Early wedding

By lestarie88

1.3M 21.7K 1.2K

More

Early wedding
Chapter 1a
Chapter 1b
Chapter 1c
Chapter 1d
Chapter 1e
Chapter 1f
Chapter 1g
Chapter 1h
Chapter 1i
Chapter 1j
Chapter 1k
Chapter 1l
Chapter 1m
Chapter 1n
Chapter 1o
Chapter 1p
Chapter 1q
Chapter 1r
Chapter 1s
Chapter 1t
Chapter 1u
Chapter 1v
Chapter 1w
Chapter 1x
Chapter 1y
Chapter 1z
Chapter 2a
Chapter 2b
Chapter 2c
Chapter 2d
Chapter 2e
Chapter 2f
Chapter 2g
Chapter 2h
Chapter 2i
Chapter 2j
Chapter 2k
Chapter 2m
Chapter 2n
Chapter 2 o
Chapter 2 o
Chapter 2p
Chapter 2Q
Chapter 2R
Chapter 2S
Chapter 2T
Chapter 2U
Chapter 2V
Chapter 2W
Chapter 2X
Chapter 2Y
Chapter 2 Z
Volume 3
Vol 3 halaman 2
Vol 3 halaman 3
Vol 3 halaman 4
Vol 3 halaman 5
Vol 3 halaman 6
Vol 3 halaman 7
Vol 3 halaman 8
Vol 3 halaman 9
Vol 3 halaman 10
Vol 3 halaman 11
Vol 3 halaman 12
Vol 3 halaman 13
Vol 3 halaman 14
Vol 3 halaman 15
Vol 3 halaman 16
Vol 3 halaman 17
Vol 3 halaman 18
Vol 3 halaman 19
Vol 3 halaman 20
Vol 3 halaman 22
Vol 3 halaman 23
Vol 3 halaman 24
Vol 3 halaman 25
Vol 3 halaman 26
Vol 3 halaman 27
Vol 3 halaman 28
Vol 3 halaman 29
Vol 3 halaman 30
Vol 3 halaman 31
Vol 3 halaman 32
Vol 3 halaman 33
Vol 3 halaman 34
Vol 3 halaman 35
Vol 3 end

Vol 3 halaman 21

11.7K 208 14
By lestarie88

Sungguh jawaban yang mengesalkan menurutnya.

Bagaimana tidak? Tadi malam dalam keadaan demam tinggi pun, Ryu masih saja berkata 'aku baik-baik saja'.

"Tidak tahu apa kalau aku itu khawatir? Hmm, Awas saja nanti, awas kau Ryu ...!" tanpa sadar Yuri menggerutu sambil menggigiti ponselnya dengan gemas.

Sudah lebih dari sepuluh kali Yuri bertanya pada Ryu tentang keadaannya. Namun jawaban yang didapat oleh Yuri selalu saja sama.

Diam-diam Yoshi tertawa kecil melihatnya.

"Apa?" tanya Yuri karena merasa ditertawakan.

"Tidak. Emm ... Yuri selain cantik ternyata kau itu sangat lucu yah? pantas saja Ryu menyukaimu."

Mata Yuri langsung jadi mendelik galak pada Yoshi karena mendengar kata-katanya.

"ups ... Ampun, aku hanya bercanda," Yoshi merajuk.

Kedua tangannya diangkat keatas seperti orang yang sedang ditodong senjata.

Yuri jadi tidak dapat menahan tawanya melihat gaya Yoshi yang lagi-lagi dibuat-buat.

"Ah, syukurlah. Aku kira kau akan menamparku lagi," Yoshi menghela napas lega.

Yuri tersenyum kecil, "maaf, salah sendiri. Siapa yang tahu kalau waktu itu kau mau menyentuh kalungku ini."

Yoshi menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, sampai sekarang tidak ada yang tahu kalau Yuri telah menamparnya tempo hari.

"O ya, kenapa kau bisa ada disini?" tanya Yuri mengalihkan pembicaraan.

Yoshi segera menutupi kekagetannya dengan menyalakan musik, "emm, kebetulan lewat saja," katanya sebagai alasan kemudian ia menjalankan mobilnya perlahan.

"Oh ..." jawab Yuri pendek sambil memasang sabuk pengamannya.

Diam-diam sebuah senyuman kecil muncul dibibir Yoshi, kala dari kaca spion ia melihat Sachiko tengah menendang ban mobilnya dengan kesal.

Tadi Yoshi tidak sengaja mengetahui Sachiko juga tengah membuntuti Yuri.

Ia yakin sekarang wanita itu tengah marah-marah karena melihat dirinya bergerak lebih cepat untuk membawa Yuri pulang keapartemennya.

"Ah, wanita itu. Apa yang tengah direncanakannya sekarang? Kasihan Yuri, keselamatannya jadi terancam," kata Yoshi dihati sambil melirik Yuri yang tengah sibuk dengan ponselnya.

Setelah memakan waktu kurang lebih sepuluh menit, mobil Yoshi tiba di halaman gedung apartemen.

"Tidak akan mampir dulu?" tanya Yuri berbasa-basi.

"Besok saja, sekalian membawa tugas-tugas kuliah. Katakan pada Ryu, lekaslah sembuh. Supaya ujian minggu depan aku bisa selamat," Yoshi tersenyum penuh arti.

Di kampus ia satu jurusan dan selalu satu kelas dengan Ryu.

"Selamat? Selamat dari apa?" tanya Yuri tidak mengerti.

Yoshi tertawa, "katakan saja seperti itu pada Ryu. Ayo cepat masuk, salju sudah mulai turun."

"Ah iya, terimakasih yah sudah mengantarku."

Yoshi menjawabnya dengan lambaian tangan.

Ia membalikan mobilnya dihalaman, kemudian pergi setelah melihat Yuri masuk ke pintu utama gedung.

Tidak jauh dari sana seorang gadis berambut ikal panjang tampak sibuk mengawasi.

Sesekali ia mengosok-gosok tangannya untuk mengusir hawa dingin.

Ia berdiri sejenak menunggu mobil yang tadi membawa Yuri pergi melewati gerbang.

Setelah memastikan aman keadaan sekitarnya, dengan tergesa-gesa ia berjalan masuk ke gedung mengikuti Yuri.

Jantungnya berdebar kencang saat melihat banyak security yang tengah berjaga didalam gedung.

Sungguh mengherankan pikirnya. Memangnya siapa saja yang tinggal di apartemen ini? sampai-sampai penjagaannya pun sangat ketat, tanya hatinya.

Ia merasa sangat gugup, mengikuti orang seperti ini adalah hal yang baru dalam hidupnya.

Senormal mungkin gadis berjaket itu berjalan melewati dua penjaga pintu masuk utama.

Ia bernyanyi-nyanyi kecil untuk mengusir rasa tegangnya.

Tetapi itu tidak berlangsung lama, "ah, itu Yuri? Bagaimana ini? panik gadis itu saat melihat Yuri berada hanya beberapa meter dari tempatnya berdiri.

Yuri tampak tengah menyapa seorang laki-laki paruh baya bertubuh gendut dan berkepala agak botak tepat didepan lift.

Gadis itu cepat-cepat memutar otak, agar Yuri tidak menyadari kehadirannya.

Gadis itu akhirnya memilih berjongkok pura-pura membenarkan tali sepatunya.

Ia terus memerhatikan Yuri dari sudut matanya.

Tidak lama kemudian, pintu lift pun terbuka.

Ia bergegas berdiri karena melihat Yuri telah masuk kedalam lift.

"Selamat sore, maaf nona, ada yang bisa kami bantu?" tanya seorang security dengan tatapan curiga.

Gadis itu hampir meloncat karena kaget, berkali-kali ia mengelus dadanya.

Tatapan security itu membuatnya takut.

"Nona?"

"Hah? A-apa? A-aku ... Aku ..."

Kedua alis security itu bertaut, karena mendengar suara bergetar gadis yang tegurnya.

"A-aku ..." gadis itu semakin gugup, ia kesulitan berkata-kata.

Otaknya kembali berpikir cepat. Sepasang mata security dihadapannya ini mulai menajam.

Tidak ada pilihan lain yang muncul di kepalanya.

Dalam hati gadis itu mulai menghitung mundur, "tiga ... siapapun tolong aku," matanya yang sudah mulai berkaca-kaca melirik sekitar.

Beberapa security yang lain mulai berjalan menghampirinya.

Gadis itu semakin ketakutan dalam hati ia kembali berkata, "dua ... Ah tidak, mati aku ...! Bagaimana ini?! Kyaa ... sa ... tu ... Yuri chan..!"

Gadis itu berlari secepat mungkin.

"Penyusup ...! Gadis itu penyusup...!" seru salah satu security sambil meniup pluitnya berkali-kali.

Gadis itu semakin panik, "aduh, bagaimana ini? Huh ... hah ... tenang, tenanglah Mine ..." katanya menguatkan diri sendiri.

Ia terus berlari, menghindar dari kejaran para security.

Naas jalan yang diambilnya buntu, hanya ada satu pintu disana. Tanpa pikir panjang Mine masuk kedalamnya.

"Yuri chan ... Tolong aku ... Hiks...hiks..."

Mine mulai menangis.

Continue Reading

You'll Also Like

1.2M 52.3K 24
Quality: Raw Rate:21+ Status: 27 to 27 Started: 01 September 2016 End: 25 Desember 2016 Bagaimana jika rencana pernikahan yang sempurna, ga...
215K 20.6K 33
Namanya Lyla, wanita mandiri yang sedang patah hati~~ Jangan ganggu dia lagi, dia tidak ingin kembali patah hati~~ Dirinya sudah hampir selesai menge...
5.1K 888 21
Holly Fadden punya alergi terhadap lawan jenis. Bencana datang ketika sobatnya, Sarah, mengajak Holly berlibur di cottage pinggir pantai Australia ta...
1.7M 23.9K 41
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...