Can I?

caraemel द्वारा

2.8K 219 2.9K

Melupakan adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan, apalagi melupakan orang yang sangat kita percaya dan... अधिक

CHAPTER 1 "PERTEMUAN PERTAMA"
CHAPTER 2 "BELAJAR MELUPAKAN"
CHAPTER 3 "BELAJAR MELUPAKAN PT.2"
CHAPTER 4 "ENGKAU KEMBALI?"
CHAPTER 5 "KENANGAN MENYAKITKAN"
CHAPTER 6 "PENJELASAN"
Chapter 7 "PENYESALAN"
Para Pemain atau Tokoh
Chapter 8 "CAMPING"
Chapter 9 "CAMPING PT.2"
CHAPTER 10 "BERUBAH"
Postingan member 'Can I?' di Instagram.
CHAPTER 11 "SELAMAT ULANG TAHUN!"
CHAPTER 12 "MENGAPA HARUS SEPERTI INI?"
CHAPTER 13 "TEMAN BARU"
CHAPTER 14 "IT'S COMPLICATED"
CHAPTER 15 "MAUREEN & DEVON SPECIAL"
CHAPTER 16 "SAHABAT"
CHAPTER 17 "SALAH PAHAM"
CHAPTER 18 "BROKEN"

CHAPTER 19 "GETTING WORSE"

104 7 165
caraemel द्वारा

Sekarang para remaja itu sedang berada di ruangan tamu di rumah Tasia, ada yang sedang bermain playstation yang biasa Tasia mainkan, ada yang sedang menikmati wifi gratis di rumah Tasia, ada yang lagi curhat, ada juga yang lagi diem aja. Canggung. Dia gak tau mau ngapain disini.

Contohnya, kayak Derren. Dia bingung mau ngapain disini. Di dalam pikirannya, ia masih berpikir bahwa teman-teman Tasia masih marah padanya. Maka dari itu, ia gak tau harus ngapain. Bakso nya aja belum dia kasih ke Tasia.

"Bro, sini gabung. Gak usah canggung gitu. Kita udah terima lo, kok" Ethan menepuk bahu Derren dua kali, ia mengajak Derren untuk bermain playstation bersama dirinya dan Sergio.

"Hah? Emang dulu lo pada gak nerima Derren? Wah, parah, yah. Emang Derren ada salah apaan?" Tanya Gio berturut-turut. Pasalnya, Gio belum tahu masalah antara Derren dengan mereka.

"Lo gak usah tau, gue males ngejelasinnya" ucap Ethan santai.

'Gue udah diterima sama mereka?' batin Derren. Sebenarnya sekarang Derren merasa senang bisa bergabung dengan mereka, bisa diterima dengan baik oleh mereka. Derren senang.

Derren senang karena akhirnya ia mempunyai teman.

Miris memang, tetapi selama hampir setahun Derren sekolah di SMA Wisma Jaya ini, dia tidak memiliki teman. Ada, sih. Tapi teman itu datang kalau mereka lagi ada maunya saja. Kalau tidak? Jangan harapkan mereka datang kepada Derren.

Tetapi, masih ada sesuatu yang mengganjal perasaan Derren.

Tasia masih belum memaafkannya.

Memang, ia akui, bahwa dulu adalah kesalahannya. Tetapi itu bukan murni kesalahannya bukan? Derren merupakan korban dari sang dalang yang menyebabkan kejadian ini terjadi.

Dan, dalangnya itu adalah Justin.

Derren masih tak menyangka dengan mantan sahabat nya itu. Ia benar-benar tak menyangka bahwa Justin dengan teganya menjebak Derren sehingga Derren berada didalam masalah dengan si kembar itu. Derren benar-benar tak menyangka.

Sebenarnya Derren ingin sekali menjelaskan semua ini ke Tasia sejak lama, tetapi, Tasia tidak memberinya kesempatan. Mungkin Tasia sudah benar-benar membencinya.

Tasia berhak membenci Derren, karena Derren yang membuat dirinya dan Amanda menjadi bertengkar, tidak bertukar pandang, kabar, selama bertahun-tahun. Tetapi Tasia tidak mengetahui siapa yang berhak ia benci selama ini.

Derren hanya meminta kepada Tuhan agar ia diberikan kesempatan agar bisa menjelaskan semua kesalahpahaman ini kepada Tasia.

"Mau! Katanya tadi mau curhat?" tanya Tasia kepada Maureen yang sekarang sedang tiduran di sofa Tasia sambil memainkan ponselnya.

"Murung banget si muka lo, ada apa? Devon ya? Cerita sini" Chelsea menepuk-nepuk pipi Maureen untuk menyuruh dirinya untuk duduk dan bercerita.

"Nanti aja, mager" jawab Maureen singkat. Tak biasanya perempuan riang ini menjadi begitu dingin.

"Cerita atau gue marah." Kimberly menatap Maureen tajam yang membuat Maureen mau tak mau bangun dari posisi pewe nya.

"Gue putus sama Devon" ujar Maureen lemah. Di dalam hatinya saat ini ia masih merasakan sakit yang sangat amat mendalam. Ia tak menyangka bahwa hubungan mereka yang sudah berjalan berbulan-bulan ini kandas di tengah jalan karena masih adanya kecurigaan, ketidak percayaan satu sama lain.

"Hah?! Gila!" Martha yang sedang menyantap phd dan kfc yang ditraktir oleh Tasia pun lantas terkejut bukan kepalang, karena yang ia tahu, hubungan Maureen dan Devon tuh anteng-anteng aja. Makanya aneh bisa putus gitu.

"Bercanda lo sob?" Chelsea menampilkan senyum remehnya ke Maureen. Ia juga sebenarnya tak kalah terkejutnya dengan Martha.

"Hah, Maureen? Yang bener?" Tasia kali ini mengehentikan aktivitasnya dari memakan pizza dan ayam goreng kesayangannya itu. Ia duduk tepat di depan Maureen sambil memegang kedua bahu Maureen.

"Mau..." Kimberly hanya bisa bergumam, karena ia melihat Maureen mengepalkan tangannya kuat-kuat sambil menahan tangisnya agar tidak pecah.

Sebenarnya, tiga lelaki itu, dua sedang bermain playstation dan Sergio sedang menyantap bakso yang dibeli Derren untuk Tasia sudah mendengar perkataan Maureen yang tadi. Mereka sempat tatap-tatapan satu sama lain. Tetapi, Ethan memberi kode kepada mereka berdua agar tidak ikut campur kedalam urusan mereka.

"Gue.. gue gak bohong.. Gue udah putus, gue benar-benar putus sama Devon" Maureen menunduk, menyembunyikan tangisnya. Tasia yang duduk di hadapannya lantas memeluk Maureen, mendekap tubuh Maureen dan menenangkannya. Ia tahu, Maureen masih benar-benar terluka.

"Nangis aja yang puas, Mau. Lo gak boleh mendem itu sendirian" ucap Tasia sambil mengelus-ngelus bagian belakang tubuh Maureen. Maureen terisak, yang membuat Tasia, Kimberly, Martha, Chelsea, menatap miris sahabatnya itu. Mereka juga merasakan kesedihan yang dirasakan sahabatnya itu.

"Tapi.. kenapa bisa?" tanya Chelsea setelah keadaan Maureen sudah bisa untuk dia tanyakan. Maureen sudah tidak menangis, pandangannya lurus ke depan, tatapannya kosong.

"Mau..?" Martha menggoyang-goyangkan tubuh Maureen dan mengibas-ngibaskan tangannya di depan wajah Maureen.

"Kenapa?" Maureen akhirnya sadar dari lamunannya.

"Lo kenapa bisa putus? Kapan?" Kimberly menatap Maureen lekat-lekat.

"Dia... dia ngira gue selingkuh sama Calvin, dia ngira gue belum bisa move on dari Calvin" Maureen tertawa miris.

"Hah Kak Calvin?! Mantan lo yang pernah dihukum Pak Santo gara-gara pernah ngebully adek kelas di kantin sampe tuh adek kelas pindah sekolah kan? Gara-gara ga kuat setiap hari di bully" Chelsea menatap Maureen dengan tidak percaya dengan apa yang baru saja Maureen katakan.

Maureen mengangguk "Padahal dia yang maksa gue buat temenin dia milihin buku buat karya ilmiah dia, gue awalnya udah gamau, tapi dia paksa. Dan gue pikir, cuma milih buku, so why not" Maureen tersenyum miris ketika ia mengingat kejadian itu lagi.

"Terus ternyata dia nyuruh gue buat kutipin kalimat yang cocok buat dia, gue awalnya udah bener-bener nolak, tapi dia maksa, karena gue gak mau buat keributan di perpustakaan, akhirnya gue turutin. Dia bawa gue duduk di pojokan."

"Setelah gue kutipin kalimat itu, gue langsung cepet-cepet pergi dari perpustakaan ke kelas, dan ternyata, ada yang fotoin gue sama Calvin, dan Devon dapet foto itu"

Keempat gadis itu menatap Maureen penuh tanya, siapa yang mengambil foto Maureen dan Calvin? Keempat gadis itu dan Maureen benar-benar tak habis pikir dengan sang pelaku.

"Gue yakin.. pasti Aurel yang ngelakuin" Tasia mengepalkan tangannya kuat, berusaha menahan emosinya.

"Lah anjir, Devon langsung percaya aja gitu dengan foto itu? Dia gak dengerin penjelasan lo dulu gitu?!" Kimberly menahan emosinya kuat-kuat.

Maureen menaikkan kedua alisnya, "Bangsat Devon! Seenaknya aja bikin sahabat gue kaya gini! Ini gak bisa dibiarin, gue harus ketemu Devon" Kimberly beranjak dari tempat duduknya, tetapi di tahan oleh ketiga temannya termasuk Maureen.

"Kim! Sabar! Semua masalah gak baik kalau diselesaikan dengan emosi!" Martha akhirnya berbicara. Kalau dalam situasi yang kaya gini, Martha bisa diandelin.

"Lah? Gimana gak emosi? Lo mikir dong, ada gak, sih pacaran tanpa dilandasi rasa kepercayaan satu sama lain?! Dia dengan gampangnya percaya dengan bukti murahan itu" Kimberly benar-benar sudah tak sabar lagi. Rasanya, ia ingin segera meninju wajah Devon sampai tulang hidung nya bengkok.

"Sabar dulu, Kim.. Kita gak bisa berbuat seenaknya begitu aja, tahan, Kim" Tasia menengahi.

"Gue bener-bener pengen ketemu sama yang ngambil foto itu. Dan, kayaknya gue tahu siapa yang ngambil" Tasia memejamkan matanya sebentar, lalu ia menyunggingkan senyuman di wajahnya.

"Aurelia Nova, sekarang lo boleh bersenang-senang atas kelakuan lo yang membuat hubungan teman gue hancur. Tapi, nanti, lo gak akan bisa bersenang-senang lagi. Tunggu aja" gumam Tasia yang tentunya masih bisa terdengar oleh orang-orang yang ada di ruangan tamu itu.

"Lo yakin kalau pelakunya itu Aurel?" tanya Chelsea. Ia masih mengusap-usap pundak Maureen. Berusaha menenangkannya lagi.

"Seratus persen, yakin." angguk Tasia mantap.

"Udah, gak usah dipikirin lagi, Mau. Sekarang kita seneng-seneng dulu aja disini, jangan dipikirin yaa say"

***

Semilir angin sejuk menerpa Amanda yang sedang duduk melamun sambil meminum hot chocolate kesukaannya di balkon apartemen nya itu, ia melamun tentang semua kejadian yang telah menimpanya.

Mulai dari pertengkaran dirinya dengan saudari kembarnya, dan pertengkaran dirinya dengan kekasihnya.

Miris memang, disaat dirinya sudah mulai memaafkan saudari kembarnya, ada sosok yang selalu melarang dirinya untuk bisa berkomunikasi dengan saudari kembarnya, yang tak lain tak bukan adalah kekasihnya sendiri. Justin.

Ia sangat ingin sekali berkomunikasi dengan Tasia lagi, tetapi apa daya, dia takut kalau ia harus menerima pukulan dari Justin lagi. Ia takut.

Terakhir kali ia ingin mengkontak Tasia, yang ia dapatkan adalah tamparan dari sang kekasih. Sekujur tubuhnya pun sudah diabsen dengan pukulan sang kekasih.

Sudah dari lama dirinya igin meninggalkan Justin, tetapi ia mengurungkan niatnya, karena ia tahu, bahwa ia tak akan bisa lepas dari jeratan Justin.

Ia tak akan bisa keluar dari penjara ini, Justin akan terus mencarinya sampai dapat, dan yang ia dapatkan adalah caci maki dari Justin dan pukulan dari Justin.

"Tas.. Miss you, maafin aku yang egois, yang gak mau dengerin penjelasan kamu dulu. Sekarang, aku menyesal. Aku telah masuk ke dalam perangkap ini, Tas" Amanda sesekali menyeka air mata yang sudah jatuh membasahi wajahnya, persetan dengan hot chocolate yang digenggamnya, mungkin sudah menjadi asin lagi bukan manis karena sudah tercampur dengan air matanya.

"Babe, where are you?" suara Justin memecah keheningan di balkon, dengan cepat Amanda menghapus sisa air mata yang masih berbekas di wajahnya dan menaruh hot chocolate yang ada di tangannya ke meja di samping kursi tempatnya duduk.

"I'm here" ucap Amanda lemah. Ia sebenarnya sudah malas berurusan dengan makhluk nan kejam ini.

"Hei! Kamu kenapa? Kok sedih gitu?" Justin membelai rambut Amanda, lalu sesekali mengusap pipi Amanda lembut.

Sebenarnya, apakah Justin punya dua kepribadian? Kadang ia bisa menjadi pribadi yang sangat kejam sekali, kadang juga ia bisa menjadi pribadi yang lembut. Seperti sekarang ini.

"I'm ok" Amanda menunduk, berusaha menahan tangisnya. Ia tak mungkin menangis di hadapan Justin, bisa-bisa yang ia dapatkan bukan pelukan untuk menenangkan, melainkan pukulan dahsyat untuk kepuasan pribadi Justin.

"Are you sure, honey?" Justin mengangkat wajah Amanda yang menunduk, lalu ia sesekali mengusap dagu dan bibir Amanda. Ia menatap Amanda lekat-lekat.

Amanda mengangguk lemah lalu tersenyum terpaksa. Justin memeluk Amanda erat. Dengan terpaksa, Amanda memeluk balik Justin.

"Aku mau ke cafe dulu, kamu jangan kemana mana," Justin melepas pelukan tanpa didasari kasih sayang itu lalu mengambil kunci mobil, "And, don't you dare to contact your twin" ucapnya sambil tersenyum layaknya iblis sebelum ia benar-benar keluar dari apartemen itu.

Amanda tidak memperdulikan ucapan Justin, ia membuka laptop nya lalu menuliskan sesuatu disana, kemudian ia menenggelamkan kepalanya di meja. Ia sudah merasa lelah dengan semuanya.

From: amanda_magdalena@gmail.com
To: anastasia_magdalena@gmail.com

Hi, my twin. How was your day? Is it beautiful or not? Oh iya, maafin aku, ya? Maafin aku yang dulu gak mau ngedengerin penjelasan kamu dulu, maafin aku yang egois akan semuanya. Maafin aku. Dulu aku dibutakan oleh cinta sampai-sampai aku marah sama kembaran aku sendiri. Kalau kamu gak mau bales email ini, its okay. Aku ngerti. Kamu jaga kesehatan kamu ya, Tas! Bilang ke mama papa juga suruh jaga kesehatannya hehehe. I miss you so badly, aku gak tau aku bisa balik ke kalian lagi apa enggak. Kamu gak usah tunggu aku ya :) oh iya, maafin Derren juga, jangan lama-lama marahan sama dia hehehe. Aku tau kamu masih sayang kan sama dia? Jangan bodohin diri kamu sendiri karena kegengsian kamu, atau kamu nanti akan menyesal loh, udah dulu ya, bye!

Tasia baru saja selesai mandi ia sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk disaat ponselnya berbunyi. Ia mengernyitkan dahinya ketika ia melihat pop up e-mail yang masuk.

Ia tersenyum ketika melihat nama alamat pengirim e-mail itu. Amanda, kembarannya.

Ia membaca e-mail itu perlahan namun pasti, ia sangat senang ketika tahu bahwa kembarannya itu sudah memaafkan dirinya. Ia tinggal menunggu kehadiran kembarannya kembali ke Indonesia.

Tunggu, ia tak mungkin salah baca kan? Ia membaca kalimat itu berulang kali, dan memang benar. Sama, dan tidak ada yang berubah.

aku gak tau aku bisa balik ke kalian lagi apa enggak. Kamu gak usah tunggu aku ya :)

Apa maksudnya? Jadi, Amanda gak akan balik ke Indonesia gitu? But, why?

Ia pun mengetikkan balasan ke Amanda,

From: anastasia_magdalena@gmail.com
To: amanda_magdalena@gmail.com

Hii manda, makasih udah maafin aku yaaa hehehehe. Seneng deh udah di maafin. Aku kangen kamu juga loh!!! Iya, aku bakal jaga kesehatan aku, kamu juga, ya? Jangan sampai sakit disana. Oh iya, maksud kamu apa? Manda gak bisa balik lagi kesini? Emangnya kenapa? Passport Manda hilang? Atau gimana? Balik lagi, dong hehehe. Aku sama mama papa kangen nih. Udah ditinggal Kak Kevin kerja di luar, sekarang kamu juga. Balik lagi ya ke Indo! Aku tunggu! Hehehe. Miss you.

Ia tersenyum setelah menekan tombol send, semoga hal-hal yang baik akan menyapa dirinya. Bukan hal-hal yang tidak baik.

Semoga saja keberentungan berpihak pada dirinya.

***

Ethan memasuki rumahnya yang sepi itu, tampaknya di rumah sedang tidak ada orang. Sepi seperti tidak ada pertanda bahwa rumah itu dihuni seseorang. Ruang tamu masih gelap, lampu depan belum menyala.

Kemana ibunya? Tak biasanya ibunya keluar rumah tanpa mengabarkan dirinya, biasanya ibunya akan mengabarkan kalau ia akan keluar rumah, tapi sekarang tidak.

Kalau ayahnya jangan ditanya. Lagi sibuk bekerja. Ayahnya pasti tak akan punya waktu untuk pulang ke rumah. Paling kalau pulang ke rumah waktu subuh, dan pagi menjelang siang ia akan pergi bekerja lagi.

Ia memutuskan untuk menelpon adiknya, Sella Wijaya untuk menanyakan keberadaannya. Tak biasanya adik perempuan satu-satunya itu belum pulang jam sampai jam segini.

"Sel? Kamu dimana, dek?" ucap Ethan sambil menyalakan lampu di ruang tamu dan di halaman depan.

"Aku masih kerja kelompok, nih kak, aku udah ijin sama mama, kok. Emang mama gak bilang sama kak Ethan?" ucap Sella disebrang sana.

Ethan terdiam, bagaimana Mama nya mau kasih tau Ethan kalau perempuan itu tidak ada di rumah? "Oh, oke dek. Kamu hati-hati ya nanti pulangnya. Kalau mau dijemput bilang aja sama kakak, jangan pulang terlalu malam!"

"Iya, ih kakak baweeell. Gak usah jemput kak, nanti aku dianterin sama temen aku, okeee siap bos! Gak sampe malem banget kok. Yaudah, ya, aku lanjutin kerja kelompoknya lagi. Byebye kakak kesayangankuuu"

Ethan tersenyum, lalu mematikan telepon itu. Saat ini, hanya Sella lah yang dapat membangkitkan mood nya, hanya Sella. Tak ada yang lain.

Suara gerbang yang terbuka membuat Ethan keluar dari ruang tamu untuk melihat siapa yang pulang. Yang ia yakini, sih, pasti Mama nya.

Tapi Mama nya tidak sendirian, ia melihat sebuah mobil di depan gerbang itu, mobil yang ia yakini adalah bukan mobil ayahnya maupun bukan mobil ibunya. Mobil siapa itu?

Ia melihat sang empunya mobil keluar dari mobil tersebut, ia melihat sosok laki-laki tua, hampir seumuran dengan ayahnya keluar dari mobil tersebut.

Ia melihat laki-laki itu bersenda gurau dan memeluk ibunya. Sebenarnya, siapakah lelaki itu?

Ethan memicingkan matanya, berusaha menajamkan indra penglihatannya agar ia bisa melihat dengan jelas siapakah orang itu dari balik pintu ini. Karena Ethan sedang mengintip mereka.

Tunggu, Ethan merasa kenal dengan sosok itu. Tapi tidak mungkin, tidak mungkin itu dia. Ethan menepis segala pikiran negatif yang berada di pikirannya. Tak mungkin itu dia. Lalu, Ethan segera masuk ke dalam kamarnya.

Semoga yang ia lihat tadi hanyalah khayalan ia semata.

vomments yaaa guys!

पढ़ना जारी रखें

आपको ये भी पसंदे आएँगी

LOUISE ★: 𝗔𝗶 🍉 द्वारा

किशोर उपन्यास

428K 46.9K 21
( On Going + Revisi ) ________________ Louise Wang -- Bocah manja nan polos berusia 13 tahun. Si bungsu pecinta susu strawberry, dan akan mengaum lay...
Monster Tyrant Nursida122004 द्वारा

किशोर उपन्यास

1.2M 110K 58
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
Rumah di Perantauan SenjaaHaluu द्वारा

किशोर उपन्यास

514K 25.5K 73
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
MUARA KIBLAT Awaliarrahman द्वारा

किशोर उपन्यास

419K 44K 19
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...