Azhrilla [Very Slow Update]

By Nihlaa_

4.4K 587 134

Mengapa disetiap pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan? Mengapa kita harus bertemu? Mengapa akhirnya ha... More

Prolog
[Hari Pertama]
[Detra Veday Batara]
[Suasana Baru]
[Janji]
[Perkelahian]
[Aku Jadi Member Katalisis?]
[Pemilik Hati]
[Ajakan]
[Arv]
[Porseni 2]
[Porseni 3]
[Malam yang Panjang]
Pemberitahuan (1)
Halusinasi
[Yang Sebenarnya]
[Sebuah Puisi]
[Rindu]
[Faliq]

[Porseni 1]

135 24 7
By Nihlaa_

Olahraga dulu baru olahrasa. Karena untuk mencapai keberhasilan dalam perjalanan cinta yang melibatkan perasaan dibutuhkan jasmani yang sehat dan kuat.

♡♡♡

Matahari terbit, lalu pada akhirnya tenggelam. Pohon-pohon tumbuh dengan sangat subur namun pada akhirnya akan layu pula. Entah setan apa yang sedang menghantuiku. Sehingga tiga hari ini mood ku sangat tidak jelas sekali.

Satu semester hampir berlalu. Semakin hari, perasaan dan pikiranku semakin sulit ditebak, bahkan aku sendiri tidak mengerti dengan diriku sendiri.

Hampir enam bulan berlalu begitu banyak hal yang telah terjadi. Sejak hari pertama aku menapakkan kaki di sekolah ini. Memulai banyak cerita dengan teman kelasku. Tiada hari tanpa tertawa melihat kegokilan mereka semua.

Kemudian, aku mulai memasuki sebuah organisasi. Organisasi yang mengajarkanku disiplin yang sangat melebihi diriku sendiri. Sebuah organisasi yang menghapus pemikiran bahwa seharusnya kakak kelas itu ditakuti. Semuanya tidak benar, mereka semua memperlakukanku dengan baik. Sangat baik malahan. Disana aku bertemu dengan Melina. Salah satu top girl dari kelas X MIPA 5 yang jago kimia. Dari sana kita berdua menjadi akrab dan berteman baik.

Yang paling bermakna adalah pertemuanku dengan Dev. Aku berkenalan, berteman lalu akhirnya, menjadi sahabat dengannya. Dia, memanggilku Arv sejak beberapa bulan yang lalu. Katanya nama itu lebih bermakna untuknya dibandingkan nama Zhizhil, Zhilla atau yang lainnya. Laki-laki itu tetap menjadi spesies teraneh dan menyebalkan di hidupku. Tentunya posisi The King of TERMENYEBALKAN akan selalu berada di tangan Bang Zahri.

Besok adalah upacara pembukaan porseni. Kegiatan tahunan di penghujung semester yang tak pernah absen diadakan di SMA Halu. Benar. Sesuai dengan namanya, Pekan Olahraga dan Seni pada kegiatan tersebut pertandingan dan perlombaan dari cabang olahraga dan seni akan digelar esok hari.

Aku cukup antusias menyambut event itu, karena pada dasarnya aku memang menyukai olahraga dan seni walau rasa suka ini tidak sebanyak rasa sukaku pada dirinya.

Kulihat baju porseniku yang sedang tergantung tepat di hadapanku. Melihatnya saja sudah membuatku geli sendiri. Kaos berwarna pink, training panjang berwarna pink, hoodie berwarna pink, dan sepatu pun berwarna pink. Masih untung pakaian dalam dan kaos kaki tidak termasuk dalam daftar serba pink.

Jujur saja masih terbayang bagaimana perseteruan antara Dian, dan Fajar saat merancang baju porseni di kelasku. Dian yang sangat menyukai warna pink tetap kokoh pada pendiriannya membuat teman-temanku yang lain dengan sangat terpaksa termasuk diriku menyetujui keinginannya kecuali satu orang. Fajar!

Dia berbeda, ketua kelasku yang notabenenya ganteng padahal menurutku biasa saja tetap tidak setuju. Preman level atas tapi rajin sholat itu berpendapat bahwa dirinya sangat tidak jleb sekali jika menggunakan baju berwarna pink. Memalukan katanya.

Namun begitulah. Perempuan akan selalu benar, dimanapun, kapanpun, dan bagaimanapun itu. Terlebih lagi Dian adalah salah satu siswi ter-holkay dalam kategori siswa-siswi ter-holkay di kelas menurut versiku. Tentu yang menggapai posisi pertama itu, Dev. Iya, laki-laki itu ternyata holang kaya banget banget banget. Duitnya bejibun banget. Kalau misal aku berjodoh dengan dia, bisa-bisa sampai aku punya anak sepuluh, cucu dua puluh dan cicit enam puluh tetap ga bakal habis. Uh dasar halu diriku!

♡♡♡

"TAWON DANDANNYA GAK USAH LAMA! INI PORSENI TERAKHIR GUE"

Masih pagi, namun telingaku sudah lelah duluan menyerap teriakan-teriakan Bang Zahri dibawah sana.

"IYA SABAR DONG, INI BENTAR LAGI SELESAI TAU. BACOT AMAT"

Setelah memastikan lip balmku sudah merata pada tempatnya, aku bersegera turun ke bawah. Jujur saja, jika dipikir-pikir lucu rasanya melihat penampilanku pagi ini.

Setelah mengenakan pakaian serba pink, ada lagi pelengkap penampilanku atas usul dari Hasyum. Dia mengusulkan jikalau kami semua mengenakan bando unicorn yang harganya sangat terjangkau.

Alhasil, setelah perdebatan panjang untuk menghormati hasil musyawarah dadakan, kemarin sore aku minta tolong untuk diantar Bang Zahri ke toko aksesoris terbesar di kawasan ini guna membeli bando unicorn.

Benar-benar menggelikan. Rambutku yang dikepang dua diberi hiasan bando unicorn pula. Ah mengemaskan sekali.

Baru saja saat anak tangga terakhir kulalui. Bang Zahri yang sudah lama berdiri disana langsung tertawa terbahak-bahak. Tidak apa, sudah kuduga reaksinya pasti akan seperti ini.

"Gak ada yang lucu" tukasku padanya.

"Kayak anak TK tau gak" balasnya setelah lepas tertawa.

"Ya gapapa. Imut kan?" balasku tak mau kalah.

"Idih amit-amit"

Setelah itu aku tidak menggubris lagi, aku berpamitan pada mamaaji dan kakekku karena ayah dan ibuku masih di luar kota. Katanya malam nanti baru balik ke sini. Biasa, job beliau memang padat layaknya artis-artis di luaran sana.

"Aduh Bang Zahri katanya mau cepet. Lama banget si, cepetan!" seruku padanya. Toh tadi dia juga yang mengomel.

"Yakin gak si La, model lo kayak gini?"

Aku menarik napas lalu membuangnya kasar "Iya yakin banget malahan. Udah cepet nyalain motornya, malah bengong disitu. Katanya porseni terakhir, jadi harus gini gitu gini gitu! Mana ni?"

"Iya sans dong bawel banget"

♡♡♡

Saat tiba di sekolah aku langsung berlarian menuju kelas saking semangatnya, meninggalkan Bang Zahri sendirian di parkiran. Sepanjang koridor diriku selalu saja disoroti. Tidak apa, aku sudah terbiasa menghadapi berbagai tatapan.

Aku tak bisa menahan senyum yang terus mengembang hingga saat aku tiba di ambang pintu kelas. Mataku meneliti seluruh penjuru ruangan. Dapat kusaksikan seluruh penghuni kelas sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Riuhnya sungguh akan menjadi kenangan indah di masa depan nanti.

"Fajar ganteng, tolong pake bandonya" aku menahan tawa saat Dian dengan suaranya yang cempreng mengucapkannya dengan lembut. Lucu tau.

Sedangkan yang diberi perintah bergidik ngeri dan menolak dengan cepat. "Harga diri gue dimana? DIMANA Woy. Ini aja udah make baju pink. Subhanallah. Masa pake bando juga?" katanya.

Sekali lagi aku tertawa, ketua kelas yang selalu menyebut dirinya ganteng itu terlihat frustasi. Sedangkan cowok lainnya hanya pasrah, tak berkutik di ruangan ini. Memang hanya Fajar seorang yang belum memakai bando unicorn.

"FAJAR PLIS DEH! HARGA DIRI? KEMARIN AJA LO DIPUTUSIN" teriak Adel spontan, mungkin dia geram.

Fajar melotot, dia bungkam. Bagaimana mau menjawab? Toh yang dibilang Adel 100% benar, nyata dan fakta. Kemudian ia menarik bando yang sedaritadi dipegang Dian lalu memakainya. Tanpa bersuara sedikitpun.

Mengerikan. Ekspresi Dian saja langsung berubah ngeri.

"Ih ngambek lo?" Adel buru-buru menghampiri Fajar, tapi cowok itu hanya menatap tajam ke arahnya.

"Ih jangan ngambek dong, gue kan bercanda" Adel bersuara kembali.

Fajar masih diam dan terus menatap tajam pada Adel.

Adel ingin menangis. Matanya sudah berkaca-kaca. Apalagi dia dan Fajar adalah sahabat baik. Mungkin dia merasa tidak enak pada Fajar.

"Ih Fajar, jangan ngambek" ucap Adel, dan kini dia menangis.

Benarkan dugaanku? Gelak tawaku tak dapat kubendung. aku tertawa, namun hanya aku seorang yang tertawa sebab pikirku, Fajar hanya mengerjainya. Tidak mungkin Fajar sensian dan marah hanya karena persoalan tersebut.

"FAJAR" Suara tangisan Adel semakin kencang, menciptakan aksen lucu bagiku dan yang lainnya. Pada akhirnya kami semua termasuk Fajar tertawa terbahak-bahak.

"Alay Del. Gue becanda. Stop nangis dong, inget umur" ucap Fajar setelah ia lepas tertawa.

Adel masih terisak "Ish. Tapi lo gak marah kan? Gue gak enak ni"

"Santai aja bro. Lo kayak gak kenal gua. Kita udah sahabat berapa abad?" hibur Fajar tersenyum lepas.

"Tiga puluh"

"NAH!"

Semuanya tertawa. Aku bersykur dipertemukan dengan teman-teman yang kocak dan gokil seperti mereka. Walau kadang mereka semua julit dan menyebalkan. Aku harap tidak akan ada jurang pemisah diantara kami semua. Aku sungguh berharap.

"WOY"

Aku sedikit tersentak. Sudah hal yang lumrah. Sekali lagi, aku sudah terbiasa dikagetkan olehnya.

"Gimana style gue? keren gak Arv?

"Biasa aja" ucapku, sedikit berbohong.

Ya aku akui diriku memang munafik. Siapa coba yang tidak terpesona dengan penampilan laki-laki keren seperti dia. Penampilan yang sering disebutkan dalam cerita-cerita dalam novel. Tanpa kujelaskan kalian semua pasti tahu.

Giniya, kalau orang ganteng dari sononya, mau make baju gimanapun jadinya tetep MasyaAllah. Bahkan kalau dia make baju pink, jadinya itu imut banget. Aduh Ya Allah tolong kontrol hati ini.

"Yakin biasa aja? Ah pasti dalam hati juga teriak saking terpesona"

"Ih sok tau banget" balasku cepat.

"Bando gue mana ni? Kemarin kan gue nitip" tagihnya padaku.

Oh iya aku hampir lupa "Ada dalam tas, ambil sendiri" aku memunggunginya membuatnya mengambil bandonya sendiri di dalam ranselku. "Jangan lupa resnya ditutup kalau udah ambil"

"Iya iya bawel"

"Ini cara makenya gimana?" Dev kembali berbicara.

Aku mengangkat sebelah alisku. "Kamu ga tau cara make bando?" tanyaku. Coba deh kalian pikir. Masa cara untuk memakai bando saja dia tidak tau? Kalau begitu bagaimana caranya agar dia mengerti perasaan ini?

"Iya gatau. Pakein dong Arv" ucapnya pelan tapi seluruh penjuru kelas mendengarnya. Aneh memang.

"Sekarang sih manggilnya Arv, habis itu pasti manggil sayang" sahut Dian malah menggoda.

"Modus tuh. Laki-Laki emang selalu gitu Zhil ada aja modusnya" kini giliran Fajar yang menambahi.

"Iya kayak lo kan Jar?" timpal Adel sambil menaik-turunkan alisnya. Sedangkan Fajar hanya tertawa.

"Kok bengong Arv. Pakein dong. Upacara bentar lagi mulai"

"Ogah ah" tolakku dengan cepat. Bisa-bisa teman-temanku bakalan menciye-ciyein aku lagi. "Suruh Fajar aja" sambungku.

"Gue lagi. Gue lagi. Memang dunia ini gak bermakna tanpa nama gue" sahut Fajar tampak pasrah.

"Lo aja Arv" kata Dev lagi, lalu dia menyodorkan bando unicorn itu padaku "Nih"

Aku geram dan gemas sekali, ini pasti godaan dia lagi. Untuk aspek yang satu ini, walaupun sudah sering terjadi tapi aku masih belum terbiasa. Selalu saja jantungku berdebar, bahkan jika itu hanya hal yang sederhana. Namun Dev seolah mengubahnya menjadi hal yang luar biasa bagiku.

"Itu tinggal naruh di atas kepala" ketusku "Ribet banget"

"Gabisa gue. Makanya pakein aja, ribet banget"

"Dev!"

"Arv"

"Pakein aja kali Zhil, biar masalah rumah tangga kalian cepat selesai" sahut Valerie seketika yang entah muncul darimana.

"Nggak mau gue. Ntar pasti diciye-ciyein lagi" kataku. Aku tak tahan. Semakin jahil Dev menggodaku, semakin hati ini bergetar dengan kecepatan diatas normal. Lagi? Semakin teman-temanku berubah menjadi komunitas nyebelin akut.

"Nggak bakal kok, nggak bakal" ucap semuanya.

"Ish. Awas ya kalian"

Sebenarnya aku bahagia dekat dengan mereka semua. Teman kelasku saat ini. Tapi ya begitu, kalau udah dekat banget jadinya julit, jahil sama nyebelin. Aduh pokoknya campur aduk.

"Yauda sini, gue pakein" aku merebut bando itu, lalu berusaha memakaikannya pada Dev. Tapi Dev ini tinggi, jadi tubuhku yang kecil ini mana sampai?.

"Ya derita orang pendek gini" Dev tertawa lalu sedikit merendahkan tubuhnya. Hingga tingginya sama denganku. Bahkan wajahnya kini berhadapan denganku.

Tolong jangan senyum.

Dev tersenyum padaku. Dengan jarak yang sedekat ini, hatiku benar-benar tak dapat dikontrol. Detak jantungku sudah kocar-kacir, pipiku sudah memerah. Aku buru-buru mengalihkan pandanganku saat bando unicorn itu sudah terpasang baik di kepala Dev.

Sungguh, aku heran sama diri sendiri, kenapa setiap kali Dev tersenyum, dan Dev bungkam hatiku selalu mengingat Faliq?
Bukankah aku sudah melupakannya. Tolonglah, aku sudah berusaha selama sembilan tahun ini.

"Nah selesai kan Arv. Ribet amat. Ini tuh buat tes dirimu. Yakali ntar kalau kita jodoh, terus nikah, dapet anak cewek, lo bisa makein bando tiap hari ke anak kita dengan sempurna gini" kata Dev membuat hatiku semakin tidak terkendali.

"Mantap. Udah bahas anak aja. Gue yang jomblo setengah abad bisa apa?" decak Hasyum.

Akhirnya semua teman ku berseru "Ciyaaaaaa". Kan? Omongan mereka gak bisa dipegang.

"Oh. Jadi itu tes buat jadi istri yang baik. Asik juga"

"NJAY SEMAKIN HARI SEMAKIN ROMANTIS"

"DEV PANUTANQU"

"HATI-HATI BANG DEV BURUAN HALALIN, KALI AJA DI UJUNG JALAN ADA PENIKUNG"

"Ih. Apasi kalian" ucapku geram. "Udah ya, ini gak lucu tau. Tadi katanya gak mau ciye-ciyein"

"Emang gak di ciye-ciyein kok Zhil"

"Sama aja tau"

-
-
-
-
-

Bersambung...

A/n

I'm sorry

Help me to find ke-ty-po-an lainnya:v







Continue Reading

You'll Also Like

310K 23K 34
Namanya Camelia Anjani. Seorang mahasiswi fakultas psikologi yang sedang giat-giatnya menyelesaikan tugas akhir dalam masa perkuliahan. Siapa sangka...
285K 11.7K 31
Menjadi seorang istri di usia muda yang masih di 18 tahun?itu tidak mudah. Seorang gadis harus menerima perjodohan dengan terpaksa karena desakan dar...
1.1M 80.6K 39
Aneta Almeera. Seorang penulis novel legendaris yang harus kehilangan nyawanya karena tertembak oleh polisi yang salah sasaran. Bagaimana jika jiwany...
1.1M 108K 57
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...