Airisya,

By rendezvaults

6.9K 639 44

( Proses Revisi Alur Selanjutnya) Airisya, Aku berterima kasih pada senja yang mempertemukan kita, dan Tuh... More

BAB 1
BAB 2
BAB 3
BAB 4
BAB 5
BAB 6
BAB 7
BAB 8
BAB 9
BAB 10
BAB 12
BAB 13
BAB 14
BAB 15
BAB 16
BAB 17
BAB 18
BAB 19
BAB 20
BAB 21
BAB 22
BAB 23
BAB 24

BAB 11

240 24 3
By rendezvaults


PAGI di hari Sabtu, Aira mendapati dirinya tertidur di atas tempat tidur Angkasa bersama Kirana, adik Angkasa. Kirana tertidur pulas di pelukannya, sementara Aira tidak mendapati Angkasa di penjuru kamar.

" Nyenyak tidurnya?"

Aira bingung, sementara Angkasa terbahak memandang ekspresi Aira. " Enggak, gue tidur di sofa ruang tengah kok. Lo ketiduran pas Kirana lagi dongeng," jelas Angkasa sambil menaruh nampan berisi sarapan untuk Aira dan Kirana di nakas.

Gadis itu mengusap wajahnya, mengumpulkan kesadarannya sementara Angkasa memposisikan dirinya duduk di samping Aira. Mata Aira kini memandang lurus, ke balkon kamar Angkasa. " Semalam lo kecapean banget–"

" Aaaa.." Kirana menjerit histeris, dengan cepat Aira membangunkan Kirana dan gadis berumur empat tahun itu menghambur ke pelukan Aira. Tangis bocah itu luruh bagaikan air terjun, membuat Aira dan Angkasa bingung harus menanyakan apa.

" Kenapa sayang?" tanya Angkasa sambil mencium puncak kepala Kirana. Tetap, gadis itu bungkam seolah semua jawaban itu telah di lahap abis oleh angin. Aira menangkup pipi Kirana. " Ceritain sayang, biar aku bantu."

Kirana menghapus air matanya, dadanya naik turun tak beraturan. " Aku mimpi Papa meninggal," ucap Kirana di iringi tangisan. Angkasa diam, tak berkutik, sementara Aira sama kagetnya dengan Angkasa.

Jodi beberapa hari ini memang kesehatannya menurun, bahkan Jodi sering kali menyebutkan nama Yanti, mendiang istrinya dalam tidurnya membuat Angkasa miris. Ibu tirinya dengan teganya masih saja mengurus pekerjaannya dan adik tirinya juga tak pernah mengabarinya.

Elena Saphira: Papa kenapa, sa?

Elena Saphira: kamu tolol banget sih gak jawab

Angkasa Wijaya: lebih tolol mana, lo atau gw? Papa udah sakit dari beberapa hari yang lalu dan lo masih aja tetep ngurusin kuliah? Kirana abis mimpiin Papa meninggal. Goblok lo.

Setelah itu, pesan Angkasa hanya dibaca oleh saudari tirinya itu membuat emosinya memuncak. Sejahat itukah adik tirinya dan ibu tirinya? Tiket mahal? Angkasa bisa membelikannya untuk flight hari ini.

Uang bisa di cari, tapi kehidupan tidak bisa di tukar oleh uang.

Aira menatap Angkasa yang kini terisak. Aira tidak pernah melihat Angkasa sangat sedih seperti ini. " Sa, kenapa?" Angkasa lupa, ia belum pernah menceritakan tentang ibu baru dan saudari barunya itu. " Enggak, gue sedih aja liat Papa sakit," kata Angkasa berbohong, menyembunyikan semua luka yang tergores di hatinya.

" Gue takut mimpi Kirana jadi–" Aira menggeleng sambil mendekap Angkasa, " gue gak pernah ngajarin lo buat berpikir negatif."

Tapi lo gak tahu apa-apa, Ra.

***

Prang.

Putra membanting satu piring putih di dapur mambuat suasana rumah ini mencekam. Liona hanya bisa menangis, menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Alviero yang hendak menampar istrinya itu langsung di tahan oleh Gilang.

" Ayah gak berhak nampar Bunda!" Gilang menarik tangan ibunya menuju keluar rumah dan mengajaknya pergi ke Apartemen, menghindar dari situasi mencekam itu. Jujur, Gilang tahu ibunya tidak bersalah, hanya firasat Alviero saja yang mengada-ada.

Putra pernah melihat Liona mengobrol dengan banyak lelaki di restoran, dan kejadian itu awal dari retaknya hubungan keluarga yang dulu awalnya bahagia.

" Gilang tau laki-laki yang Bunda temuin di restoran teman-teman seangkatan Bunda dulu, jadi Bunda gak usah khawatir." Liona mengangguk, mengusap air matanya dengan tisu. Gilang membelokkan stir kemudinya menuju pekarangan rumah tantenya untuk mengambil si kembar, Valerin dan Valerie. Valina dan Valerie adalah adik Gilang yang terpaksa Gilang titipkan pada tante Fiona karena jika Gilang tinggal bersama Valerin dan Valerie di apartemen, ia tidak cukup memiliki waktu untuk mengurusi keduanya walau kedua gadis itu sudah kelas sembilan.

" Lama banget lu," dengus Valerin kesal sambil memeluk tasnya di dada, sementara Valerie setuju. " Gak usah komplen, Bunda tadi abis berantem lagi sama Ayah," bisik Gilang mengambil dua koper adiknya itu dan memasukkannya ke dalam bagasi mobil CRVnya yang berwarna hitam itu.

" Tante Fiona, maaf ya kalau adik saya ngerepotin, sekarang udah gak kok, mereka aku ajak tinggal di apartemen. Makasih ya, Tan," Fiona mengangguk, mencium dahi keponakannya itu dan membiarkan mobil hitam tersebut keluar dari pekarangan rumahnya.

Valerie membuka buku diarynya, menuliskan sesuatu.

Tuhan,
Apakah ini jalan yang terbaik?
Jalan dimana aku harus menangis
Jalan dimana aku hanya bisa diam
Dan Jalan dimana semuanya terasa buntu
Dan hampa di makan oleh udara dari utara

-Valerie, dua tujuh bulan ke tiga.

Kini yang hanya Valerie andalkan adalah kakaknya, tempat dirinya menghabiskan waktu untuk curhat. Sesampainya di apartemen, Valerie mengganti bajunya dan pergi ke kamar Gilang.

" Kak," panggil Valerie sambil membuka pintu. Ia mendapatkan kakaknya sedang melaksanakan ibadah shalat. Valerie merasa bahagia memiliki kakak seperti Gilang, sosok yang baik dan optimis, Valerie juga berdoa agar sang kakak memiliki pendamping hidup yang baik.

Gilang mengusap wajahnya lalu menengok ke sumber suara, " Kenapa, Val?" sang kakak sambil melipat sajadah, Valerie berjalan menuju tempat tidur kakaknya sambil berjalan ke balkon, menikmati senja Jakarta.

Gilang menghampiri adiknya itu yang menggenggam erat besi balkon. Langit mulai menampakkan warna oranye, bahwa senja telah di mulai.

" Kak, gue sempet diam-diam kerja jadi pelayan di kafe, dan ini hasilnya. Sampai sekarang gue masih kerja buat ringanin kerjaan Bunda." Gilang kaget, Valerie mengeluarkan amlop berwarna cokelat dan isinya cukup tebal. Valerie mengusap air matanya, iris matanya yang berwarna biru yang di wariskan oleh kakeknya ini menyiratkan rasa sedih yang mendalam. " Gue gak kuat, kak. Gak kuat."

" Val mau buktiin ke dunia bahwa Val gak serapuh itu!" Valerie terisak, tangisnya membeludak ketika Gilang kini mendekapnya erat dengan kasih sayang. Valerie mengepalkan tangannya lalu memukul dada Gilang dengan tenaga seadanya. " Val cape kak, Val cape," kata gadis itu berulang-ulang di tengah tangisannya membuat hati Gilang teriris-iris.

" Val cape di bilang gak punya otak."

Val cape di bilang gak punya otak.

Jantung Gilang tertohok. Sebegitu kejamnya dunia ini? Sampai ada orang teganya mengatakan bahwa adiknya tidak punya otak. Gilang memegang kedua bahu Valerie, " Siapa orangnya? Kakak gak segan merusak wajahnya," Valerie tertawa sendu. " Gak apa-apa kak, udah selesai kok masalahnya."

Gilang menggoda, " Val udah jatuh cinta yaa."

Valerie membulat, " Kak!" protesnya kesal. " Nanti gue kapan-kapan jemput Val ah supaya bisa liat cowoknya kayak gimana."

Valerie terbahak, " Kak Aira gimana?"

Apa cinta harus di pertanyakan?

***

Aira menderapkan langkahnya menuju keluar kelas bersama Namira, sementara Namira sedari tadi tersenyum sendiri membuat Aira berpikir bahwa gadis itu sedang di rasuki.

" Nam kenapa sih lo?"

Namira tertawa sambil menggeleng, " Enggak, mikirin Rizky doang," jawab gadis itu santai.

Aira memicingkan matanya ke arah lapangan yang terhitung sepuluh orang mengangkat papan kea rah lantai tiga gedung bahasa yang di pecah sepuluh bertuliskan Will you be my girlfriend Airisya Audya Pratama?

" Over and over again... So don't ever think I need more, I've got the one to live for no one else will do and I'm telling you, just put your heart in my hands... I promise it won't get broken.. We'll never forget this moment, it will stay brand new, 'cause I'll love you, over and over again..." Aira membekap mulutnya, menahan tangisan bahagianya setelah melihat figur Bagas yang menyanyikan lagu tersebut.

Di koridor, Angkasa melihat banyak siswa-siswi berjalan menuju lapangan basket yang ada di depan gedung bahasa. Firasat Angkasa semakin tidak mengenakkan tentang semua ini terutama keadaan Jodi.

Angkasa berlari menuju ujung koridor dan seketika jantungnya berhenti berdetak, melihat Bagas berjongkok, meminta jawaban akan cintanya pada Aira dengan sebuket bunga melati yang juga menanti seseorang menggenggamnya karena cinta.

" Iya aku mau." Aira mengambil bunga tersebut lalu memeluk Bagas penuh kebahagiaan.

Angkasa tersenyum paksa, tiba-tiba alunan lagu over and over again sebagai dering telepon ponselnya berbunyi.

Elena Putri Saphira calling...

Angkasa menempelkan ponselnya di telinga kanannya dan mendengar suara isakan Elena.

" Papa kritis, Sa."

***

Angkasa berlari di koridor rumah sakit dengan pikiran kosong. Ia hanya memikirkan satu, ayahnya. Pa, jangan sekarang Pah.

Angkasa melihat di UGD ada Elena yang duduk dengan mata yang memerah, air mata terus mengalir, membasahi pipinya. Saat adik tirinya itu melihat sosok Angkasa, tanpa berpikir panjang gadis itu langsung memeluk Angkasa, menghiraukan balasan Angkasa terhadap pelukannya. " Gue disini, na," ujar Angkasa pelan, perlahan tangannya terangkat dan mengusap punggung Elena. Sementara Kirana yang tadi Angkasa lihat di kantin rumah sakit kini menatap Angkasa penuh kesedihan. Elena berusaha mengatur napasnya, " Maaf aku lancing tiba-tiba meluk kamu."

Putra sulung Jodi itu menggeleng, " Gak apa-apa, maaf kalau gue biasa kasar," Elena diam.

Seorang perawat menghampiri keduanya, membuat Angkasa terpaksa melepas pelukannya dan siap mendengarkan kabar tentang ayahnya yang kritis itu. " Tuan Angkasa?" Angkasa memberikan satu telapak tangannya, bahwa perawat tersebut memanggil orang yang benar.

" Tuan Jodi sudah sadar, namun ia ingin berbicara empat mata dengan anda," kata sang perawat tulus, Angkasa menatap Elena. " Gue ke Papa dulu ya." Elena yang sebenarnya tidak rela hanya Angkasa yang di minta untuk ke ruangan Jodi akhirnya mengangguk, ia menghargai privasi Angkasa dan ayah tirinya itu.

Derap langkah Angkasa terasa berat menuju ruang UGD. Dan kini tubuhnya memasuki ruangan tersebut, matanya menyaksikan selang oksigen menancap di hidung lelaki tua tersebut, juga alat pendeteksi detak jantung yang ada di sampingnya. Wajah Jodi pucat, namun senyuman masih terlukis di wajahnya. Angkasa mencium punggung tangan Jodi yang terdapat jarum infus yang menancap di punggung tangan tersebut.

" Sa, Papa boleh minta satu hal?" Angkasa mengangguk, tangan Jodi menangkup pipi kiri Angkasa yang kini air mata mulai berjatuhan, membasahi baju rumah sakit berwarna hijau yang ia kenakan. " Jenazah Papa makamkan di sebelah makam Mama, tolong ya, Papa sudah memesan kok di sana." Angkasa mengangguk pelan, mengiyakan apa yang di minta ayahnya.

" Kamu sudah besar ya," Angkasa tertawa, " Iya Pah, aku udah besar."

Jodi terbatuk, dan kini ia merasakan dadanya mulai sakit. Mungkin ini saatnya.

" Nak, jaga Kirana ya, jaga dia sampai besar, bilang sama Kirana bahwa Papa sayang banget sama dia, Papa gak mau lihat dia terluka karena cinta, bantu dia untuk mengenal ketulusan cinta, seperti dulu Papa lakukan pada Mama. Sa, jaga Aira ya, dia cantik dan cocok menjadi perempuan kamu," Angkasa mengangguk, lidahnya kelu untuk mengatakan bahkan berteriak bahwa Aira sudah bahagia, namun dengan orang yang salah.

Jodi menarik napas panjang, " Angkasa Wijaya, Papa sayang banget sama kamu."

Angkasa memeluk tubuh Jodi erat, tangisnya pecah. Sementara lelaki itu mengelus punggung putra sulungnya pelan, sampai suara alat pendeteksi jantung menandakan garis lurus, tak ada lagi kehidupan dalam diri Jodi. Angkasa mengangkat kepalanya, menatap alat pendeteksi tersebut lalu kembali memeluk jasad Jodi yang dingin.

" Pah, Angkasa juga sayang sama Papa," bisik laki-laki itu pelan, lalu kembali memeluk Jodi hingga perawat dan dokter kembali.

Hanya di waktu tertentu, laki-laki bisa menangis.

***

A/N

After read this part: :(((((((

Maaf ya ada sedihnya dulu hehehe... maaf ya angkasanya dikasih penderitaannya kebanyakan, gimana dong :(

Double update ya hehehehe :) 6 mei zaujah bakal double update lagi. oh iya, pas update ini ( 1 Mei 2017 ) aku udah nyelesain 23 bab dari 37 bab :) yey wkwk

Continue Reading

You'll Also Like

52.2M 1.6M 63
[#1 Teen Fiction | #1 in Romance] Bad boy Luke Dawson is stuck living with clumsy nobody Millie Ripley for the summer. When she ran over his most p...
81.4K 2.6K 29
[ONGOING 🔞] #8 insanity :- Wed, May 15, 2024. #2 yanderefanfic :- Sat, May 18, 2024. After y/n became an orphan, she had to do everything by herself...
12.5K 32 1
Bookcover made by minimalizzzzzzz ( ENGINEER SERIES #4 ) Aira Lauv Yanueza is a student from La Resencia University. She's pretty, kind, and intelli...