. kedua matanya tertutup, dahinya mengernyit seperti menahan sesuatu. ia tak sepenuhnya pingsan, dilihat dari deruan nafasnya yang memberat dan tersengal. rambutnya pun sudah benar-benar basah karena keringat.

seokjin yang mendengar seruan panik jimin, langsung menyeruak keluar dari barisan. tak peduli dengan para penggemar yang menyorakinya, ia langsung membawa tubuh kurus taehyung ke atas punggungnya dan langsung berlari ke arah mobilnya.

.

"eoh? ada yang pingsan?"

.

"pemuda cacat itu tiba-tiba pingsan!"

.

"ya tuhan, kasihan sekali!"

.

"malang sekali nasibnya. kuharap ia akan baik-baik saja"

.

kabar taehyung pingsan sesaat setelah JK berjalan di hadapannya, langsung menjadi topik hangat diantara penggemar. membuat JK yang hendak memasuki pintu masuk gedung, menghentikan langkahnya sesaat. ia menoleh ke belakang seperti memeriksa keadaan sekitar. raut khawatir dan kebingungan itu jelas tergambar di wajahnya.

"JK-ya, kau sudah terlambat untuk melakukan rehearsal"

"ya hyung, aku mengerti" JK kembali melanjutkan jalannya didampingi oleh beberapa manager. ia kembali berjalan santai seolah tak ada hal buruk yang terjadi.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC
.
.
MAKIN GAJELASSSS! MAKIN NGEBOSENIN! MAKIN MUTER-MUTER!
yaudah sih ya, ini udah maksimal banget bikinnya hehe

Q: kak chapter ini jungkooknya kok dikit amat?
A: aku ngeluarin cast sesuai kebutuhan ceritaㅜㅜ pasti aku bakal ngimbangin mereka buat muncul kok, entah join di satu chapter atau sejenisnya. dimohon pengertiannya ya:""") setidaknya hubungan mereka ada kemajuan kan? meskipun semakin ruwet wkwkwkwk

maaf, beberapa chapter terakhir ini panjang banget ceritanya pasti pada boseenn huhuhu
beneran aku takut kalian pada bosen sama cerita iniㅜㅜ mau ku-end-in tapi takut alurnya kecepetanㅜㅜ
jadi..... yang ga tahan bacanya, bisa langsung close.
yang berhasil baca sampai akhir, yuk cus! kutunggu vote dan komennya♥♥♥♥♥ komen kalian bener-bener bikin kusemangat buat lanjutin ff ini loooohhh..
makasih!!!!♥♥♥♥

Lanjutkan Membaca

Kamu Akan Menyukai Ini

461K 8.5K 13
Shut, diem-diem aja ya. Frontal & 18/21+ area. Homophobic, sensitif harshwords DNI.
48.9K 7.6K 44
Rahasia dibalik semuanya
127K 9.1K 57
cerita fiksi jangan dibawa kedunia nyata yaaa,jangan lupa vote
45.9K 6.3K 38
Cerita tentang perjodohan konyol antara christian dan chika. mereka saling mengenal tapi tidak akrab, bahkan mereka tidak saling sapa, jangankan sali...